Liturgical Calendar

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 29 Mei 2019 : TENTANG KISAH PARA RASUL (1:3-4) - BAGIAN 1

Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Hari ini kita memulai perjalanan katekese melalui kitab Kisah Para Rasul. Kitab biblis ini, yang ditulis oleh penginjil Santo Lukas, berbicara kepada kita tentang suatu perjalanan - tentang suatu perjalanan : tetapi tentang perjalanan apa? Tentang perjalanan Injil di dunia dan menunjukkan kepada kita kesatuan yang menakjubkan antara sabda Allah dan Roh Kudus, yang meresmikan masa penginjilan. Sebenarnya para pelaku utama dalam Kisah Para Rasul adalah “dua sejoli” yang lincah dan ampuh : sabda Allah dan Roh Kudus.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA RATU SURGA 26 Mei 2019 : TENTANG KEDATANGAN ROH KUDUS, SANG PENGHIBUR

Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Bacaan Injil Hari Minggu Paskah VI ini menawarkan kepada kita sebuah bagian dari wejangan Yesus kepada para Rasul selama Perjamuan Terakhir (bdk. Yoh 14:23-29). Ia berbicara tentang karya Roh Kudus dan berjanjikan : “Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (ayat 26). Ketika saat salib semakin dekat, Yesus meyakinkan para Rasul bahwa mereka tidak akan tinggal sendirian : Roh Kudus, Sang Penghibur, akan selalu bersama mereka, yang akan mendukung mereka dalam perutusan untuk membawa Injil ke seluruh dunia. Dalam bahasa Yunani asli, kata "Parakletos" berarti berada di sebelah, menopang dan menghibur. Yesus kembali kepada Bapa, tetapi Ia terus memberi petunjuk dan mendorong murid-murid-Nya melalui tindakan Roh Kudus.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 22 Mei 2019 : TENTANG DOA BAPA KAMI (YA ABBA, YA BAPA - Rm 8:15)

Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Hari ini kita mengakhiri rangkaian katekese tentang doa “Bapa Kami”. Kita dapat mengatakan bahwa doa Kristiani lahir dari keberanian untuk memanggil Allah dengan nama “Bapa”. Doa Kristiani bukan sebuah rumusan yang sama seperti keintiman bakti, yang di dalamnya kita diperkenalkan oleh rahmat : Yesus adalah pewahyu Bapa dan kepada kita Ia menganugerahkan keakraban dengan-Nya. "Ia tidak meninggalkan bagi kita satu rumusan yang harus diulang-ulangi secara mekanis. Dalam doa Tuhan, Roh Kudus mengajar anak-anak Allah berdoa dengan perantaraan Sabda Allah kepada Bapanya” (Katekismus Gereja Katolik, 2766). Yesus sendiri menggunakan ungkapan berbeda untuk berdoa kepada Bapa. Jika kita membaca Injil dengan penuh perhatian, kita menemukan bahwa ungkapan doa yang muncul di bibir Yesus ini mengingat teks "Bapa Kami".

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA RATU SURGA 19 Mei 2019 : TENTANG PERINTAH BARU SUPAYA KAMU SALING MENGASIHI

Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Injil hari ini membawa kita ke Ruang Atas, membuat kita mendengarkan beberapa kata yang disampaikan Yesus kepada para murid-Nya dalam "wejangan perpisahan" sebelum sengsara-Nya. Setelah membasuh kaki kedua belas Rasul, Ia berkata kepada mereka : “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi". Dalam pengertian apa Yesus menyebut ini sebuah perintah "baru"? Karena kita tahu bahwa dalam Perjanjian Lama, Allah telah memerintahkan para anggota umat-Nya untuk mengasihi sesama mereka seperti diri mereka sendiri (bdk. Im 19:18). Yesus sendiri menjawab siapa pun yang menanyakan kepada-Nya apa perintah terbesar dari Hukum Taurat, dengan mengatakan bahwa hukum yang pertama adalah mengasihi Allah dengan segenap hati dan hukum yang kedua adalah mengasihi sesama seperti diri sendiri (bdk. Mat 22:38-39).

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 15 Mei 2019 : TENTANG DOA BAPA KAMI - BEBASKANLAH KAMI DARI YANG JAHAT (bdk 1 Ptr 5:6-9)

Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Di sini kita akhirnya sampai pada pengajuan ketujuh dari doa "Bapa Kami" : "Tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat" (Mat 6:13b).

