Liturgical Calendar

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 30 Desember 2018 : KELUARGA ADALAH HARTA YANG HARUS SELALU DILINDUNGI DAN DIPERTAHANKAN

Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Hari ini kita merayakan Pesta Keluarga Kudus, dan liturgi mengundang kita untuk merenungkan pengalaman Maria, Yusuf, dan Yesus, yang dipersatukan oleh kasih yang kuat dan dijiwai oleh kepercayaan yang besar pada Allah. Perikop Injil hari ini (bdk. Luk 2:41-52) menceritakan perjalanan keluarga Nazaret ke Yerusalem, untuk pesta Paskah. Namun, dalam perjalanan pulang, Yusuf dan Maria menyadari bahwa Putra mereka yang berusia 12 tahun tidak berada bersama dengan orang-orang seperjalanan mereka. Setelah tiga hari mencari dan takut, mereka menemukan Dia berada di Bait Allah, duduk di antara para alim ulama, berniat untuk bertukar pikiran dengan mereka. Saat melihat Sang Putra, Maria dan Yusuf “tercengang” (ayat 48) dan Ibu-Nya mengungkapkan kecemasan mereka, dengan mengatakan : “ Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau” (ayat 48). Ketercengangan - mereka “tercengang” - dan cemas - “dengan cemas, bapa-Mu dan aku” - adalah dua unsur yang ingin saya beri perhatian : ketercengangan dan kecemasan.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 26 Desember 2018 : SANTO STEFANUS MEMPERCAYAKAN HIDUPNYA KEPADA ALLAH DAN MENGAMPUNI

Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Sukacita Natal masih membanjiri hati kita : pemberitaan yang menakjubkan bahwa Kristus dilahirkan untuk kita berlanjut dan membawa damai bagi dunia. Dalam suasana sukacita ini, hari ini kita merayakan Pesta Santo Stefanus, diakon dan martir pertama. Mengenang Santo Stefanus pada saat kelahiran Yesus mungkin tampak aneh, karena munculnya pertentangan yang tajam antara sukacita Betlehem dan drama Stefanus, yang dirajam di Yerusalem dalam penganiayaan awal terhadap Gereja yang baru lahir. Sesungguhnya, tidaklah demikian, karena Kanak Yesus adalah Putra Allah yang menjadi manusia, yang akan menyelamatkan umat manusia dengan wafat di kayu Salib. Sekarang, kita merenungkan Dia yang terbungkus kain lampin di dalam palungan; setelah penyaliban-Nya, Ia akan terbungkus lagi dan ditempatkan di dalam kubur.

PESAN “URBI ET ORBI” PAUS FRANSISKUS PADA HARI RAYA NATAL 25 Desember 2018

Saudara dan saudari yang terkasih, selamat Natal!

Kepada kalian, umat Roma, kepada kalian, para peziarah, dan kepada semua orang yang tertaut dengan kita dari pelbagai bagian dunia, saya memperbarui kesukaan besar pemberitaan Betlehem : “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya" (Luk 2:14).

Seperti para gembala yang pertama kali pergi dengan tergesa-gesa menuju kandang, marilah dengan keheranan kita berhenti di depan tanda yang telah diberikan Allah kepada kita: "Seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan" (Luk 2:12). Dalam keheningan, marilah kita berlutut dan menyembah.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 23 Desember 2018 : BUNDA MARIA ADALAH SOKOGURU IMAN DAN CINTA KASIH

Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Liturgi Hari Minggu Adven IV ini menempatkan pertama-tama sosok Maria, Bunda Perawan, yang menantikan untuk melahirkan Yesus, Sang Juruselamat dunia. Kita mengarahkan pandangan kita pada-Nya, sokoguru iman dan cinta kasih, serta kita dapat bertanya pada diri kita sendiri: apa yang dipikirkannya selama berbulan-bulan menanti? Jawabannya berasal, pada kenyataannya, dari perikop Injil hari ini, kisah kunjungan Maria kepada Elisabet, saudara perempuannya yang lebih tua (bdk. Luk 1:39-45). Malaikat Gabriel telah menyatakan kepadanya bahwa Elisabet sedang menantikan seorang anak laki-laki dan ia sudah berada di bulan yang keenam (bdk. Luk 1:26.36). Dan kemudian Perawan Maria, yang baru saja mengandung Yesus oleh karya Allah, pergi dengan tergesa-gesa dari Nazaret di Galilea menuju pegunungan Yudea dan bertemu dengan sepupunya.

