Melanjutkan katekesenya tentang Gereja, Paus Fransiskus merenungkan peran
Maria sebagai gambar dan teladan iman, amal,
dan persatuan dengan
Kristus. Diperkirakan 100.000 orang berkumpul di Lapangan Santo Petrus untuk mendengarkan
Audiensi Umum Paus Fransiskus. Berikut adalah wejangan lengkap Bapa
Suci dalam Audiensi Umum tersebut.
******
Saudara dan
saudari terkasih, selamat pagi!
Melanjutkan katekese tentang Gereja,
hari ini saya ingin melihat Maria sebagai gambar dan teladan Gereja. Maka saya
mengambil sebuah ungkapan Konsili Vatikan II. Konstitusi Lumen Gentium mengatakan: "Seperti telah diajarkan
oleh Santo Ambrosius, Bunda Allah itu pola Gereja, yakni dalam hal iman, cinta
kasih dan persatuan sempurna dengan Kristus” (No. 63).
Kita mulai dengan segi pertama, Maria sebagai teladan iman. Dalam arti apakah Maria merupakan teladan iman Gereja? Mari kita berpikir tentang siapa Perawan Maria : seorang gadis Yahudi, yang menanti dengan sepenuh hatinya penebusan bangsanya. Namun dalam hati anak
perempuan muda Israel itu ada sebuah rahasia yang ia sendiri belum tahu: dalam rancangan kasih Allah ia ditakdirkan untuk menjadi Bunda Penebus.
Dalam Kabar
Sukacita, pembawa pesan Allah menyebutnya "penuh rahmat" dan mengungkapkan
rencana ini kepadanya. Maria menjawab "ya"
dan sejak saat itu iman Maria menerima cahaya baru : ia berpusat pada Yesus, Putra Allah yang telah
mengambil daging darinya, yang di dalamnya janji-janji seluruh
sejarah keselamatan terpenuhi. Iman
Maria adalah pemenuhan iman Israel, dalam dia seluruh cara, seluruh jalan orang-orang yang menantikan penebusan terpusat, dan dalam
pengertian inilah teladan iman Gereja, yang memiliki Kristus sebagai pusat,
penjelmaan kasih Allah yang
tak terbatas.
Bagaimana Maria
menghayati iman ini? Dalam
kesederhanaan ribuan pekerjaan harian dan keasyikan setiap ibu, seperti
menyediakan makanan, pakaian, perawatan rumah ... Sebenarnya keberadaan biasa Bunda kita
ini
adalah medan di mana hubungan tunggal terjadi dan sebuah dialog yang mendalam
antara dia dan Allah, antara dia dan Putranya. “Ya”
Maria, sudah sempurna di
awal, tumbuh hingga saat Salib. Di
sana keibuannya melebar merangkul kita masing-masing, kehidupan kita, menuntun kita kepada Putranya. Maria selalu hidup
tenggelam dalam misteri Allah yang menjadi manusia, sebagai murid-Nya yang pertama dan sempurna,
merenungkan segala sesuatu dalam hatinya dalam terang Roh Kudus, untuk memahami dan
mempraktekkan seluruh kehendak Allah.
Mari kita bertanya kepada diri kita
: apakah
kita membiarkan
diri kita diterangi oleh iman Maria Bunda kita? Atau apakah kita menganggapnya jauh, terlalu berbeda dari kita? Dalam saat-saat sulit, saat-saat
pencobaan, saat-saat kegelapan, apakah kita memandang dia sebagai teladan kepercayaan kepada Allah, yang menghendaki selalu dan hanya kebaikan kita? Mari kita berpikir tentang hal ini, mungkin akan membuat kita dengan baik menemukan Maria sebagai teladan dan sosok Gereja dalam iman yang ia milik
ini.
