Saudara-saudari
yang terkasih, selamat pagi!
Katekese
hari ini selaras dengan Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani. Tahun
ini tema Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani adalah
keramahtamahan, yang dibuat oleh komunitas Malta dan komunitas Gozo, dari
perikop Kisah Para Rasul (27:18–28:10), yang berbicara tentang keramahtamahan yang ditawarkan oleh penduduk
Malta kepada Santo Paulus dan rekan-rekan seperjalanannya, yang terdampar
bersamanya. Sebenarnya saya merujuk pada kisah ini dalam katekese dua minggu
yang lalu.
Oleh
karena itu, kita mulai lagi dari pengalaman dramatis kandasnya kapal. Kapal
yang sedang ditumpangi Paulus berada di bawah kekuasaan unsur-unsur. Mereka
telah terapung-apung di laut selama empat belas hari, dan karena baik matahari
maupun bintang-bintang tidak terlihat, para penumpang merasa kehilangan arah,
tersesat. Di bawah mereka, laut menghantam kapal dengan keras, dan mereka takut
kapal akan pecah di bawah kekuatan ombak. Dari atas, angin dan hujan menghantam
mereka. Kekuatan laut dan badai sangat kuat dan tidak peduli terhadap nasib
para pelaut : ada lebih dari 260 orang!
Namun,
Paulus yang tahu bahwa tidaklah demikian, berbicara. Iman memberitahunya bahwa
hidupnya ada di tangan Allah, yang membangkitkan Yesus dari maut, dan yang
memanggilnya, Paulus, untuk membawa Injil ke ujung bumi. Imannya juga
memberitahunya bahwa Allah, menurut apa yang telah diwahyukan oleh Yesus,
adalah Bapa yang Mahapengasih. Oleh karena itu, Paulus berpaling kepada rekan-rekan
seperjalanannya dan, diilhami oleh iman, memberitakan kepada mereka bahwa Allah
tidak akan membiarkan sehelai rambut kepala mereka pun hilang.
Nubuat
ini menjadi kenyataan ketika kapal kandas di pantai Malta dan seluruh penumpang
mencapai daratan dengan aman dan selamat. Dan di sana mereka mengalami sesuatu
yang baru. Berbeda dengan ganasnya laut dalam badai yang membabi-buta, mereka
menerima kesaksian tentang "kebaikan yang luar biasa" dari penduduk
pulau tersebut. Orang-orang ini, asing bagi mereka, menunjukkan diri memiliki
perhatian terhadap kebutuhan mereka. Orang-orang ini menyalakan api sehingga
mereka bisa menghangatkan tubuh; mereka menawarkan tempat berlindung dari hujan
serta makanan. Bahkan meskipun mereka belum menerima Kabar Baik tentang
Kristus, mereka mewujudnyatakan kasih Allah dalam terwujudnya tindakan kebaikan
hati. Faktanya, keramahtamahan dan sikap peduli yang spontan menyampaikan
sesuatu tentang kasih Allah. Dan keramahtamahan penduduk pulau Malta terbayar
oleh mukjizat-mukjizat penyembuhan yang dilakukan Allah melalui Paulus di Pulau
itu. Jadi, jika penduduk Malta adalah tanda Penyelenggaraan Ilahi bagi Rasul
Paulus, ia juga menjadi saksi kasih Allah yang penuh belas kasih kepada mereka.
Saudara-saudara
terkasih, keramahtamahan penting, dan juga merupakan keutamaan ekumenis yang
penting. Keramahtamahan berarti, pertama-tama, mengenali bahwa umat Kristiani
lainnya adalah benar-benar saudara dan saudari kita di dalam Kristus. Kita
bersaudara. Seseorang mungkin mengatakan kepadamu : "Tetapi ia Protestan,
ia Ortodoks ...“. Ya, tetapi kita bersaudara di dalam Kristus. Keramahtamahan
bukan tindakan kemurahan hati satu arah, karena ketika kita menjamu umat
Kristiani lainnya, kita menyambut mereka sebagai karunia yang dibuat untuk kita.