PESAN PAUS FRANSISKUS UNTUK HARI PERDAMAIAN SEDUNIA KE-52 (1 Januari 2019)

PESAN PAUS FRANSISKUS UNTUK HARI PERDAMAIAN SEDUNIA KE-52 (1 Januari 2019)

POLITIK YANG BAIK MENYUGUHKAN PERDAMAIAN

1.        “Damai sejahtera bagi rumah ini!”

Dalam mengutus murid-murid-Nya, Yesus memberitahu mereka, ”Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu” (Luk 10:5-6).

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 8 Desember 2018 : MARIA HIDUP DENGAN "AKU INI", BUKAN DENGAN "AKU BERSEMBUNYI”

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi dan selamat Hari Raya!

Hari ini, Sabda Allah menghadirkan kepada kita sebuah alternatif. Dalam Bacaan Pertama (Kej 3:9-15,20) ada orang yang, pada permulaan, mengatakan tidak kepada Allah, dan dalam Bacaan Injil (Luk 1:26-38) ada Maria yang, pada saat Kabar Sukacita, mengatakan ya kepada Allah. Dalam kedua bacaan tersebut Allahlah yang mencari manusia. Tetapi dalam kasus pertama Allah pergi kepada Adam, setelah dosa, dan bertanya kepadanya : “Di manakah engkau?” (Kej 3:9), dan Adam menjawab : “Aku bersembunyi” (ayat 10). Namun, dalam kasus kedua, Allah pergi kepada Maria, tanpa dosa, yang menjawab : “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan” (Luk 1:38). "Aku ini" adalah kebalikan dari "Aku bersembunyi". "Aku ini" membuka kita kepada Allah, sementara dosa menutup, mengasingkan, menyebabkan kita sendirian dengan diri kita.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 19 Desember 2018 : TENTANG MERAYAKAN NATAL (YOH 1:9-12)

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Dalam enam hari, Natal akan tiba. Pohon-pohon, berbagai hiasan dan lampu di mana-mana mengingatkan bahwa tahun ini juga akan ada sebuah perayaan. Iklan mengundang untuk terus menukar hadiah baru dengan yang lebih baru untuk mendapatkan kejutan. Namun, apakah hal ini merupakan perayaan yang menyenangkan Allah? Natal apakah yang Ia inginkan, hadiah dan kejutan apakah?

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 16 Desember 2018 : TENTANG HARI MINGGU ADVEN III (HARI MINGGU GAUDETE)

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Dalam Hari Minggu Adven III ini, liturgi mengajak untuk bersukacita - dengarkan dengan saksama : bersukacitalah. Nabi Zefanya berpaling kepada sisa umat Israel dengan kata-kata ini : “Bersorak-sorailah, hai puteri Sion, bertempik-soraklah, hai Israel! Bersukacitalah dan beria-rialah dengan segenap hati, hai puteri Yerusalem!” (3:14). Bertempik-soraklah dengan sukacita, beria-rialah, bersukacitalah : inilah ajakan hari Minggu ini. Penduduk Kota Suci dipanggil untuk bersukacita karena Tuhan telah menyingkirkan hukuman yang jatuh atas mereka (bdk. ayat 15). Allah telah mengampuni, Ia tidak ingin menghukum! Akibatnya, tidak ada lagi alasan bagi umat untuk bersedih dan susah, tetapi semuanya mengarah pada rasa syukur penuh sukacita kepada Allah, yang selalu ingin membebaskan dan menyelamatkan umat yang Ia kasihi. Dan kasih Tuhan bagi umat-Nya tiada henti-hentinya, seperti kelembutan seorang ayah bagi anak-anaknya, seorang suami bagi istrinya, seperti yang kembali dikatakan oleh nabi Zefanya : “Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai” (ayat 17). Inilah - disebut demikian - Hari Minggu Sukacita : Hari Minggu Adven III, menjelang Natal.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 12 Desember 2018 : DOA BAPA KAMI - DOA YANG DIMOHON DENGAN KEYAKINAN (LUKAS 11:9-13)

