Liturgical Calendar

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 29 Januari 2020 : TENTANG SABDA BAHAGIA (Mat 5:1-11) - BAGIAN 1


Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Hari ini kita memulai serangkaian katekese tentang Sabda Bahagia dalam Injil Matius (5:1-11). Teks ini yang membuka “Khotbah di Bukit”, serta telah menerangi kehidupan orang-orang percaya dan juga banyak orang yang tidak percaya. Tidak tersentuh oleh kata-kata Yesus ini, serta berkeinginan untuk sungguh semakin sepenuhnya memahami dan menerimanya adalah sulit. Sabda Bahagia berisi "kartu jatidiri" orang Kristiani - inilah kartu jatidiri kita -, karena Sabda Bahagia melukiskan wajah Yesus sendiri, gaya hidup-Nya.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 26 Januari 2020 : JADILAH PEWARTA DAN SAKSI SABDA ALLAH


Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Bacaan Injil hari ini (bdk. Mat 4:12-23) menyajikan kepada kita awal perutusan Yesus di muka umum. Ini terjadi di Galilea, negeri pinggiran sehubungan dengan Yerusalem, dan dipandang dengan kecurigaan oleh karena bercampur dengan orang-orang kafir. Tidak ada sesuatu yang baik atau baru yang diharapkan dari wilayah tersebut; sebaliknya, justru di situlah Yesus, yang tumbuh di Nazaret di Galilea, memulai pemberitaan-Nya. Ia mewartakan intisari ajaran-Nya, dipadukan dalam seruan : "Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat" (ayat 17). Pewartaan ini laksana sorot cahaya yang kuat yang menembus kegelapan dan kabut, serta mengingatkan nubuat nabi Yesaya yang dibacakan pada Malam Natal : “Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar" (9:1). Dengan kedatangan Yesus, Sang Terang Dunia, Allah Bapa telah menunjukkan kepada umat manusia kedekatan dan persahabatan-Nya. Keduanya diberikan secara cuma-cuma di luar kemampuan kita. Kedekatan Allah dan persahabatan Allah tidak pantas bagi kita; keduanya adalah karunia Allah yang cuma-cuma; kita harus menghargai karunia ini.

KHOTBAH PAUS FRANSISKUS DALAM PERAYAAN VESPER II PADA PESTA BERTOBATNYA SANTO PAULUS RASUL DI BASILIKA SANTO PAULUS DI LUAR TEMBOK (25 Januari 2020)


Tiga kelompok yang berbeda berada di atas kapal yang membawa Santo Paulus ke Roma sebagai tahanan. Kelompok yang paling berkuasa terdiri dari prajurit-prajurit di bawah seorang perwira. Lalu ada para pelaut, yang secara alami semua orang yang berada di kapal bergantung pada mereka selama perjalanan panjang. Akhirnya, ada kelompok yang paling lemah dan paling rentan : para tahanan.

Ketika kapal kandas di lepas pantai Malta, setelah berada di bawah angin badai selama beberapa hari, para prajurit berencana untuk membunuh para tahanan guna memastikan bahwa tidak ada seorang pun yang melarikan diri, tetapi mereka dicegah oleh sang perwira yang ingin menyelamatkan Paulus. Meskipun termasuk yang orang yang paling rentan, Paulus menawarkan sesuatu yang penting kepada rekan-rekan seperjalanannya. Sementara semua orang kehilangan segenap pengharapan untuk selamat, Rasul Paulus membawa pesan pengharapan yang tak terduga. Seorang malaikat meyakinkannya, mengatakan kepadanya, “Jangan takut, Paulus! Semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau” (Kis 27:24). Kepercayaan Paulus terbukti beralasan, dan pada akhirnya, semua penumpang terselamatkan. Begitu mereka mendarat di Malta, mereka mengalami keramahan, kebaikan, dan kemanusiaan dari penduduk pulau itu. Kisah penting yang diceritakan secara terinci ini menjadi tema Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani yang berakhir hari ini.