Seperti orang-orang Malta - orang-orang Malta yang baik ini - kita dilunasi,
karena kita menerima apa yang telah ditaburkan oleh Roh Kudus kepada
saudara-saudari kita, dan ini juga menjadi karunia bagi kita, karena Roh Kudus
juga menaburkan rahmat-Nya di manapun. Menerima umat Kristiani dari
tradisi-tradisi lainnya berarti, pertama-tama, menunjukkan kasih Allah kepada
mereka, karena mereka adalah anak-anak Allah - saudara-saudara kita -, dan
bahkan berarti menerima apa yang telah dilakukan Allah dalam hidup mereka.
Keramahtamahan ekumenis membutuhkan kesediaan untuk mendengarkan orang lain,
memperhatikan kisah-kisah pribadi iman mereka dan kisah komunitas iman mereka
dengan tradisi-tradisi lain, berbeda dari tradisi kita. Keramahtamahan ekumenis
menyiratkan keinginan untuk mengetahui pengalaman yang dimiliki umat Kristiani
lainnya tentang Allah dan pengharapan untuk menerima karunia-karunia rohani
yang berasal daripadanya. Dan inilah rahmat; menemukan hal ini adalah karunia.
Saya memikirkan masa lalu, negeri saya, misalnya. Ketika beberapa misionaris
Injili datang, sekelompok kecil umat Katolik pergi membakar tenda mereka. Bukan
rahasia; tidak bersifat Kristiani. Kita bersaudara, kita semua bersaudara dan
kita harus saling menawarkan keramahtamahan.
Hari
ini, laut tempat Paulus dan rekan-rekannya terdampar, sekali lagi merupakan
tempat yang berbahaya bagi kehidupan para pelaut lainnya. Di seluruh dunia,
para migran pria dan wanita menghadapi perjalanan beresiko untuk melarikan diri
dari kekerasan, melarikan diri dari perang, melarikan diri dari kemiskinan.
Seperti Paulus dan rekan-rekannya, mereka mengalami ketidakpedulian, permusuhan
padang gurun, sungai, laut ... Sering kali mereka tidak diiperkenankan untuk
turun di pelabuhan. Namun, sayangnya, kadang-kadang mereka bertemu dengan
permusuhan manusia yang jauh lebih buruk; para pelaku perdagangan manusia
mengeksploitasi mereka : hari ini! Beberapa penguasa memperlakukan mereka
sebagai angka dan sebagai ancaman : hari ini! Terkadang ketidakramahan menolak mereka
seperti gelombang menuju kemiskinan atau marabahaya yang daripadanya mereka
melarikan diri.
Kita,
sebagai umat Kristiani, harus bekerjasama untuk menunjukkan kepada para migran
kasih Allah yang diwahyukan oleh Yesus Kristus. Kita dapat dan kita harus
memberi kesaksian bahwa tidak hanya permusuhan dan ketidakpedulian, tetapi
setiap orang berharga di mata Allah dan dikasihi oleh-Nya. Perpecahan yang
masih ada di antara kita menghalangi kita untuk sepenuhnya menjadi tanda kasih
Allah. Bekerjasama untuk hidup dalam keramahtamahan ekumenis, khususnya
terhadap mereka yang hidupnya lebih rentan, akan membuat kita semua umat
Kristiani - Protestan, Ortodoks, Katolik, semua umat Kristiani - manusia yang
semakin baik, murid yang semakin baik, dan umat Kristiani yang semakin bersatu.
Itu semua akan membawa kita semakin dekat terhadap persatuan, yang merupakan
kehendak Allah bagi kita.
