Liturgical Calendar

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 29 April 2020 : TENTANG SABDA BAHAGIA (Mat 5:1-12) - BAGIAN 9 (TERAKHIR)



Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Dengan Audiensi hari ini, kita mengakhiri katekese tentang Sabda Bahagia injili. Seperti yang kita dengar, sukacita eskatologis dari orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran diwartakan paling akhir. Sabda Bahagia ini menjabarkan kebahagiaan yang sama dengan Sabda Bahagia yang pertama : Kerajaan Surga adalah empunya orang yang dianiaya maupun empunya orang yang miskin di hadapan Allah; oleh karena itu kita memahami bahwa kita telah tiba di akhir serangkaian katekese yang terurai dalam penjabaran-penjabaran sebelumnya.


Miskin di hadapan Allah, dukacita, kelemahlembutan, haus akan kekudusan, kemurahan hati, kesucian hati dan karya-karya damai dapat menyebabkan penganiayaan oleh karena Kristus; namun, pada akhirnya penganiayaan ini adalah penyebab sukacita dan pahala besar di surga. Jalan Sabda Bahagia adalah jalan paskah, yang menuntun dari kehidupan menurut dunia menuju kehidupan menurut Allah, dari keberadaan yang dituntun oleh daging - yaitu mementingkan diri sendiri - menuju kehidupan yang dituntun oleh Roh. Dunia, dengan berhala-berhalanya, permufakatan-permufakatannya dan prioritas-prioritasnya, tidak dapat menyetujui keberadaan semacam ini. "Tatanan dosa",[1] yang sering kali dihasilkan oleh mentalitas manusiawi, begitu asing ketika sampai pada Roh kebenaran, yang tidak dapat diterima oleh dunia (bdk. Yoh 14:17), sebaliknya tatanan dosa tidak bisa menolak kemiskinan atau kelemahlembutan atau kesucian serta menyatakan kehidupan menurut Injil sebagai kesalahan dan masalah, oleh karena itu sebagai sesuatu yang terpinggirkan. Maka pikir dunia : “Inilah orang-orang yang idealis atau orang-orang yang fanatik ... mereka pikir.

Jika dunia hidup berdasarkan uang, siapa pun yang menunjukkan bahwa kehidupan dapat digenapi dengan pemberian dan pelepasan menjadi gangguan bagi sistem keserakahan. Kata "gangguan" ini adalah kuncinya, karena kesaksian Kristiani sendiri, - yang telah melakukan begitu banyak kebaikan bagi begitu banyak orang karena mereka mengikutinya -, mengganggu mereka yang memiliki mentalitas duniawi. Mereka menjalaninya sebagai teguran. Ketika kekudusan muncul dan kehidupan anak-anak Allah menyembul, dalam keindahan itu ada sesuatu yang tidak nyaman yang menyerukan untuk mengambil posisi : entah membiarkan diri dipertanyakan atau membuka diri terhadap kebaikan, atau menolak terang itu dan mengeraskan hati, juga terbuka terhadap perbantahan dan kemarahan (bdk. Keb 2:14-15). Sangat mengherankan : ketertarikan kita didatangkan untuk melihat bagaimana, dalam penganiayaan terhadap para martir, permusuhan tumbuh menjadi kemarahan terhadap umat Kristiani, terhadap kesaksian Kristiani dan menentang kepahlawanan umat Kristiani. Namun, hal ini menunjukkan bahwa tragedi penganiayaan juga merupakan tempat pembebasan dari penaklukan terhadap keberhasilan, terhadap keangkuhan dan terhadap permufakatan dunia. Sukacita apakah yang kita miliki sehubungan telah menolak dunia oleh karena Kristus? Kita bersukacita karena telah menemukan sesuatu yang lebih bernilai daripada seluruh dunia. Bahkan, "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya?" (Mrk 8:36). Apa gunanya?

Sangat menyakitkan untuk diingat bahwa, pada saat ini, ada banyak umat Kristiani yang menderita penganiayaan di berbagai wilayah dunia, serta kita harus berharap dan berdoa agar kesengsaraan mereka berhenti sesegera mungkin. Mereka sangat banyak; para martir dewasa ini lebih banyak daripada para martir abad-abad pertama. Kita mengungkapkan kedekatan kita dengan saudara-saudari ini : kita adalah satu tubuh, dan umat Kristiani ini adalah anggota tubuh Kristus yang berdarah-darah, yaitu Gereja.

Namun, kita harus berhati-hati untuk tidak membaca Sabda Bahagia ini dengan berpokok pada mengasihani diri sendiri dan menaruh belas kasihan pada diri sendiri. Sesungguhnya, penghinaan manusia tidak selalu serupa dengan penganiayaan : faktanya segera setelah Yesus mengatakan bahwa umat Kristiani adalah "garam dunia", Ia menempatkan kita untuk berjaga-jaga terhadap bahaya "kehilangan citarasa, jika garam itu menjadi tawar, "tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang” (Mat 5:13). Oleh karena itu, ada penghinaan yang merupakan kesalahan kita sendiri, ketika kita kehilangan citarasa Kristus dan Injil.

