Saudara-saudari terkasih!
Yubileum
adalah awal baru bagi manusia dan bumi; yubileum adalah waktu ketika segala
sesuatu harus dipikirkan kembali dalam impian Allah. Dan kita tahu bahwa kata "pertobatan"
menunjukkan perubahan arah. Segala sesuatu akhirnya dapat dilihat dari sudut
pandang lain, dan dengan demikian kita juga melangkah menuju tujuan baru.
Begitulah pengharapan, yang tidak pernah mengecewakan, muncul. Kitab Suci
menceritakan hal ini dengan berbagai cara. Dan bagi kita juga, pengalaman iman
telah dirangsang oleh perjumpaan dengan orang-orang yang telah mampu berubah
dalam hidup dan, dapat dikatakan, telah masuk ke dalam impian Allah. Karena
meskipun ada banyak kejahatan di dunia, kita dapat membedakan: kebesaran
mereka, yang sering kali seiring dengan kekecilan, memenangkan hati kita.
Dalam
keempat Injil, sosok Maria Magdalena menonjol di atas semua yang lain karena
hal ini. Yesus menyembuhkannya dengan belas kasihan (lih. Luk 8:2), dan ia
berubah: saudara-saudari, belas kasihan mengubah, belas kasihan mengubah hati,
dan bagi Maria Magdalena, belas kasihan membawanya ke dalam impian Allah dan
memberikan tujuan baru bagi perjalanannya.
Injil
Yohanes menceritakan tentang perjumpaannya dengan Yesus yang bangkit dengan
cara yang membuat kita berpikir. Diulang beberapa kali bahwa Maria berpaling.
Penginjil memilih kata-katanya dengan baik! Sambil menangis, Maria pertama-tama
menjenguk ke dalam kubur, lalu ia berpaling: Yesus yang bangkit tidak berada di
sisi kematian, tetapi di sisi kehidupan. Ia dapat disalahartikan sebagai salah
seorang yang kita jumpai setiap hari. Kemudian, ketika mendengar namanya
disebut, Injil mengatakan bahwa Maria kembali berpaling. Begitulah pengharapan
tumbuh: sekarang ia melihat kubur, tetapi tidak seperti sebelumnya. Ia dapat
mengeringkan air matanya, karena ia telah mendengar namanya: hanya Sang Guru
yang mengucapkannya dengan cara ini. Dunia lama yang tampaknya masih ada sudah
tidak ada lagi. Ketika kita merasakan Roh Kudus bekerja di dalam hati kita, dan
kita merasakan Tuhan sedang memanggil nama kita, tahukah kita bagaimana
mengenali suara Sang Guru?
Saudara-saudari
terkasih, dari Maria Magdalena, yang oleh tradisi disebut sebagai "rasul
dari para rasul", kita belajar tentang pengharapan. Kita memasuki dunia
baru dengan bertobat lebih dari satu kali. Perjalanan kita adalah undangan
terus-menerus untuk mengubah sudut pandang. Yesus yang bangkit membawa kita ke
dunia-Nya, langkah demi langkah, dengan syarat kita tidak mengaku telah
mengetahui segalanya.
Hari
ini marilah kita bertanya kepada diri kita sendiri: apakah aku tahu bagaimana
cara berpaling untuk melihat segala sesuatu secara berbeda, dengan sudut
pandang yang berbeda? Apakah aku memiliki keinginan untuk bertobat?
Ego
yang terlalu percaya diri dan terlalu sombong menghalangi kita untuk mengenali
Yesus yang bangkit. Bahkan ketika kita menangis dan putus asa, kita berpaling
dari-Nya. Daripada melihat ke dalam kegelapan masa lalu, ke dalam kekosongan
kubur, dari Maria Magdalena kita belajar untuk berpaling terhadap kehidupan. Di
sanalah Sang Guru kita menanti kita. Di sanalah nama kita disebut. Karena dalam
kehidupan nyata ada tempat bagi kita, selalu dan di manapun. Ada tempat bagimu,
bagi saya, bagi semua orang. Tidak seorang pun dapat mengambilnya, karena
tempat itu selalu dimaksudkan bagi kita. Tidak baik, seperti yang dikatakan
orang paqda umumnya, meninggalkan kursi kosong tidak baik: "Tempat ini
untukku; jika aku tidak pergi...". Setiap orang dapat berkata: Aku
mempunyai tempat, aku adalah sebuah perutusan! Pikirkan tentang ini: apa
tempatku? Perutusan apa yang diberikan Tuhan kepada kita? Semoga pemikiran ini
membantu kita untuk mengambil sikap berani dalam hidup. Terima kasih.
[Sapaan]
Saya
menyapa dengan hangat para peziarah yang hadir di Aula ini dan mereka yang
datang dari Basilika Vatikan. Saat ini jumlah mereka banyak dan kita harus
melakukannya di dua tempat, tetapi terhubung.
Saya
senang menyapa umat Keuskupan Capua dan Keuskupan Caserta. Mereka datang ke
Roma, bersama gembala mereka Uskup Agung Pietro Lagnese, juga untuk melakukan
kunjungan balasan terhadap kunjungan saya yang penuh sukacita ke Caserta pada
tanggal 26 Juli 2014. Dengan kasih sayang saya menyapa imam Giovanni Traettino,
seorang sahabat baik; saya menyapa para imam, para pelaku hidup bakti, para
pekerja pastoral, keluarga-keluarga dan kamu semua, dengan penuh hormat
memikirkan para pejabat sipil. Saya ingin menyampaikan kembali rasa terima
kasih saya atas sambutan hangat yang kamu berikan kepada saya pada kesempatan
itu. Semoga kenangan akan peristiwa itu, yang penuh dengan makna gerejawi dan
spiritual, membangkitkan kembali keinginan setiap orang untuk memperdalam
kehidupan iman dan selalu menjadi saksi pengharapan dan pekerja perdamaian.
Saya
memikirkan peziarahan Keuskupan Sulmona-Valva, bersama Uskup Michele Fusco, dan
para seminaris Keuskupan Bergamo. Saudara-saudari terkasih, saya mendorongmu
untuk semakin memahami dan menyambut kasih Allah, sumber dan motif sukacita sejati
kita. Saya juga menyapa para seminaris Keuskupan Bergamo dan mendesak mereka
untuk selalu menempatkan Yesus di pusat kehidupan mereka.
Berkat
saya untuk kamu semua!
____
(Peter Suriadi - Bogor, 2 Februari 2025)