Saudara-saudari yang terkasih : kisah dari Kisah Para Rasul ini juga berbicara tentang perjalanan ekumenis kita menuju persatuan yang sangat diinginkan Allah. Pertama-tama, kisah memberitahu kita bahwa orang-orang yang lemah dan rentan, orang-orang yang hanya memiliki sedikit yang dapat ditawarkan secara materi tetapi menemukan kekayaan mereka di dalam Allah, dapat menyampaikan pesan-pesan berharga untuk kebaikan semua orang. Marilah kita memikirkan jemaat-jemaat Kristiani : bahkan jemaat yang paling kecil dan paling tidak penting di mata dunia, jika mereka mengalami Roh Kudus, jika mereka digerakkan oleh kasih bagi Allah dan sesama, memiliki pesan untuk ditawarkan kepada seluruh keluarga Kristiani. Marilah kita memikirkan jemaat-jemaat Kristiani yang terpinggirkan dan teraniaya. Seperti dalam kisah kandasnya kapal yang ditumpangi Paulus, seringkali orang-orang yang paling lemah yang membawa pesan keselamatan yang paling penting. Inilah yang berkenan bagi Allah : menyelamatkan kita bukan dengan kuasa dunia ini, tetapi dengan kelemahan salib (bdk. 1 Kor 1:20-25). Sebagai murid-murid Yesus, kita harus berhati-hati agar tidak tertarik oleh nalar duniawi, tetapi mendengarkan orang-orang yang kecil dan lemah, karena Allah berkenan mengirimkan pesan-pesan-Nya melalui orang-orang yang paling menyerupai Putra-Nya yang menjadi manusia.

Kisah dalam Kisah Para Rasul mengingatkan kita tentang aspek kedua : prioritas Allah adalah keselamatan semua orang. Seperti yang dikatakan malaikat kepada Paulus : "Semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau". Paulus menekankan hal ini. Kita juga perlu mengulanginya : tugas kita adalah memberlakukan kerinduan pokok Allah, seperti ditulis oleh Paulus sendiri,  “yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan” (1 Tim 2:4). Inilah undangan untuk tidak mengabdikan diri secara eksklusif untuk jemaat-jemaat kita sendiri, tetapi membuka diri kita terhadap kebaikan semua orang, terhadap pandangan Allah yang mendunia yang mengambil rupa daging untuk merangkul segenap umat manusia serta yang wafat dan bangkit untuk keselamatan semua orang. Jika kita, dengan rahmat-Nya, dapat mencerna cara-Nya memandang sesuatu, kita dapat mengatasi perpecahan kita. Dalam kandasnya kapal Paulus, setiap orang berkontribusi untuk keselamatan semua orang : sang perwira membuat keputusan penting, para pelaut memanfaatkan pengetahuan dan kemampuan mereka, Rasul Paulus mendorong orang-orang yang tidak memiliki pengharapan. Di antara umat Kristiani juga, setiap jemaat memiliki karunia yang dapat ditawarkan kepada orang lain. Semakin kita melihat melampaui kepentingan kita sendiri dan mengatasi warisan-warisan masa lalu dengan keinginan untuk bergerak maju menuju tempat pendaratan bersama, semakin mudah kita mengenali, menyambut, dan berbagi karunia-karunia ini.

Oleh karena itu, kita sampai pada aspek ketiga yang menjadi pusat Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani ini : keramahan. Dalam bab terakhir dari Kisah Para Rasul, Santo Lukas mengatakan, sehubungan dengan penduduk Malta, "Penduduk pulau itu sangat ramah terhadap kami" (ayat 2). Api yang menyala di pantai untuk menghangatkan para penumpang yang kandas adalah lambang kehangatan manusia yang secara tak terduga mengelilingi mereka. Bahkan gubernur pulau itu menunjukkan dirinya ramah dan bersahabat kepada Paulus, yang membalasnya dengan menyembuhkan ayahnya dan kemudian banyak orang sakit lainnya (bdk. ayat 7-9). Akhirnya, ketika Rasul Paulus dan orang-orang yang bersamanya pergi ke Italia, penduduk Malta dengan murah hati menyediakan segala sesuatu yang mereka perlukan (ayat 10).

Dari Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani ini, kita ingin belajar menjadi semakin ramah, pertama-tama di antara kita sebagai umat Kristiani dan di antara saudara-saudari kita dari berbagai pengakuan iman. Keramahan termasuk dalam tradisi jemaat-jemaat dan keluarga-keluarga Kristiani. Para orangtua kita mengajari kita hal ini melalui teladan mereka : selalu ada sesuatu tambahan di atas meja rumah orang Kristiani bagi seorang sahabat yang lewat atau seorang yang membutuhkan yang mengetuk pintu. Di biara-biara, seorang tamu diperlakukan dengan sangat hormat. Jangan sampai kita kalah, biarlah kita menghidupkan kembali, adat istiadat yang memiliki cita rasa Injil ini!