Kita masuk ke segi yang kedua : Maria teladan amal. Dalam cara apa Maria merupakan
teladan kasih yang hidup bagi Gereja? Kita berpikir tentang kesediaannya dalam bantuannya untuk sepupunya Elizabet. Mengunjunginya, Perawan Maria tidak hanya membawa bantuan materinya, tetapi juga
ini, ia membawa Yesus, yang sudah tinggal dalam rahimnya. Membawa Yesus ke rumah itu berarti membawa sukacita, kepenuhan sukacita. Elizabet dan Zakaria senang oleh karena kehamilan yang tampaknya mustahil di usia mereka, tetapi adalah Maria yang muda yang
membawa kepada mereka kepenuhan sukacita, yang berasal dari Yesus dan dari Roh Kudus dan diungkapkan dalam amal yang
cuma-cuma, dalam berbagi, dalam membantu satu sama lain, dalam memahami satu sama lain.
Bunda kita juga ingin membawa kepada kita, kepada semua orang, karunia besar yang adalah Yesus; dan bersama
Dia ia membawa kasih-Nya, damai-Nya, sukacita-Nya. Demikianlah Gereja seperti Maria, Gereja bukanlah sebuah bisnis, bukan lembaga kemanusiaan, Gereja bukan sebuah lembaga
swadaya masyarakat, Gereja diutus untuk membawa Kristus dan Injil-Nya; ia tidak membawa dirinya
sendiri - apakah kecil, besar, kuat, lemah, Gereja membawa Yesus dan harus seperti
Maria saat pergi mengunjungi Elizabet. Apa yang dibawa Maria? Yesus. Gereja membawa Yesus
:
ini
adalah pusat Gereja, membawa Yesus! Jika, secara berandai-andai, Gereja pada suatu saat tidak membawa Yesus, maka akan menjadi sebuah Gereja yang mati! Gereja harus membawa amal Yesus, kasih Yesus.
Kita berbicara tentang Maria, tentang Yesus. Dan kita? Kita yang adalah Gereja? Kasih apakah yang kita
bawa bagi orang lain? Apakah kasih Yesus yang berbagi, yang mengampuni, yang menyertai, atau apakah kasih yang ditumpahkan ke bawah, seperti anggur yang ditumpahkan ke bawah yang menyerupai air? Apakah kasih yang kuat, atau sangat lemah sehingga mengikuti timbang rasa, yang mengusaha
sebuah pertukaran, kasih dengan kepentingan-kepentingan. Pertanyaan lain : apakah Yesus seperti
kasih dengan kepentingan-kepentingan? Tidak, Ia tidak seperti itu, karena kasih harus bebas, seperti kasih-Nya. Bagaimana hubungan di paroki-paroki kita, di komunitas-komunitas kita? Apakah kita memperlakukan satu sama
lain sebagai
saudara dan saudari? Atau apakah kita saling menghakimi, berbicara buruk satu sama lain, masing-masing merawat lahan mereka sendiri, atau apakah kita peduli satu sama lain. Inilah pertanyaan-pertanyaan amal!
Dan, secara singkat, segi terakhir : Maria adalah teladan persatuan dengan Kristus. Kehidupan Perawan Suci adalah kehidupan seorang perempuan jemaatnya
: ia berdoa, bekerja, pergi ke rumah ibadat ... Namun, setiap tindakan selalu dilakukan dalam persatuan yang sempurna dengan Yesus. Persatuan ini mencapai puncaknya di Kalvari: di sini Maria mempersatukan dirinya kepada Putranya dalam kemartiran batin dan dalam menawarkan kehidupan kepada Bapa bagi keselamatan umat manusia. Bunda kita menjadikan dirinya sendiri penderitaan Putranya dan bersama Dia menerima kehendak Bapa, dalam ketaatan yang menghasilkan buah, yang memberi kemenangan sejati atas kejahatan dan kematian.
Kenyataan yang diajarkan kepada kita ini sangat indah : menjadi selalu bersatu dengan Yesus. Kita bisa bertanya kepada diri kita
: apakah
kita ingat Yesus hanya ketika sesuatu tidak berjalan dengan baik atau saat kita membutuhkan, atau apakah hubungan kita langgeng, sebuah persahabatan yang mendalam, juga ketika itu merupakan
sebuah
pertanyaan mengikuti Dia di jalan salib?
Marilah kita mohon kepada Tuhan untuk memberi kita rahmat kasih karunia-Nya, kekuatan-Nya, sehingga dalam hidup kita dan dalam kehidupan setiap komunitas gerejani teladan tercermin dari teladan Maria, Bunda Gereja. Semoga!
