Saudara-saudari terkasih, selamat pagi!
Pada
pertemuan terakhir kita berbicara tentang anak-anak, dan hari ini kita kembali
akan berbicara tentang anak-anak. Pekan lalu kita berfokus pada bagaimana,
dalam karya-Nya, Yesus berulang kali berbicara tentang pentingnya melindungi,
menyambut, dan mencintai anak-anak kecil.
Namun,
bahkan saat ini di dunia, ratusan juta anak di bawah umur, meskipun belum mencapai
usia minimum untuk menjalani kewajiban sebagai orang dewasa, terpaksa bekerja
dan banyak dari mereka tak luput dari pekerjaan yang sangat berbahaya; belum
lagi anak laki-laki dan perempuan yang menjadi budak perdagangan manusia untuk
pelacuran atau pornografi, dan pernikahan paksa. Dan hal ini agak pahit. Dalam
masyarakat kita, sayangnya, ada banyak cara di mana anak-anak dilecehkan dan
diperlakukan dengan buruk. Pelecehan anak, dalam bentuk apa pun, adalah
tindakan tercela, tindakan keji. Tindakan tersebut bukan sekadar aib bagi
masyarakat, melainkan sebuah kejahatan! Dan pelanggaran berat terhadap perintah
Allah. Tak seorang anak pun boleh dilecehkan. Bahkan satu kasus saja sudah
terlalu banyak. Oleh karena itu, perlu membangkitkan hati nurani kita, mempraktikkan
kedekatan dan kesetiakawanan sejati dengan anak-anak dan orang muda yang
dilecehkan, dan pada saat yang sama membangun kepercayaan dan sinergi antara
orang-orang yang berkomitmen untuk menawarkan mereka peluang dan tempat yang
aman di mana mereka dapat bertumbuh dengan tenang. Saya tahu sebuah negara di
Amerika Latin, tempat tumbuhnya buah istimewa, sangat istimewa, yang disebut
arándano [salah satu jenis cranberry]. Memanen arándano membutuhkan
tangan-tangan yang lembut, dan mereka menyuruh anak-anak melakukannya, mereka
memperbudak anak-anak untuk memanennya.
Kemiskinan
yang meluas, kurangnya alat bantu sosial bagi keluarga, meningkatnya
marginalitas dalam beberapa tahun terakhir, beserta pengangguran dan
ketidakamanan pekerjaan, merupakan faktor-faktor yang membebani orang muda
dengan harga tertinggi yang harus dibayar. Di kota-kota besar, tempat
kesenjangan sosial dan kemerosotan moral “menggigit”, ada anak-anak yang
terlibat dalam perdagangan narkoba dan berbagai kegiatan terlarang lainnya. Berapa
banyak dari anak-anak ini yang telah kita lihat menjadi korban pengurbanan!
Terkadang tragisnya mereka dipaksa menjadi “algojo” bagi teman-teman sebaya
mereka, selain merusak diri, martabat, dan kemanusiaan mereka. Namun, ketika
berada di jalan, di lingkungan paroki, dan kehidupan yang hilang ini muncul di
depan mata kita, kita sering kali berpaling.
Ada
juga kasus di negara saya: seorang anak laki-laki bernama Loan telah diculik
dan keberadaannya tidak diketahui. Dan salah satu teorinya adalah bahwa ia
telah dikirim untuk diambil organnya, untuk transplantasi. Dan ini terjadi,
sebagaimana kamu ketahui. Ini terjadi! Beberapa kembali dengan bekas luka,
lainnya meninggal. Itulah sebabnya hari ini saya ingin mengenang Loan anak
laki-laki ini.
Sungguh
menyakitkan bagi kita untuk menyadari ketidakadilan sosial yang mendorong dua
anak, mungkin tinggal di lingkungan atau blok apartemen yang sama, untuk
mengambil jalan dan takdir yang sangat berlawanan karena salah seorang dari
mereka lahir dalam keluarga yang kurang beruntung. Kesenjangan manusiawi dan
sosial yang tidak dapat diterima: antara mereka yang dapat bermimpi dan mereka
yang harus menyerah. Namun, Yesus menginginkan kita semua bebas dan bahagia;
dan jika Ia mengasihi setiap manusia sebagai putra dan putri-Nya, Ia mengasihi
anak-anak kecil dengan segenap kelembutan hati-Nya. Itulah sebabnya ia meminta
kita untuk berhenti dan mendengarkan penderitaan orang-orang yang tidak
bersuara, yang tidak berpendidikan. Memerangi eksploitasi, terutama eksploitasi
anak, adalah cara untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi seluruh
masyarakat. Beberapa negara telah memiliki kebijaksanaan untuk menuliskan hak
anak. Anak-anak memiliki hak. Cari tahu sendiri di internet untuk mengetahui
apa saja hak anak.
Maka,
kita dapat bertanya kepada diri kita sendiri: apa yang dapat kulakukan?