Saudara-saudari yang terkasih, dengan pemikiran-pemikiran ini saya menyampaikan salam ramah dan persaudaraan kepada Yang Mulia Metropolitan Gennadios, perwakilan Patriarkat Ekumenis, kepada Yang Mulia Ian Ernest, perwakilan pribadi Uskup Agung Canterbury di Roma, dan kepada seluruh perwakilan berbagai Gereja dan jemaat gerejani yang berkumpul di sini untuk mengakhiri bersama Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani. Saya menyambut para mahasiswa dari Lembaga Ekumenis Bossey, yang mengunjungi Roma untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang Gereja Katolik. Saya juga menyambut kaum muda Gereja Ortodoks dan Gereja Ortodoks Timur yang sedang belajar dengan beasiswa dari Komite Kerjasama Budaya dengan Gereja-Gereja Ortodoks, di bawah naungan Dewan Kepausan untuk Promosi Persatuan Umat Kristiani, kepada anggota-anggotanya saya menyampaikan salam dan terima kasih. Bersama-sama, tanpa pernah kenal lelah, marilah kita terus berdoa dan memohonkan dari Allah karunia persatuan penuh di antara kita sendiri.

MAKNA LOGO RESMI HARI MINGGU SABDA ALLAH (Hari Minggu Biasa III, 26 Januari 2020)


Paus Fransiskus telah meminta agar Hari Minggu Biasa III setiap tahun diperingati sebagai hari khusus yang diperuntukkan bagi perayaan, pembelajaran, dan penyebaran Sabda Allah. Sehubungan hal ini, Vatikan telah mengeluarkan logo resmi. Logo tersebut disampaikan oleh Uskup Agung Rino Fisichella, ketua Dewan Kepausan untuk Mempromosikan Evangelisasi Baru, kepada para wartawan pada konferensi pers Vatikan pada 17 Januari 2020, menjelang Hari Minggu Sabda Allah yang untuk pertama kalinya dirayakan pada 26 Januari 2020.

Ikon perjumpaan dengan Yesus di jalan menuju Emaus dipilih sebagai logo resmi untuk perayaan Hari Minggu Sabda Allah (Italia : Domenica della parola di dio) di seluruh dunia. Logo berwarna-warni ini berlandaskan ikon karya mendiang biarawati Benediktin, Suster Marie-Paul Farran. Suster Marie-Paul Farran adalah anggota Kongregasi Bunda Maria dari Kalvari, yang tinggal dan bekerja di biara kongregasi tersebut yang terletak di Bukit Zaitun, Yerusalem.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 22 Januari 2020 : TENTANG PEKAN DOA SEDUNIA UNTUK PERSATUAN UMAT KRISTIANI


Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi!

Katekese hari ini selaras dengan Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani. Tahun ini tema Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani adalah keramahtamahan, yang dibuat oleh komunitas Malta dan komunitas Gozo, dari perikop Kisah Para Rasul (27:18–28:10), yang berbicara tentang keramahtamahan yang ditawarkan oleh penduduk Malta kepada Santo Paulus dan rekan-rekan seperjalanannya, yang terdampar bersamanya. Sebenarnya saya merujuk pada kisah ini dalam katekese dua minggu yang lalu.

Oleh karena itu, kita mulai lagi dari pengalaman dramatis kandasnya kapal. Kapal yang sedang ditumpangi Paulus berada di bawah kekuasaan unsur-unsur. Mereka telah terapung-apung di laut selama empat belas hari, dan karena baik matahari maupun bintang-bintang tidak terlihat, para penumpang merasa kehilangan arah, tersesat. Di bawah mereka, laut menghantam kapal dengan keras, dan mereka takut kapal akan pecah di bawah kekuatan ombak. Dari atas, angin dan hujan menghantam mereka. Kekuatan laut dan badai sangat kuat dan tidak peduli terhadap nasib para pelaut : ada lebih dari 260 orang!