***
[Penutur]
Saudara dan
saudari terkasih:
Dalam lanjutan katekese kita
tentang Gereja, kita sekarang
melihat kepada Perawan Maria yang, seperti diingatkan Konsili Vatikan II kepada kita, adalah "pola
Gereja, yakni dalam hal iman, cinta kasih dan persatuan sempurna dengan Kristus”
(Lumen
Gentium, 63).
Sebagai anak perempuan Israel, Maria menanggapi dalam iman terhadap panggilan Allah dan menjadi
Bunda Putra-Nya. Ia mengajarkan kita untuk
menjalani kehidupan iman dengan ketaatannya kepada kehendak
Tuhan dan dengan pengabdian tanpa putus-putusnya kepada Yesus dan karya-Nya. Mary juga meneladankan amal Gereja, yang lahir dari iman,
yang membawa sukacita dan damai kehadiran Kristus kepada orang lain dan kepada dunia kita.
Akhirnya, Maria meneladankan
persatuan Gereja dengan Kristus melalui doa dan keikutsertaannya yang langgeng dalam misteri kehidupan,
kematian dan kebangkitan-Nya. Sebagai Bunda Gereja, semoga Maria, dengan doanya, membawa kita semakin
dekat kepada Tuhan, membuka hati
kita untuk berbagi
kasih-Nya yang mengubah dan menebus, dan
mengilhami kita untuk meletakkan iman kita
yang teguh dalam sabda
Allah, mempercayai
kebaikan-Nya dan rencana-Nya yang menyenangkan bagi kita dan bagi dunia kita.
[Paus Fransiskus dalam Bahasa Italia]
Saya menyapa semua peziarah
berbahasa Inggris yang hadir pada Audiensi hari ini, di antaranya dari Inggris, Irlandia, Denmark, Norwegia, Belanda, India, Jepang, Filipina, Thailand, Guam, Kanada dan
Amerika Serikat. Secara khusus saya menyambut Kelompok
Seluruh Parlemen Kerajaan Inggris untuk Takhta Suci, dengan keinginan baik yang tulus untuk pertemuan mereka dalam hari-hari ini. Terutama Anda semua, dan keluarga-keluarga Anda, saya memohonkan berkat sukacita dan
damai Allah!
* * *
Saya menyampaikan
sambutan yang tulus kepada para peziarah berbahasa Italia. Saya menyapa umat dari keuskupan Alife-Caiazzo, Cassano allo
Ionio, Frosinone, Grosseto, Sant'Angelo dei
Lombardi-Conza-Nusco-Bisaccia dan Tursi-Lagonegro dengan Uskup
mereka masing-masing, yang telah datang ke Takhta
Santo Petrus pada kesempatan Tahun
Iman. Saya menyapa para
pelaku hidup bakti, khususnya
Para Bapa Scolopi, pada perayaan empat abad berdirinya Ordo tersebut, karya Santo Joseph Calasanzio, dalam mendukung anak-anak dan kaum muda; berbagai lembaga, terutama mereka yang berkomitmen dalam karya sukarela dan dalam
solidaritas dengan yang membutuhkan; Forces of Order dan kelompok-kelompok paroki. Saya
mengundang semua orang untuk selalu berpaling kepada Perawan Maria dengan doa
Rosario, untuk memperbaharui iman kita di dalam Kristus dan merasa amat bersatu dengan Gereja-Nya!
Akhirnya, pemikiran penuh kasih
sayang tertuju kepada orang-orang muda, orang-orang sakit dan para pengantin baru. Bulan Oktober mengingatkan kita akan komitmen masing-masing dalam perutusan untuk mewartakan Injil. Orang-orang
muda terkasih, khususnya
para seminaris dari Verona (ada begitu banyak ...!) dan kaum muda dari keuskupan Manfredonia-Vieste-San Giovanni Rotondo,
jadilah saksi yang berani dari iman Kristiani; orang-orang sakit yang terkasih, tawarkan salib harian Anda untuk pertobatan dari keterasingan dalam terang
Injil; dan Anda, para pengantin baru yang terkasih, jadilah pewarta kasih Kristus dimulai dengan keluarga Anda. Terima kasih!