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Kita melanjutkan perjalanan katekese tentang doa “Bapa Kami”, yang kita mulai minggu lalu. Yesus meletakkan di bibir murid-murid-Nya doa singkat dan berani yang terdiri dari tujuh persoalan - sebuah angka yang bukan tidak disengaja dalam Kitab Suci <tetapi angka itu> menunjukkan kepenuhan. Saya mengatakan berani karena, jika Kristus tidak menyarankannya, mungkin tak satupun dari kita - tak ada satupun teolog paling terkenal - akan berani berdoa kepada Allah dengan cara ini. Yesus, pada kenyataannya, mengundang murid-murid-Nya untuk mendekati Allah dan membuat beberapa permintaan dengan keyakinan : pertama-tama berkenaan dengan Dia dan kemudian berkenaan dengan kita. Tidak ada Pendahuluan dalam doa “Bapa Kami”. Yesus tidak mengajarkan rumusan untuk "mengambil hati" Tuhan, sebaliknya, Ia mengundang untuk berdoa kepada-Nya meruntuhkan hambatan kegelisahan dan rasa takut. Ia tidak mengatakan untuk menyapa Allah memanggil-Nya “Yang Mahakuasa”, “Yang Mahatinggi”, “Engkau yang nun jauh dari kami; aku orang yang sengsara”. Tidak, Ia tidak mengatakan hal ini, tetapi hanya “Bapa”, dengan segala kesederhanaan, sebagai anak-anak yang berpaling kepada ayah mereka. Dan kata “Bapa” ini mengungkapkan rasa percaya diri dan kepercayaan seorang anak.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 9 Desember 2018 : TENTANG PERLUNYA PERJALANAN PERTOBATAN

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Hari Minggu lalu liturgi mengajak kita untuk menjalani Masa Adven dan menantikan Tuhan dengan sikap waspada dan juga sikap doa : “berjaga-jagalah” dan “berdoalah”. Hari ini, Hari Minggu Adven II, liturgi menunjukkan kepada kita bagaimana hakekat penantian semacam itu : melakukan perjalanan pertobatan, bagaimana mewujudkan penantian ini. Kepada kita Bacaan Injil memaparkan, sebagai pemandu dalam perjalanan ini, sosok Yohanes Pembaptis, yang “pergi ke seluruh daerah Yordan, memberitakan baptisan pertobatan untuk pengampunan dosa” (Luk 3:3). Untuk menggambarkan perutusan Yohanes Pembaptis, penginjil Lukas mengutip nubuat kuno nabi Yesaya, yang mengatakan hal ini : “Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya. Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata” (ayat 4-5).

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 5 Desember 2018 : DOA BAPA KAMI - TUHAN, AJARLAH KAMI BERDOA (LUKAS 11:1)

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Hari ini kita memulai rangkaian katekese tentang doa “Bapa Kami”.

Keempat Injil memberi kita gambaran yang sangat jelas tentang Yesus sebagai seorang pendoa. Meskipun kemendesakan perutusan-Nya dan kemendesakan begitu banyak orang yang menggugat-Nya, Yesus merasakan kebutuhan untuk menyendiri dalam doa. Injil Markus memberi kita rincian ini sejak perikop pertama pelayanan publik Yesus (bdk. 1:35). Hari perdana Yesus di Kapernaum berakhir dengan bernuansa kemenangan. Matahari telah terbenam, banyak orang sakit mencapai pintu tempat Yesus tinggal : Sang Mesias berkhotbah dan menyembuhkan. Nubuat-nubuat terdahulu dan berbagai pengharapan dari begitu banyak orang yang sedang menderita tergenapi : Yesus adalah Allah yang dekat, Allah yang membebaskan. Namun, orang banyak itu sedikit jika dibandingkan dengan begitu banyak orang lainnya yang akan berkumpul di sekitar Sang Nabi asal Nazaret tersebut; pada saat-saat tertentu mereka bagaikan kumpulan samudra, dan Yesus adalah pusat dari semuanya, yang dinanti-nantikan oleh bangsa-bangsa, tercapainya harapan Israel.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 2 Desember 2018 : TENTANG MASA ADVEN

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Masa Adven dimulai hari ini, masa liturgi yang mempersiapkan kita untuk Natal, mengundang kita untuk memberi perhatian dan membuka hati kita guna menyambut Yesus. Selama Masa Adven kita tidak hanya menantikan Natal, kita diundang untuk membangkitkan kembali pengharapan akan kedatangan Kristus yang mulia - ketika Ia akan kembali pada akhir zaman - mempersiapkan diri kita untuk pada akhirnya berjumpa Dia dengan pilihan yang tidak plin-plan dan berani. Kita mengingat Natal; kita menantikan kedatangan Kristus yang mulia, dan juga perjumpaan pribadi kita - hari di mana Tuhan akan memanggil kita. Selama empat pekan ini kita dipanggil untuk keluar dari cara hidup yang biasa dan terima nasib, serta memupuk harapan, memupuk impian <kita> untuk masa depan yang baru. Injil hari Minggu ini (bdk. Luk 21:25-28.34-36) sesungguhnya menunjukkan haluan ini dan menempatkan kita berjaga-jaga agar tidak membiarkan diri kita tertindas oleh gaya hidup yang berpusat diri atau oleh garangnya irama hari-hari. Kata-kata Yesus bergema dengan sangat tajam : “Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat [...] Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa" (ayat 34, 36).