Namun, Paulus yang tahu bahwa tidaklah demikian, berbicara. Iman memberitahunya bahwa hidupnya ada di tangan Allah, yang membangkitkan Yesus dari maut, dan yang memanggilnya, Paulus, untuk membawa Injil ke ujung bumi. Imannya juga memberitahunya bahwa Allah, menurut apa yang telah diwahyukan oleh Yesus, adalah Bapa yang Mahapengasih. Oleh karena itu, Paulus berpaling kepada rekan-rekan seperjalanannya dan, diilhami oleh iman, memberitakan kepada mereka bahwa Allah tidak akan membiarkan sehelai rambut kepala mereka pun hilang.

Nubuat ini menjadi kenyataan ketika kapal kandas di pantai Malta dan seluruh penumpang mencapai daratan dengan aman dan selamat. Dan di sana mereka mengalami sesuatu yang baru. Berbeda dengan ganasnya laut dalam badai yang membabi-buta, mereka menerima kesaksian tentang "kebaikan yang luar biasa" dari penduduk pulau tersebut. Orang-orang ini, asing bagi mereka, menunjukkan diri memiliki perhatian terhadap kebutuhan mereka. Orang-orang ini menyalakan api sehingga mereka bisa menghangatkan tubuh; mereka menawarkan tempat berlindung dari hujan serta makanan. Bahkan meskipun mereka belum menerima Kabar Baik tentang Kristus, mereka mewujudnyatakan kasih Allah dalam terwujudnya tindakan kebaikan hati. Faktanya, keramahtamahan dan sikap peduli yang spontan menyampaikan sesuatu tentang kasih Allah. Dan keramahtamahan penduduk pulau Malta terbayar oleh mukjizat-mukjizat penyembuhan yang dilakukan Allah melalui Paulus di Pulau itu. Jadi, jika penduduk Malta adalah tanda Penyelenggaraan Ilahi bagi Rasul Paulus, ia juga menjadi saksi kasih Allah yang penuh belas kasih kepada mereka.

Saudara-saudara terkasih, keramahtamahan penting, dan juga merupakan keutamaan ekumenis yang penting. Keramahtamahan berarti, pertama-tama, mengenali bahwa umat Kristiani lainnya adalah benar-benar saudara dan saudari kita di dalam Kristus. Kita bersaudara. Seseorang mungkin mengatakan kepadamu : "Tetapi ia Protestan, ia Ortodoks ...“. Ya, tetapi kita bersaudara di dalam Kristus. Keramahtamahan bukan tindakan kemurahan hati satu arah, karena ketika kita menjamu umat Kristiani lainnya, kita menyambut mereka sebagai karunia yang dibuat untuk kita. Seperti orang-orang Malta - orang-orang Malta yang baik ini - kita dilunasi, karena kita menerima apa yang telah ditaburkan oleh Roh Kudus kepada saudara-saudari kita, dan ini juga menjadi karunia bagi kita, karena Roh Kudus juga menaburkan rahmat-Nya di manapun. Menerima umat Kristiani dari tradisi-tradisi lainnya berarti, pertama-tama, menunjukkan kasih Allah kepada mereka, karena mereka adalah anak-anak Allah - saudara-saudara kita -, dan bahkan berarti menerima apa yang telah dilakukan Allah dalam hidup mereka. Keramahtamahan ekumenis membutuhkan kesediaan untuk mendengarkan orang lain, memperhatikan kisah-kisah pribadi iman mereka dan kisah komunitas iman mereka dengan tradisi-tradisi lain, berbeda dari tradisi kita. Keramahtamahan ekumenis menyiratkan keinginan untuk mengetahui pengalaman yang dimiliki umat Kristiani lainnya tentang Allah dan pengharapan untuk menerima karunia-karunia rohani yang berasal daripadanya. Dan inilah rahmat; menemukan hal ini adalah karunia. Saya memikirkan masa lalu, negeri saya, misalnya. Ketika beberapa misionaris Injili datang, sekelompok kecil umat Katolik pergi membakar tenda mereka. Bukan rahasia; tidak bersifat Kristiani. Kita bersaudara, kita semua bersaudara dan kita harus saling menawarkan keramahtamahan.