Perlu setia terhadap jalan Sabda Bahagia yang rendah hati, karena itulah yang menuntun pada jalan Kristus dan bukan jalan dunia. Mengingat kisah Santo Paulus adalah penting : ketika ia berpikir bahwa ia benar, sesungguhnya ia adalah seorang penganiaya; namun, ketika ia mendapati bahwa ia adalah seorang penganiaya, ia menjadi seorang yang penuh kasih, yang dengan bersukacita menghadapi penderitaan penganiayaan yang ia alami (bdk. Kol 1:24). Pengucilan dan penganiayaan, jika Allah memberi kita rahmat, menjadikan kita serupa dengan Kristus yang disalibkan dan, dengan menghubungkan diri kita dengan sengsara-Nya, pengucilan dan penganiayaan merupakan perwujudan kehidupan baru. Kehidupan ini serupa dengan kehidupan Kristus, yang demi kita manusia dan demi keselamatan kita "dihina dan dihindari orang" (bdk. Yes 53:3; Kis 8:30-35). Menerima Roh-Nya dapat menuntun kita untuk memiliki kasih seperti itu di dalam hati kita karena mempersembahkan hidup kita kepada dunia tanpa membuat permufakatan dengan tipu dayanya dan menerima penolakannya. Permufakatan dengan dunia adalah bahayanya : orang Kristiani selalu tergoda untuk mengadakan permufakatan dengan dunia, dengan roh dunia. Inilah - menolak mengadakan permufakatan dan berpegang pada jalan Yesus Kristus - kehidupan Kerajaan Surga, sukacita terbesar - kebahagiaan sejati. Dan kemudian, dalam penganiayaan selalu ada kehadiran Yesus yang menyertai kita, kehadiran Yesus yang menghibur kita dan kekuatan Roh yang membantu kita untuk terus maju. Janganlah kita berkecil hati ketika kehidupan yang berkaitan erat dengan Injil mendatangkan penganiayaan terhadap orang-orang : ada Roh yang menopang kita pada jalan ini.

[Sambutan dalam bahasa Italia]

Saya menyapa umat berbahasa Italia. Hari ini kita merayakan pesta Santa Katarina dari Siena, santa pelindung Italia. Sosok perempuan yang luar biasa ini menarik dari persekutuan dengan Yesus keberanian untuk bertindak dan harapan tanpa akhir yang menopangnya di saat-saat yang paling sulit, juga ketika segala sesuatu tampak lenyap, dan memungkinkannya untuk memengaruhi orang lain, juga kalangan atas sipil dan gerejawi dengan kekuatan imannya. Semoga keteladanannya membantu kita masing-masing untuk memahami bagaimana bersatu padu secara Kristiani, kasih Gereja yang kuat dengan memberi perhatian yang efektif dalam mendukung masyarakat sipil, terutama dalam masa percobaan ini. Saya memohon kepada Santa Katarina untuk melindungi Italia selama pandemi ini; dan melindungi Eropa, karena ia adalah santa pelindung Eropa; semoga ia melindungi seluruh Eropa, sehingga tetap bersatu.

Saya secara khusus memikirkan kaum muda, kaum tua, orang-orang sakit, dan para pengantin baru. Saya mendesak semuanya untuk menjadi saksi-saksi Kristus yang bangkit, yang menunjukkan luka-luka sengsara-Nya yang sekarang mulia kepada para murid. Dari lubuk hati saya memberkati kalian.

[Rangkuman dalam bahasa Inggris yang disampaikan oleh seorang penutur]

Saudara dan saudari yang terkasih : Hari ini kita mengakhiri katekese kita tentang Sabda Bahagia dengan Sabda Bahagia yang terakhir : “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga” (Mat 5:10). Seluruh sikap yang terkandung dalam Sabda Bahagia, ketika hidup demi Kristus, dapat menyebabkan penindasan oleh dunia; namun pada akhirnya penganiayaan ini adalah penyebab sukacita di surga. Jalan Sabda Bahagia adalah jalan Paskah, menuntun kita dari mementingkan diri sendiri menuju kehidupan yang dituntun oleh Roh. Kita melihat hal ini di dalam diri para kudus yang menunjukkan bahwa pengalaman penganiayaan dapat membebaskan umat Kristiani dari permufakatan duniawi. Tragisnya, dewasa ini banyak saudara dan saudari kita masih menghadapi penganiayaan, dan kita mengungkapkan kedekatan kita dengan mereka. Semoga kita juga senantiasa tetap menjadi "garam dunia", jangan sampai kehilangan "citarasa" Injil, kita menuntun orang lain untuk meremehkannya. Dengan rahmat Allah, pencobaan apa pun yang kita hadapi dapat menarik kita untuk menjadi semakin menyerupai Kristus, yang menuntun kita menuju kehidupan baru. Dengan jalan ini, mengikuti jalan Sabda Bahagia yang rendah hati, kita akan mengalami kerajaan surga : sukacita dan kebahagiaan kita yang terbesar.

Saya menyapa umat berbahasa Inggris yang bergabung dengan kami melalui media. Dalam sukacita Kristus yang bangkit, saya memohonkan atas kalian dan keluarga kalian kerahiman Allah Bapa kita yang penuh kasih. Semoga Tuhan memberkati kalian!


[1]Wejangan bagi Para Peserta dalam Lokakarya “Cara Baru Persaudaraan, Penyertaan, Perpaduan dan Pembaruan dalam Kesetiakawanan”, 5 Februari 2020 : “Berhala Uang, Keserakahan, Korupsi adalah Seluruh 'Tatanan Dosa' - sebagaimana dijelaskan oleh Yohanes Paulus II. - dihasilkan oleh "Globalisasi Ketidakpedulian."