Pertama-tama, kita harus menyadari bahwa, jika kita ingin memberantas pekerja
anak, kita tidak boleh terlibat di dalamnya. Dan kapan hal ini terjadi?
Misalnya, ketika kita membeli produk yang melibatkan pekerja anak. Bagaimana
kita dapat makan dan berpakaian, mengetahui bahwa di balik makanan dan pakaian
tersebut terdapat anak-anak yang dieksploitasi, yang bekerja alih-alih
bersekolah? Cari tahu dari mana produk-produk tersebut berasal. Kesadaran akan
apa yang kita beli adalah tindakan pertama agar tidak terlibat. Sebagian orang
akan mengatakan bahwa, sebagai individu, kita tidak dapat berbuat banyak.
Benar, tetapi setiap tetes dapat menjadi tetes-tetes yang, bersama dengan
banyak tetes lainnya, dapat menjadi lautan. Namun, lembaga-lembaga, termasuk
lembaga-lembaga gereja, dan perusahaan-perusahaan juga harus diingatkan tentang
tanggung jawab mereka: mereka dapat membuat perbedaan dengan mengalihkan
investasi mereka ke perusahaan-perusahaan yang tidak menggunakan atau
mengizinkan pekerja anak. Banyak negara dan organisasi internasional telah
memberlakukan undang-undang dan arahan terhadap pekerja anak, tetapi masih
banyak yang dapat dilakukan. Saya juga mendesak para jurnalis – ada beberapa
jurnalis di sini – melakukan bagian mereka: mereka dapat membantu meningkatkan
kesadaran akan masalah ini dan membantu menemukan solusinya. Jangan takut,
kecamlah, kecamlah hal-hal ini.
Dan
saya berterima kasih kepada semua orang yang tidak berpaling ketika mereka
melihat anak-anak dipaksa menjadi terlalu cepat dewasa. Marilah kita selalu
mengingat kata-kata Yesus: “Segala sesuatu yang telah kamu lakukan untuk salah
seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk
Aku” (Mat 25:40). Santa Teresa dari Kalkuta, seorang pekerja yang penuh
sukacita di kebun anggur Tuhan, adalah seorang ibu bagi anak-anak perempuan dan
laki-laki yang paling tidak beruntung dan terlupakan. Dengan kelembutan dan
perhatian tatapannya, ia dapat menemani kita untuk melihat anak-anak kecil yang
tak terlihat, terlalu banyak budak di sebuah dunia yang tidak dapat kita
tinggalkan untuk ketidakadilannya. Karena kebahagiaan orang-orang yang paling
lemah membangun kedamaian bagi semua orang. Dan bersama Bunda Teresa, marilah
kita menyuarakan anak-anak:
“Aku
meminta tempat yang aman di mana aku bisa bermain. Aku meminta senyuman dari
seseorang yang tahu bagaimana mencintai. Aku meminta hak untuk menjadi anak,
mengharapkan dunia yang lebih baik. Aku meminta untuk dapat bertumbuh sebagai
pribadi. Dapatkah aku mengandalkanmu?’ (Santa Teresa dari Kalkuta)
Terima
kasih.
[Sapaan Khusus]
Saya
menyapa dengan hangat para peziarah dan para pengunjung berbahasa Inggris yang
mengikuti Audiensi hari ini, khususnya mereka yang datang dari Korea Selatan
dan Amerika Serikat. Dengan doa yang sungguh-sungguh agar Yubelium Pengharapan
saat ini menjadi masa rahmat dan pembaruan rohani bagimu dan keluargamu, saya
memohonkan sukacita dan damai Tuhan Yesus atas kamu semua!
[Ringkasan dalam
bahasa Inggris yang disampaikan oleh seorang penutur]
Saudara-saudari
terkasih: Dalam katekese lanjutan kita tentang anak-anak, kita sekarang
menelaah kesejahteraan mereka. Yesus, yang mengasihi semua orang sebagai anak
Allah, terutama peduli terhadap mereka yang paling kecil, melihat segala
sesuatu yang dilakukan terhadap mereka seperti dilakukan terhadap diri-Nya
sendiri. Karena itu, memenuhi kebutuhan anak-anak kecil ini merupakan kewajiban
moral yang serius. Saat ini, banyak anak yang hidup dalam kemiskinan terpaksa
bekerja, sementara anak-anak lain menderita pelecehan atau perlakuan buruk atau
menggunakan narkoba atau terjerumus geng. Sebagai individu dan masyarakat, kita
dipanggil untuk bertindak nyata. Misalnya, kita dapat menghindari membeli produk
dari atau berinvestasi di perusahaan yang mengeksploitasi pekerja anak. Kita
juga dapat mencontoh Bunda Teresa yang mengundang kita untuk membantu anak-anak
bertumbuh sebagai pribadi, dalam rasa aman dan kasih, sehingga mereka dapat
menjadi harapan masa depan yang lebih baik. Sudikah kita melakukan bagian kita?
_______
(Peter Suriadi - Bogor, 15 Januari 2025)