Saudara-saudari
yang terkasih, selamat pagi!
Jemaat
gerejawi yang dilukiskan dalam Kisah Para Rasul, jika hidup para Rasul
benar-benar berasal dari kekayaan yang kecenderungannya ditentukan Tuhan -
Tuhan itu murah hati! -, mengalami pertumbuhan numerik dan lonjakan besar,
meskipun ada berbagai serangan dari luar. Untuk menunjukkan kepada kita daya
hidup ini, Lukas juga menunjukkan kepada kita tempat-tempat penting, seperti
Serambi Salomo (bdk. Kis 5:12), tempat pertemuan bagi orang-orang percaya.
Serambi Salomo adalah ruang terbuka yang berfungsi sebagai tempat berteduh,
tetapi juga sebagai tempat pertemuan dan tempat kesaksian. Sebuah tempat yang
dikunjungi Yesus selama pesta-pesta besar (bdk. Yoh 10:23); tempat orang lumpuh
yang disembuhkan berjalan di sebelah Petrus dan Yohanes serta tempat Petrus
mewartakan Injil kepada orang-orang, menjelaskan bahwa iman dalam nama Yesus
memungkinkan penyembuhan itu (bdk. Kis 3:11). Oleh karena itu, Serambi Salomo
ini adalah tempat peristiwa Kristus disampaikan melalui perkataan, yang
menggerakkan hati serta juga dapat menyentuh dan menyembuhkan tubuh. Faktanya,
Lukas bersikeras pada tanda-tanda dan keajaiban-keajaiban yang menyertai
perkataan para Rasul dan perhatian khusus terhadap orang-orang sakit yang mereka
layani.
Dalam
Kisah Para Rasul bab 5, Gereja yang baru lahir menunjukkan dirinya sebagai
"rumah sakit lapangan", yang menerima orang-orang yang paling tak
berdaya, yaitu orang-orang sakit. Penderitaan mereka memikat para Rasul, yang
“tidak memiliki emas dan perak” (Kis 3:6) - demikian kata Petrus kepada orang
lumpuh - tetapi mereka kuat dalam nama Yesus. Di mata mereka, di mata umat
kristiani sepanjang masa, orang-orang sakit adalah para penerima istimewa
pewartaan yang menggembirakan dari Kerajaan Allah; mereka adalah
saudara-saudara yang di dalamnya Kristus hadir secara khusus, membiarkan diri
mereka dicari dan ditemukan oleh kita semua (bdk. Mat 25:36.40). Orang-orang
sakit adalah orang-orang yang diistimewakan Gereja, orang-orang yang
diistimewakan hati imami, orang-orang yang diistimewakan segenap umat beriman.
Mereka tidak seharusnya ditolak; sebaliknya, mereka harus diurus dan dijaga.
Mereka adalah sasaran perhatian umat kristiani.
Di
antara para Rasul, Petrus menyeruak, yang paling unggul dalam kelompok para
rasul diberi kedudukan tertinggi (bdk. Mat 16:18) dan perutusan diterima dari
Yesus yang bangkit (bdk. Yoh 21:15-17). Dialah yang membuka jalan untuk
pewartaan pada hari Pentakosta (bdk. Kis 2:14-41) dan yang pada Konsili
Yerusalem, bertugas memberi pengarahan (bdk. Kis 15 dan Gal 2:1-10).
Petrus
mendekati usungan dan lewat di antara orang sakit, seperti yang dilakukan
Yesus, memikul kelemahan dan menanggung penyakit mereka (bdk. Mat 8:17; Yes
53:4). Sang nelayan Galilea, dipanggil tidak lagi untuk menjala tetapi
mengumpulkan hati orang-orang yang menerima kehidupan Kristus; ia bukan tokoh
utama. Ia lewat, tetapi ia membiarkan Yang Lain mengejawantahkan diri-Nya :
Kristus yang hidup dan menjalankan! Sesungguhnya, seorang saksi adalah orang yang
mengejawantahkan Kristus, baik dengan kata-kata, maupun dengan kehadiran fisik,
yang memungkinkan ia mempertalikan dan melanggengkan Sabda yang menjadi manusia
dalam sejarah. Petrus adalah orang yang melakukan pekerjaan-pekerjaan Tuannya
(bdk. Yoh 14:12 : memandang-Nya dengan iman, Kristus sendiri terlihat. Dipenuhi
dengan Roh Tuhannya, Petrus lewat dan, tanpa melakukan apapun, bayangannya
menjadi penyembuhan "belaian", menyampaikan kesehatan, pencurahan
kelembutan Yesus yang bangkit, yang membungkuk pada orang sakit dan memulihkan
kehidupan, keselamatan, martabat. Dengan demikian, Allah mengejawantahkan
kedekatan-Nya dan menjadikan luka anak-anak-Nya "tempat teologis
kelembutan-Nya" (Meditasi Pagi, Casa Santa Marta, 14 Desember 2017) Dalam luka
orang sakit, dalam penyakit yang menghambat untuk maju dalam kehidupan, selalu
ada kehadiran Yesus, luka Yesus, Yesuslah yang memanggil kita masing-masing
untuk merawat mereka, mendukung mereka, menyembuhkan mereka. Tindakan
penyembuhan Petrus membangkitkan kebencian dan kecemburuan orang-orang Saduki,
yang memenjarakan para Rasul dan, mereka kebingungan dengan pembebasan ajaib
para Rasul dan melarang para Rasul untuk mengajar. Orang-orang ini melihat
berbagai mukjizat yang dilakukan oleh para Rasul. tidak dengan sihir, tetapi
atas nama Yesus, tetapi mereka tidak mau menerimanya dan memenjarakan para
Rasul; mereka menyesah para Rasul. Kemudian para Rasul dibebaskan secara ajaib,
tetapi hati orang-orang Saduki begitu keras sehingga mereka tidak sudi
mempercayai apa yang mereka lihat. Kemudian Petrus menjawab, menawarkan kunci
kehidupan kristiani : "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada
manusia" (Kis 5:29), karena mereka - orang-orang Saduki - mengatakan :
"Kamu tidak boleh melanjutkan hal-hal ini; kamu tidak boleh menyembuhkan”.
