Saudara-saudari
terkasih, selamat pagi!
Pertemuan
kita tentang Dasa Firman hari ini membawa kita ke kedua Perintah terakhir. Kita
mendengarnya pada pembukaan. Kedua perintah tersebut bukan hanya kata-kata
terakhir dari teks tetapi lebih dari itu : kedua Perintah tersebut adalah
penggenapan perjalanan melalui Dasa Firman, menyentuh hati dari semua yang
telah diberikan kepada kita di dalamnya. Bahkan, dengan pemahaman, kedua
Perintah tersebut tidak menambahkan muatan baru : petunjuk "jangan
mengingini istri sesamamu [...] atau apapun yang dipunyai sesamamu” (Kel 20:17)
setidaknya termaktub dalam Perintah tentang perzinahan dan pencurian; lalu, apa
fungsi dari kata-kata ini? Apakah kata-kata ini merupakan ringkasan? Apakah
kata-kata ini lebih dari itu? Marilah kita tetap sungguh menyampaikan bahwa seluruh
Perintah memiliki tugas untuk menunjukkan batasan kehidupan, batas agar manusia
tidak menghancurkan dirinya sendiri dan sesamanya, merusak hubungannya dengan
Allah. Jika kamu melampauinya, kamu menghancurkan dirimu sendiri; kamu juga
menghancurkan hubungan dengan Allah dan hubungan dengan orang lain.
Perintah-perintah tersebut menunjukkan hal ini. Kenyataan bahwa semua
pelanggaran umumnya berakar dari dalam : keinginan jahat, disoroti melalui
Perintah terakhir ini. Seluruh dosa dilahirkan dari keinginan jahat -
seluruhnya. Hati mulai bergerak di sana, dan hati memasuki alunan itu dan
berakhir dengan pelanggaran. Tetapi bukan pelanggaran hukum formal, legal :
pelanggaran yang melukai diri sendiri dan orang lain. Tuhan Yesus mengatakannya
secara sederhana dalam Injil : “Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul
segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan,
keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan,
kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang"
(Mrk 7:21-23).