Paus
Fransiskus telah meminta agar Hari Minggu Biasa III setiap tahun diperingati
sebagai hari khusus yang diperuntukkan bagi perayaan, pembelajaran, dan
penyebaran Sabda Allah. Sehubungan hal ini, Vatikan telah mengeluarkan logo
resmi. Logo tersebut disampaikan oleh Uskup Agung Rino Fisichella, ketua Dewan
Kepausan untuk Mempromosikan Evangelisasi Baru, kepada para wartawan pada
konferensi pers Vatikan pada 17 Januari 2020, menjelang Hari Minggu Sabda Allah
yang untuk pertama kalinya dirayakan pada 26 Januari 2020.
Ikon
perjumpaan dengan Yesus di jalan menuju Emaus dipilih sebagai logo resmi untuk
perayaan Hari Minggu Sabda Allah (Italia : Domenica della parola di dio) di
seluruh dunia. Logo berwarna-warni ini berlandaskan ikon karya mendiang
biarawati Benediktin, Suster Marie-Paul Farran. Suster Marie-Paul Farran adalah
anggota Kongregasi Bunda Maria dari Kalvari, yang tinggal dan bekerja di biara
kongregasi tersebut yang terletak di Bukit Zaitun, Yerusalem.
Logo
memperlihatkan tangan kiri Kristus yang bangkit sedang memegang sebuah
gulungan, yang merupakan “Kitab Suci yang menemukan penggenapannya dalam
diri-Nya. Di samping-Nya ada dua murid : Kleopas dan Maria, istrinya. Keduanya
memusatkan pandangan pada Kristus. Tangan kanan Kleopas yang memegang tongkat
menunjukkan "sebuah peziarahan" dan tangan kirinya yang menunjuk ke
depan melambangkan jalan yang harus diambil oleh semua murid untuk membawa
Kabar Baik kepada semua orang. Tangan kiri Maria terangkat ke atas dan tangan
kanannya tampaknya menyentuh Tuhan yang telah memenuhi janji-janji sejak dahulu
kala dan merupakan Sabda yang hidup yang harus diberitakan kepada dunia.
Terlihat
juga sebuah bintang di langit yang melambangkan evangelisasi dan "cahaya
tetap" yang memandu perjalanan mereka dan menunjukkan jalan kepada mereka.
Yang menarik adalah kaki ketiga orang itu digambarkan bergerak. Penggambaran
ini untuk menyatakan bahwa pemberitaan Kristus yang bangkit tidak dapat dicapai
oleh “murid-murid yang lelah atau malas” tetapi hanya oleh murid-murid yang
“dinamis” dan siap untuk menemukan cara-cara berbicara yang baru sehingga Kitab
Suci dapat menjadi pedoman yang hidup dari kehidupan Gereja dan umatnya.