[Sambutan
dalam bahasa Italia]
Sambutan
hangat tertuju kepada umat berbahasa Italia. Secara khusus, saya menyambut para
Suster Santo Yosef dari Chambery dan kaum muda Gerakan Focolare. Selain itu,
saya menyambut para peziarah dari Keuskupan Termoli-Larino, yang ditemani oleh
sang Uskup, Monsinyur Gianfranco De Luca; paroki-paroki, khususnya Paroki
Gesualdo dan Paroki Aprilia; Kelompok Pemodal Italia Milan; Lembaga Budaya
Musadoc Roma dan Villafranca Sicula. Akhirnya, saya menyambut kaum muda, kaum
tua, orang-orang sakit dan para pengantin baru. Sabtu depan kita akan merayakan
Hari Raya Bertobatnya Santo Paulus. Semoga teladan Rasul bangsa-bangsa bukan
Yahudi tersebut, mendukung kita dalam perutusan untuk mewartakan keselamatan
Kristus kepada semua orang, dengan memberikan yang terbaik.
[Ringkasan
dalam bahasa Inggris yang disampaikan oleh seorang penutur]
Saudara
dan saudari yang terkasih : katekese hari ini berlangsung dalam Pekan Doa
Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani (18-25 Januari 2020), yang tahun ini
temanya - tentang keramahtamahan - dipersiapkan oleh komunitas Kristiani Malta
dan Gozo. Tema ini berdasarkan pada pengalaman dramatis Santo Paulus yang
terdampar di Malta, dan sambutan yang ia dan rekan-rekannya terima di sana.
Memang, berbeda dengan kecamuk laut, orang-orang yang selamaf menerima
"kebaikan yang luar biasa" (Kis 28:2), yang mencerminkan kasih Allah
kepada mereka. Keramahtamahan ini kemudian dilunasi ketika Paulus menyembuhkan
banyak orang sakit, sehingga mengungkapkan kasih Allah yang maharahim.
Keramahtamahan adalah keutamaan ekumenis yang penting, yang terbuka untuk
mendengarkan pengalaman yang dimiliki umat Kristiani lainnya tentang Allah.
Ketika kita menyambut umat Kristiani dari beraneka ragam tradisi, kita
mengungkapkan kasih Allah kepada mereka dan menerima karunia yang telah
ditaburkan oleh Roh Kudus di dalam diri mereka. Dengan cara ini, kita umat
Kristiani ditantang untuk mengatasi perpecahan kita dan menunjukkan kasih
Kristus secara lebih ampuh kepada orang lain, terutama banyak migran yang,
seperti Paulus, menghadapi marabahaya di laut, ketika mereka melarikan diri
dari bahaya. Bekerjasama seperti ini akan membuat kita menjadi murid Tuhan yang
semakin baik dan semakin bersatu sebagai Umat Allah.
Saya
menyambut para peziarah dan para pengunjung berbahasa Inggris yang ambil bagian
dalam Audiensi hari ini, terutama kelompok-kelompok dari Belgia, Korea Selatan,
Australia, dan Amerika Serikat. Dalam Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat
Kristiani ini, saya mengucapkan salam khusus kepada para mahasiswa Institut
Ekumenis Bossey. Saya juga menyambut para imam Institut Pendidikan Teologi
Lanjutan Perguruan Tinggi Kepausan Amerika Utara. Atas kalian semua dan
keluarga-keluarga kalian, saya memohonkan sukacita dan damai Tuhan kita Yesus
Kristus. Semoga Allah memberkati kalian!
[Seruan
Bapa Suci]
Tanggal
25 Januari mendatang, di Timur Jauh dan di pelbagai belahan dunia lainnya,
jutaan pria dan wanita akan merayakan Tahun Baru Imlek. Kepada mereka saya menyampaikan
salam hangat, terutama dengan harapan keluarga-keluarga menjadi tempat
pendidikan keutamaan keramahtamahan, kebijaksanaan, rasa hormat terhadap setiap
orang dan keselarasan dengan ciptaan.
Saya
juga mengajak semua orang untuk mendoakan perdamaian, dialog dan kesetiakawanan
di antara bangsa-bangsa : karunia yang lebih penting bagi dunia saat ini.