"Umat
Buddha dan Umat Kristiani : Membangun Budaya Belas Kasih dan Persaudaraan"
Sahabat-sahabat
umat Buddha yang terkasih,
1. Atas nama Dewan Kepausan untuk Dialog
Antaragama, kami menyampaikan salam dan harapan yang tulus kepadamu dan segenap
umat Buddha di seluruh dunia saat kamu merayakan pesta Waisak (Hanamatsuri).
Selama dua puluh empat tahun terakhir, Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama
telah mengirimkan salam kepadamu pada kesempatan yang membahagiakan ini. Karena
tahun ini memperingati dua puluh lima tahun pesan tradisional ini, kami ingin
memperbarui ikatan persahabatan dan kerjasama kami dengan berbagai tradisi yang
kamu wakili.
2.
Tahun ini, kami ingin bercermin
bersamamu pada tema "Umat Buddha dan Umat Kristiani : Membangun Budaya
Belas Kasih dan Persaudaraan". Kami menyadari nilai tinggi yang
diberikan masing-masing tradisi keagamaan terhadap belas kasih dan persaudaraan
dalam pencarian rohani kita serta dalam kesaksian dan pelayanan kita bagi umat
manusia yang terluka dan bumi yang terluka.
3. Dokumen Persaudaraan Umat
Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama menyatakan : “Ajaran-ajaran agama yang otentik mengundang kita untuk
tetap berakar pada nilai-nilai perdamaian; memelihara nilai saling memahami,
persaudaraan umat manusia dan hidup berdampingan yang rukun”. Ketika bertemu
Patriark Tertinggi Buddha di Thailand pada bulan November yang lalu, Bapa Suci
Paus Fransiskus menyatakan bahwa “kita dapat tumbuh dan hidup bersama sebagai
“sesama” yang baik dan dengan demikian di antara umat kita dapat digalakkan
pengembangan proyek-proyek amal baru, yang mampu menghasilkan dan
melipatgandakan prakarsa-prakarsa yang mudah dilaksanakan di jalan
persaudaraan, terutama yang berkenaan dengan kaum miskin dan rumah bersama kita
yang banyak disalahgunakan. Dengan cara ini, kita akan berkontribusi pada
pembentukan budaya belas kasih, persaudaraan dan perjumpaan, baik di sini
maupun di bagian dunia lainnya” (bdk. Kunjungan kepada Patriark Tertinggi
Buddha, Bangkok, 21 November 2019).
4. Pesta Waisak (Hanamatsuri) mendorong
kita untuk mengingat bahwa Pangeran Sidharta berangkat mencari kebijaksanaan
dengan mencukur kepalanya dan melepaskan status pangerannya. Ia menukar pakaian
sutra Benares dengan jubah sederhana seorang biarawan. Sikap mulianya mengingatkan
kita akan Santo Fransiskus dari Asisi : ia memotong rambutnya dan menukar
pakaiannya yang bagus dengan jubah sederhana seorang pengemis karena ia ingin
mengikuti Yesus, yang “telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa
seorang hamba” (Flp 2:7) dan “tidak mempunyai tempat untuk meletakkan
kepala-Nya” (Mat 8:20). Teladan mereka dan para pengikut mereka mengilhami kita
untuk menjalani kehidupan yang tidak terikat dengan memandang apa yang paling
penting. Oleh karena itu, sebagai konsekuensinya, kita dapat semakin bebas
mengabdikan diri kita untuk mengembangkan budaya belas kasih dan persaudaraan
untuk pengentasan penderitaan manusia dan ekologi.
5. Semuanya terkait. Saling
ketergantungan membawa kita kembali ke tema belas kasih dan persaudaraan. Dengan
semangat syukur atas persahabatanmu, kami dengan rendah hati meminta kamu untuk
menyertai dan mendukung sahabat-sahabat Kristianimu dalam membina kebaikan dan
persaudaraan yang penuh cinta di dunia dewasa ini. Ketika kita, umat Buddha dan
umat Kristiani, saling belajar bagaimana menjadi semakin penuh perhatian dan
berbelas kasih, semoga kita terus mencari cara-cara untuk bekerja sama guna
menjadikan keterkaitan kita sebagai sumber berkat bagi semua makhluk hidup dan
planet ini, rumah kita bersama.
6. Kami percaya bahwa untuk menjamin
kelangsungan kesetiakawanan sejagad kita, perjalanan kita bersama membutuhkan
proses pendidikan. Untuk tujuan ini, acara sejagad akan berlangsung pada 15
Oktober 2020 dengan tema "Menemukan Kembali Dampak Global dalam Pendidikan".
“Pertemuan ini akan menghidupkan kembali dedikasi kita untuk dan dengan kaum
muda, memperbarui semangat kita untuk pendidikan yang semakin terbuka dan
menyertakan, termasuk mendengarkan dengan sabar, dialog yang membangun dan
saling pemahaman yang semakin baik” (Paus Fransiskus, Pesan untuk Peluncuran
Dampak Global dalam Pendidikan, 12 September 2019). Kami mengundangmu untuk
bekerja sama dengan semua orang guna menggalakkan prakarsa ini, baik secara
perorangan maupun dalam komunitasmu, memelihara humanisme baru. Kami juga
senang melihat umat Buddha dan umat Kristiani mempergunakan nilai-nilai yang
dipegang teguh dan bekerja sama untuk mencerabut berbagai penyebab penyakit
sosial di pelbagai belahan dunia.
7. Marilah kita mendoakan semua orang
yang terkena pandemi virus Corona dan orang-orang yang memberikan kepedulian.
Marilah kita mendorong umat kita untuk menjalani saat yang sulit ini dengan
pengharapan, belas kasih, dan amal.
8. Sahabat-sahabat Buddha yang terkasih,
dalam semangat persahabatan dan kerjasama ini, kami sekali lagi mengucapkan
kepadamu selamat merayakan Waisak (Hanamatsuri) dengan penuh kedamaian dan
sukacita.
Miguel
Ángel Kardinal Ayuso Guixot, MCCJ
Ketua
Mgr.
Kodithuwakku K. Indunil J.
Sekretaris
______
(dialihbahasakan oleh Peter Suriadi dari http://www.vatican.va/roman_curia/pontifical_councils/interelg/documents/rc_pc_interelg_doc_20200402_vesakh-2020_en.html)