“Aku menaati Allah sebelum aku menaati manusia”, yang merupakan jawaban
kristiani yang agung. Ini berarti mendengarkan Allah tanpa syarat, tanpa
menunda-nunda, tanpa perhitungan; menaati-Nya agar mampu bersekutu dengan-Nya
dan dengan orang-orang yang kita temui di jalan kita.
Marilah
kita juga memohonkan kekuatan kepada Roh Kudus agar tidak takut di hadapan
orang-orang yang meminta kita untuk diam, yang memfitnah kita dan bahkan
berusaha menentang hidup kita. Marilah kita mohon kepada-Nya untuk menguatkan
batin kita guna memastikan kehadiran Tuhan yang penuh kasih dan menghibur di
sisi kita.
[Sambutan
dalam bahasa Italia]
Saya
menyapa para peserta dalam peziarahan di Ukraina [Umat menanggapi dengan sebuah
salam dalam bahasa Ukraina].
Saya
senang menerima para biarawati Santa Ana; para hamba Perawan Maria Yang Tak
Bernoda dan para peserta dalam pertemuan musim panas untuk para seminaris, yang
diselenggarakan oleh Opus Dei.
Saya
menyapa para remaja penerima sakramen krisma dari Keuskupan Verona; para remaja
penerima sakramen krisma dari Keuskupan Chiavari bersama sang uskup, Monsinyur
Alberto Tanasino; dan para remaja penerima sakramen krisma dari Keuskupan Lucca
bersama sang uskup, Monsinyur Paolo Giulietti.
Saya
menyapa umat Paroki Ficulle dan Paroki Dragonara Potenza; dan Lembaga Hemopatik
Onkologis Anak.
Secara
khusus, saya memikirkan kaum muda, kaum tua, orang-orang sakit, dan para
pengantin baru.
Hari
ini kita merayakan Peringatan Santo Agustinus, Uskup dan Pujangga Gereja. Saya
mengundang semua orang untuk memperkenankan diri mereka diilhami oleh
kekudusannya dan ajarannya. Bersama-sama dia, temukan kembali cara batin yang
menuntun pada Allah dan sesama kalian yang paling membutuhkan.
[Ringkasan
dalam bahasa Inggris yang disampaikan oleh seorang penutur]
Saudara-saudari
yang terkasih : Dalam katekese lanjutan kita tentang Kisah Para Rasul, kita
sekarang bercermin pada bagaimana Tuhan menguatkan umat Kristiani perdana,
memungkinkannya tumbuh dan melayani orang-orang yang paling membutuhkan. Daya
hidup Gereja yang muncul, bahkan ketika terancam oleh berbagai serangan, dapat
dilihat dalam pelayanan Santo Petrus. Seperti Yesus, ia terpikat pada
orang-orang yang sedang menderita, terutama orang-orang sakit dan orang-orang
yang tak berdaya, serta - dipenuhi dengan Roh Tuhan - ia melaksanakan pekerjaan
penyembuhan Kristus sendiri. Namun kegiatan semacam itu memicu kebencian
orang-orang Saduki, yang memenjarakan para Rasul dan berusaha untuk
menghentikan pengajaran mereka. Akan tetapi, jawaban Petrus bahwa "kita
harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia" (Kis 5:29),
memberi kunci pada kehidupan kristiani kita. Hal ini berarti mendengarkan Allah
tanpa menunda atau tanpa syarat, serta tetap setia kepada-Nya. Sewaktu kita
berusaha untuk melayani saudara-saudari kita, marilah kita memohonkan kekuatan
batin kepada Roh Kudus agar kita memahami bahwa Tuhan senantiasa berada di
pihak kita.
Saya
menyambut para peziarah dan para pengunjung berbahasa Inggris yang ambil bagian
dalam Audiensi hari ini, terutama yang berasal dari Inggris dan Amerika
Serikat. Atas kalian dan keluarga-keluarga kalian, saya memohonkan sukacita dan
damai Tuhan. Semoga Allah memberkati kalian!