Hari ini, laut tempat Paulus dan rekan-rekannya terdampar, sekali lagi merupakan tempat yang berbahaya bagi kehidupan para pelaut lainnya. Di seluruh dunia, para migran pria dan wanita menghadapi perjalanan beresiko untuk melarikan diri dari kekerasan, melarikan diri dari perang, melarikan diri dari kemiskinan. Seperti Paulus dan rekan-rekannya, mereka mengalami ketidakpedulian, permusuhan padang gurun, sungai, laut ... Sering kali mereka tidak diiperkenankan untuk turun di pelabuhan. Namun, sayangnya, kadang-kadang mereka bertemu dengan permusuhan manusia yang jauh lebih buruk; para pelaku perdagangan manusia mengeksploitasi mereka : hari ini! Beberapa penguasa memperlakukan mereka sebagai angka dan sebagai ancaman : hari ini! Terkadang ketidakramahan menolak mereka seperti gelombang menuju kemiskinan atau marabahaya yang daripadanya mereka melarikan diri.

Kita, sebagai umat Kristiani, harus bekerjasama untuk menunjukkan kepada para migran kasih Allah yang diwahyukan oleh Yesus Kristus. Kita dapat dan kita harus memberi kesaksian bahwa tidak hanya permusuhan dan ketidakpedulian, tetapi setiap orang berharga di mata Allah dan dikasihi oleh-Nya. Perpecahan yang masih ada di antara kita menghalangi kita untuk sepenuhnya menjadi tanda kasih Allah. Bekerjasama untuk hidup dalam keramahtamahan ekumenis, khususnya terhadap mereka yang hidupnya lebih rentan, akan membuat kita semua umat Kristiani - Protestan, Ortodoks, Katolik, semua umat Kristiani - manusia yang semakin baik, murid yang semakin baik, dan umat Kristiani yang semakin bersatu. Itu semua akan membawa kita semakin dekat terhadap persatuan, yang merupakan kehendak Allah bagi kita.

[Sambutan dalam bahasa Italia]

Sambutan hangat tertuju kepada umat berbahasa Italia. Secara khusus, saya menyambut para Suster Santo Yosef dari Chambery dan kaum muda Gerakan Focolare. Selain itu, saya menyambut para peziarah dari Keuskupan Termoli-Larino, yang ditemani oleh sang Uskup, Monsinyur Gianfranco De Luca; paroki-paroki, khususnya Paroki Gesualdo dan Paroki Aprilia; Kelompok Pemodal Italia Milan; Lembaga Budaya Musadoc Roma dan Villafranca Sicula. Akhirnya, saya menyambut kaum muda, kaum tua, orang-orang sakit dan para pengantin baru. Sabtu depan kita akan merayakan Hari Raya Bertobatnya Santo Paulus. Semoga teladan Rasul bangsa-bangsa bukan Yahudi tersebut, mendukung kita dalam perutusan untuk mewartakan keselamatan Kristus kepada semua orang, dengan memberikan yang terbaik.

[Ringkasan dalam bahasa Inggris yang disampaikan oleh seorang penutur]

Saudara dan saudari yang terkasih : katekese hari ini berlangsung dalam Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani (18-25 Januari 2020), yang tahun ini temanya - tentang keramahtamahan - dipersiapkan oleh komunitas Kristiani Malta dan Gozo. Tema ini berdasarkan pada pengalaman dramatis Santo Paulus yang terdampar di Malta, dan sambutan yang ia dan rekan-rekannya terima di sana. Memang, berbeda dengan kecamuk laut, orang-orang yang selamaf menerima "kebaikan yang luar biasa" (Kis 28:2), yang mencerminkan kasih Allah kepada mereka. Keramahtamahan ini kemudian dilunasi ketika Paulus menyembuhkan banyak orang sakit, sehingga mengungkapkan kasih Allah yang maharahim. Keramahtamahan adalah keutamaan ekumenis yang penting, yang terbuka untuk mendengarkan pengalaman yang dimiliki umat Kristiani lainnya tentang Allah. Ketika kita menyambut umat Kristiani dari beraneka ragam tradisi, kita mengungkapkan kasih Allah kepada mereka dan menerima karunia yang telah ditaburkan oleh Roh Kudus di dalam diri mereka. Dengan cara ini, kita umat Kristiani ditantang untuk mengatasi perpecahan kita dan menunjukkan kasih Kristus secara lebih ampuh kepada orang lain, terutama banyak migran yang, seperti Paulus, menghadapi marabahaya di laut, ketika mereka melarikan diri dari bahaya. Bekerjasama seperti ini akan membuat kita menjadi murid Tuhan yang semakin baik dan semakin bersatu sebagai Umat Allah.