Dengan ungkapan ini, orang yang berdoa tidak hanya memohon untuk tidak ditinggalkan pada saat pencobaan, tetapi juga memohon untuk dibebaskan dari yang jahat. Kata kerja bahasa Yunani tersebut sangat kuat : kata tersebut memunculkan kehadiran si Jahat, yang cenderung menangkap kita dan menggigit kita (bdk. 1 Ptr 5:8) serta kita memohon kepada Allah untuk dibebaskan daripadanya. Rasul Petrus juga mengatakan bahwa Si Jahat, iblis, ada di sekitar kita seperti singa yang mengaum-aum, untuk melahap kita, dan kita memohon kepada Allah untuk membebaskan kita.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA RATU SURGA 12 Mei 2019 : TENTANG GEMBALA YANG BAIK

Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Dalam Injil hari ini (bdk. Yoh 10:27-30), Yesus muncul sebagai Gembala Umat Allah yang sesungguhnya. Ia berbicara tentang hubungan keterikatan-Nya dengan kawanan domba-Nya, yaitu, dengan para murid-Nya, dan Ia menekankan fakta bahwa keterikatan itu adalah hubungan saling mengenal. Ia mengatakan, "Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya” (ayat 27-28). Membaca perkataan ini dengan penuh perhatian, kita melihat bahwa karya Yesus dijelaskan dalam beberapa tindakan : Yesus berbicara, Yesus mengenal, Yesus memberikan hidup yang kekal, Yesus menjaga.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 8 Mei 2019 : TENTANG KUNJUNGANNYA KE BULGARIA DAN MASEDONIA UTARA

Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Kemarin malam saya kembali dari perjalanan apostolik selama tiga hari, yang membawa saya ke Bulgaria dan Masedonia Utara. Saya bersyukur kepada Allah karena memungkinkan saya untuk melakukan kunjungan ini, dan saya kembali mengucapkan terima kasih kepada penguasa sipil dari kedua negara ini, yang telah menerima saya dengan penuh hormat dan adanya. “Terima kasih” yang paling mendalam saya sampaikan kepada para uskup dan jemaat gerejawi masing-masing negara atas kehangatan dan pengabdian yang menyertai peziarahan saya.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA RATU SURGA DI LAPANGAN SANTO ALEKSANDER NEVSKY, SOFIA (BULGARIA) 5 Mei 2019

Saudara dan saudari yang terkasih, Kristus bangkit! Ia sungguh bangkit!

Dengan kata-kata ini, umat Kristiani - Ortodoks dan Katolik - di sini di Bulgaria sejak zaman dahulu kala saling menyapa di masa Paskah. Kata-kata ini mengungkapkan sukacita yang besar karena kemenangan Yesus Kristus atas kejahatan dan maut. Kata-kata ini merupakan sebuah penegasan dan kesaksian dari pokok iman kita : Kristus hidup! Ia adalah harapan kita, dan secara menakjubkan Ia membawa masa muda ke dunia kita. Semua yang Ia jamah menjadi muda, baru, penuh kehidupan. Maka, kata-kata pertama yang sungguh ingin saya katakan kepada kamu masing-masing adalah ini : Kristus hidup, dan Ia ingin kamu hidup! Ia berada di dalam dirimu, Ia bersama kamu dan Ia tidak pernah meninggalkanmu. Seberapa jauh kamu bisa mengembara, Ia selalu ada di sana, Ia yang bangkit. Ia memanggilmu, dan Ia menunggumu untuk kembali kepada-Nya dan memulai dari awal lagi. Ketika kamu merasa sedang bertambah tua karena kesedihan, dendam atau ketakutan, keraguan atau kegagalan, Ia akan selalu ada untuk memulihkan kekuatanmu dan harapanmu (bdk. Christus Vivit, 1-2).

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 1 Mei 2019 : TENTANG DOA BAPA KAMI - JANGANLAH MASUKKAN KAMI KE DALAM PENCOBAAN (bdk. 1 Kor 10:13)

Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Kita melanjutkan katekese tentang doa “Bapa Kami,” yang sekarang tiba pada permohonan kedua terakhir : “Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan” (Mat 6:13). Versi lain mengatakan : "Supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan". Doa "Bapa Kami" dimulai dengan tenang : doa "Bapa Kami" membuat kita berhasrat agar rencana agung Allah tergenapi di tengah-tengah kita. Kemudian doa "Bapa Kami" melirik pada kehidupan, dan doa "Bapa Kami" menjadikan kita memohon apa yang kita butuhkan setiap hari : "roti setiap hari". Kemudian doa itu menyasar hubungan antarpribadi kita, yang sering kali dinodai oleh egoisme : kita memohon pengampunan dan kita berketetapan hati untuk memberikan pengampunan. Namun, dengan permohonan kedua terakhir inilah dialog kita dengan Bapa Surgawi memasuki, boleh dikatakan, inti dari drama, yaitu, wilayah perseteruan antara kebebasan kita dan jerat si Jahat.