Paus Fransiskus berdoa Regina Caeli bersama lebih dari 80.000 orang
yang berkumpul di
Lapangan Santo Petrus pada Hari Minggu Paskah III 14 April 2013. Di
bawah ini, adalah wejangan
Paus Fransiskus sebelum Doa Regina Caeli tersebut.
***************************
Saudara
dan saudari terkasih, hari yang baik untuk Anda!
Saya ingin menyinggung secara singkat perikop dari Kisah Para Rasul, yang kita baca dalam liturgi Hari Minggu Paskah III ini. Teks ini mengatakan bahwa khotbah pertama para rasul di Yerusalem memenuhi kota-kota dengan kabar bahwa Yesus benar-benar telah bangkit, menurut Kitab Suci, dan Ia adalah Mesias yang diramalkan oleh para nabi. Para imam kepala dan penguasa kota menghentikan perkembangan komunitas umat Kristiani sejak awal. Mereka memenjarakan para rasul, memerintahkan mereka untuk tidak mengajar dalam nama-Nya. Tetapi, Petrus dan sebelas rasul lainnya menjawab, “Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia. Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus .... yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat .... Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus (Kis 5:29-32). Oleh karena itu mereka menyesah para rasul dan memerintahkan mereka untuk tidak lagi berbicara dalam nama Yesus dan mereka pergi, "dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena nama Yesus (Kis 5:41)”.
Dan saya bertanya pada diri saya
sendiri: "Di manakah kekuatan
para murid pertama untuk kesaksian mereka
ini?". Tidak
hanya: dari manakah datangnya kepada mereka keberanian untuk berkhotbah dan sukacita berkhotbah, terlepas
dari hambatan dan kekerasan
[yang mereka hadapi]? Jangan lupa bahwa
para
rasul adalah
orang-orang sederhana. Mereka bukan
para ahli Taurat,
bukan pengajar hukum, bukan kalangan imam. Bagaimana mereka bisa, dengan (segala) keterbatasan mereka, dan
ditentang oleh pihak berwenang, memenuhi Yerusalem dengan ajaran mereka (bdk. Kis
5:28)? Hanya kehadiran
Tuhan yang Bangkit bersama mereka, dan
tindakan Roh Kudus dapat menjelaskan hal ini. Itulah Tuhan, yang
bersama mereka, dan Roh, yang menggerakkan mereka untuk berkhotbah: [hal ini] menjelaskan kejadian yang luar biasa ini. Iman mereka didasarkan
pada begitu kuat dan pribadinya
pengalaman Kristus yang disalibkan dan bangkit, sehingga mereka tidak takut
apa pun atau siapa pun, dan bahkan memandang penganiayaan mereka sebagai lencana kehormatan,
yang membuat mereka mampu mengikuti jejak Yesus dan
untuk menjadi seperti Dia, bersaksi [bagi-Nya] dengan kehidupan
mereka.
Sejarah komunitas
Kristen pertama ini memberitahu kita sesuatu yang sangat penting, yang berlaku untuk Gereja
di setiap zaman, dan juga untuk kita: ketika
seseorang benar-benar memahami Yesus Kristus dan percaya kepada-Nya, orang itu mengalami kehadiran-Nya dan
kuasa
kebangkitan-Nya dalam kehidupannya, dan ia tidak bisa tidak menyampaikan pengalaman
tersebut. Jika menjumpai kesalahpahaman
atau kesulitan, orang itu berperilaku seperti Yesus dalam Sengsara-Nya: ia menanggapi dengan kasih dan dengan kekuatan kebenaran.
Saat kita berdoa Regina Caeli bersama-sama, marilah kita memohon pertolongan Santa Perawan Maria sehingga Gereja di seluruh dunia boleh memaklumkan kebangkitan Tuhan dengan kejujuran dan keberanian, dan memberikan kesaksian secara efektif melalui tanda-tanda kasih persaudaraan - karena kasih persaudaraan adalah yang kesaksian paling mendalam yang dapat kita berikan bagi [kebenaran] bahwa Yesus hidup dan bersama kita, bahwa Yesus bangkit. Marilah kita berdoa terutama bagi orang-orang Kristiani yang menderita penganiayaan - [dan] pada saat ini, ada banyak orang Kristiani yang menderita penganiayaan, banyak sekali, di banyak negara: marilah kita berdoa untuk mereka dari hati kita, dengan kasih, sehingga mereka boleh merasakan kehadiran yang hidup dan menghibur dari Tuhan yang Bangkit.