Saya menyambut para peziarah dan para pengunjung berbahasa Inggris yang ambil bagian dalam Audiensi hari ini, terutama kelompok-kelompok dari Belgia, Korea Selatan, Australia, dan Amerika Serikat. Dalam Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani ini, saya mengucapkan salam khusus kepada para mahasiswa Institut Ekumenis Bossey. Saya juga menyambut para imam Institut Pendidikan Teologi Lanjutan Perguruan Tinggi Kepausan Amerika Utara. Atas kalian semua dan keluarga-keluarga kalian, saya memohonkan sukacita dan damai Tuhan kita Yesus Kristus. Semoga Allah memberkati kalian!

[Seruan Bapa Suci]

Tanggal 25 Januari mendatang, di Timur Jauh dan di pelbagai belahan dunia lainnya, jutaan pria dan wanita akan merayakan Tahun Baru Imlek. Kepada mereka saya menyampaikan salam hangat, terutama dengan harapan keluarga-keluarga menjadi tempat pendidikan keutamaan keramahtamahan, kebijaksanaan, rasa hormat terhadap setiap orang dan keselarasan dengan ciptaan.

Saya juga mengajak semua orang untuk mendoakan perdamaian, dialog dan kesetiakawanan di antara bangsa-bangsa : karunia yang lebih penting bagi dunia saat ini.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 19 Januari 2020 : TENTANG KESAKSIAN YOHANES PEMBAPTIS


Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi!

Hari Minggu Biasa II ini ditempatkan dalam kesinambungan dengan Pesta Penampakan Tuhan dan Pesta Pembaptisan Tuhan. Perikop Injil (bdk. Yoh 1:29-34) kembali berbicara kepada kita tentang pengejawantahan diri Yesus. Faktanya, setelah dibaptis di Sungai Yordan, Ia dikuduskan oleh Roh Kudus yang tinggal di atas-Nya dan dinyatakan sebagai Putra Allah oleh suara Bapa Surgawi (bdk. Mat 3:16-17). Penginjil Yohanes, berbeda dengan ketiga penginjil lainnya, tidak menggambarkan peristiwa itu, tetapi kepada kita mengedepankan kesaksian Yohanes Pembaptis. Yohanes Pembaptis adalah saksi Kristus yang pertama. Allah memanggilnya dan mempersiapkannya untuk hal ini.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 15 Januari 2020 : TENTANG KISAH PARA RASUL (28:16.30-31) - BAGIAN 19/TERAKHIR


Saudara dan saudari yang terkasih!

Hari ini kita mengakhiri katekese tentang Kisah Para Rasul dengan tahapan terakhir misi Santo Paulus, yaitu, Roma (bdk. Kis 28:14).

Perjalanan Paulus, yang merupakan kesatuan dengan perjalanan Injil, adalah bukti bahwa rute manusia, jika hidup dalam iman, dapat menjadi wilayah transit keselamatan Allah, melalui Sabda iman, yang merupakan peragian yang aktif dalam sejarah, yang mampu mengubah situasi dan membuka jalan baru. Kitab Kisah Para Rasul berakhir dengan kedatangan Paulus di jantung Kekaisaran, yang tidak dekat dengan kemartiran Paulus, tetapi dengan penaburan Sabda yang berlimpah. Akhir dari kisah Lukas berporos pada perjalanan Injil di dunia, mencakup dan mengikhtisarkan seluruh dinamika Sabda Allah, Sabda yang tak terbendung yang ingin dijalankan untuk menyampaikan keselamatan kepada semua orang.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 12 Januari 2020 : TENTANG PESTA PEMBAPTISAN TUHAN


Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Sekali lagi, saya bersukacita membaptis beberapa anak pada Pesta Pembaptisan Tuhan hari ini. Hari ini ada tiga puluh dua anak. Marilah kita mendoakan mereka dan keluarga mereka. Liturgi tahun ini menawarkan kita peristiwa Pembaptisan Yesus menurut kisah Injil Matius (bdk. 3:13-17). Penginjil Matius menggambarkan dialog antara Yesus, yang meminta untuk dibaptis, dan Yohanes Pembaptis, yang ingin mencegah-Nya dan berkata : "Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?" (ayat 14). Keputusan Yesus ini mengejutkan Yohanes Pembaptis. Sesungguhnya, Mesias tidak perlu ditahirkan; sebaliknya, Dialah yang mentahirkan. Namun, Allah adalah Yang Kudus, jalan-Nya bukan <jalan> kita, dan Yesus adalah Jalan Allah, jalan yang tidak dapat diduga. Marilah kita ingat bahwa Allah adalah Allah yang Mahamengejutkan.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 8 Januari 2020 : TENTANG KISAH PARA RASUL (27:15,21-24) - BAGIAN 18


Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Pada bagian terakhir, Kitab Kisah Para Rasul menceritakan bahwa Injil terus melanjutkan perjalanannya tidak hanya melalui daratan tetapi juga melalui lautan, di atas kapal yang membawa tahanan Paulus dari Kaisarea menuju Roma (bdk. Kis 27:1-28,16), di pusat Kekaisaran, sehingga sabda Yesus yang bangkit terlaksana : “Kamu akan menjadi saksi-Ku [...] sampai ke ujung bumi" (Kis 1:8). Bacalah Kitab Kisah Para Rasul dan kamu akan melihat bagaimana Injil, dengan kekuatan Roh Kudus, menjangkau semua orang, menjagat. Ambillah. Bacalah.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 6 Januari 2020 : TENTANG HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN


Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Hari ini kita merayakan Hari Raya Penampakan Tuhan, dengan mengenang orang-orang Majus yang datang dari Timur ke Betlehem, mengikuti bintang, untuk mengunjungi Mesias yang baru lahir. Perikop Injil (bdk. Mat 2:1-12) mencakup sebuah rincian yang memunculkan cerminan kita. Di akhir kisah, dikatakan bahwa orang-orang Majus “diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain” (ayat 12) - melalui jalan lain.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 5 Januari 2020 : TENTANG MAKNA KELAHIRAN YESUS


Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi!

Pada hari Minggu kedua Masa Natal ini, Bacaan-bacaan Kitab Suci membantu kita memperluas pandangan kita untuk sepenuhnya sadar akan makna kelahiran Yesus. Kitab Sirakh merayakan kedatangan Sang Kebijaksanaan ilahi di tengah-tengah umat (bdk. bab 24); Ia masih belum menjelma tetapi dipersonifikasikan dan, pada titik tertentu, Ia mengatakan tentang diri-Nya: “Yang menciptakan daku menetapkan tempat kemahku. Sabda-Nya : Di Yakublah mesti kaupasang kemahmu, dan Israel kaudapat milik pusaka” (24:8).

PESAN PAUS FRANSISKUS UNTUK HARI ORANG SAKIT SEDUNIA KE-28 (11 Februari 2020)

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Mat 11:28)

Saudara-saudari yang terkasih,

1.       Kata-kata Yesus, "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Mat 11:28) mengarah pada misteri jalan rahmat yang dinyatakan kepada orang-orang sederhana dan memberikan kekuatan baru kepada orang-orang yang letih lesu. Kata-kata Kristus ini mengungkapkan kesetiakawanan Putra Manusia dengan semua orang yang terluka dan menderita. Betapa banyak orang yang tubuh dan jiwanya menderita! Yesus mendesak semua orang untuk mendekat kepada-Nya - “Marilah kepada-Ku!” - dan Ia berjanji akan menghibur dan memberi kelegaan. “Ketika Yesus mengatakan hal ini, di hadapannya Ia berhadapan dengan orang-orang yang setiap hari Ia temui di jalan-jalan Galilea : sangat banyak orang sederhana, orang miskin, orang sakit, orang berdosa, orang-orang yang terpinggirkan oleh beban hukum dan sistem sosial yang menindas ... Orang-orang ini selalu mengikuti-Nya untuk mendengarkan perkataan-Nya, perkataan yang memberikan pengharapan! Kata-kata Yesus selalu memberi pengharapan!” (Doa Malaikat Tuhan, 6 Juli 2014).

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN : TENTANG HARI RAYA SANTA MARIA BUNDA ALLAH DAN HARI PERDAMAIAN SEDUNIA 1 Januari 2020


Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi dan selamat Tahun Baru!

Kemarin malam kita mengakhiri tahun 2019 dengan bersyukur kepada Allah atas karunia waktu dan atas segala kebaikan-Nya. Hari ini kita memulai tahun 2020 dengan sikap syukur dan pujian yang sama. Planet kita memulai peredaran matahari yang baru dan kita manusia terus menghuninya bukanlah pemberian. Hal tersebut tidak diberikan, melainkan selalu merupakan sebuah "mukjizat" yang menjadikan kita takjub dan bersyukur.