Liturgical Calendar

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 28 November 2018 : TENTANG DASA FIRMAN DALAM TERANG KRISTUS (GALATIA 5:16-18. 22-23)

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Dalam katekese hari ini, yang mengakhiri pengajaran tentang Dasa Firman, kita dapat menggunakannya sebagai tema utama yang diinginkan, yang memungkinkan kita untuk melangkahi perjalanan yang dibuat dan merangkum tahapan-tahapan yang dicapai dengan membaca teks Dasa Firman, selalu sepenuhnya dalam terang pewahyuan di dalam Kristus.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 25 November 2018 : TENTANG HARI RAYA TUHAN KITA YESUS KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM

Saudara-saudari terkasih, selamat pagi! Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Alam Semesta, yang kita rayakan hari ini, ditempatkan pada akhir tahun liturgi dan mengingatkan bahwa kehidupan ciptaan tidak berkembang secara kebetulan tetapi berlanjut ke tujuan akhir : kepastian pengejawantahan Kristus, Tuhan sejarah dan segenap ciptaan. Kesudahan sejarah akan menjadi pemerintahan-Nya yang kekal. Perikop Injil hari ini (bdk. Yoh 18:33b-37) memberitahu kita tentang Kerajaan ini, kerajaan Kristus, menceritakan situasi Yesus dipermalukan setelah ditangkap di Taman Getsemani : diikat, dihina, dituduh dan digiring di hadapan penguasa Yerusalem. Dan kemudian Ia diajukan ke penguasa Roma, sebagai orang yang berusaha melawan kekuasaan politik, untuk menjadi Raja orang Yahudi. Pilatus kemudian melakukan penyelidikan dan dalam penyelidikan yang dramatis, ia dua kali menanyakan kepada-Nya apakah Ia raja (bdk. ayat 33b.37). Dan pada mulanya, Yesus menjawab bahwa Kerajaan-Nya “bukan dari dunia ini” (ayat 36). Kemudian Ia menegaskan : "Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja" (ayat 37). Terbukti dari seluruh kehidupan-Nya Yesus tidak memiliki ambisi politik. Kita ingat bahwa setelah penggandaan roti, orang-orang, yang antusias oleh karena mukjizat tersebut, ingin memaklumkan-Nya sebagai raja, untuk menggulingkan kekuasaan Romawi dan membangun kembali kerajaan Israel. Namun, bagi Yesus, Kerajaan Allah adalah sesuatu yang lain, dan tentu saja bukan disebabkan oleh pemberontakan, kekerasan, dan kekuatan senjata. Oleh karena itu, Ia mundur ke gunung seorang diri untuk berdoa (bdk. Yoh 6:5-15). Sekarang, menjawab Pilatus, Ia membuatnya memperhatikan bahwa para murid-Nya tidak berjuang untuk membela-Nya. Ia berkata : "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi” (ayat 36).

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 21 November 2018 : TENTANG PERINTAH KESEMBILAN (JANGAN MENGINGINI ISTRI SESAMAMU) DAN PERINTAH KESEPULUH (JANGAN MENGINGINI MILIK SESAMAMU DENGAN TIDAK ADIL)

Saudara-saudari terkasih, selamat pagi!

Pertemuan kita tentang Dasa Firman hari ini membawa kita ke kedua Perintah terakhir. Kita mendengarnya pada pembukaan. Kedua perintah tersebut bukan hanya kata-kata terakhir dari teks tetapi lebih dari itu : kedua Perintah tersebut adalah penggenapan perjalanan melalui Dasa Firman, menyentuh hati dari semua yang telah diberikan kepada kita di dalamnya. Bahkan, dengan pemahaman, kedua Perintah tersebut tidak menambahkan muatan baru : petunjuk "jangan mengingini istri sesamamu [...] atau apapun yang dipunyai sesamamu” (Kel 20:17) setidaknya termaktub dalam Perintah tentang perzinahan dan pencurian; lalu, apa fungsi dari kata-kata ini? Apakah kata-kata ini merupakan ringkasan? Apakah kata-kata ini lebih dari itu? Marilah kita tetap sungguh menyampaikan bahwa seluruh Perintah memiliki tugas untuk menunjukkan batasan kehidupan, batas agar manusia tidak menghancurkan dirinya sendiri dan sesamanya, merusak hubungannya dengan Allah. Jika kamu melampauinya, kamu menghancurkan dirimu sendiri; kamu juga menghancurkan hubungan dengan Allah dan hubungan dengan orang lain. Perintah-perintah tersebut menunjukkan hal ini. Kenyataan bahwa semua pelanggaran umumnya berakar dari dalam : keinginan jahat, disoroti melalui Perintah terakhir ini. Seluruh dosa dilahirkan dari keinginan jahat - seluruhnya. Hati mulai bergerak di sana, dan hati memasuki alunan itu dan berakhir dengan pelanggaran. Tetapi bukan pelanggaran hukum formal, legal : pelanggaran yang melukai diri sendiri dan orang lain. Tuhan Yesus mengatakannya secara sederhana dalam Injil : “Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang" (Mrk 7:21-23).

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 18 November 2018 : TENTANG KESUDAHAN DAN TUJUAN SEJARAH MANUSIA

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Dalam perikop Injil hari Minggu ini (bdk. Mrk 13:24-32), Tuhan ingin memberi petunjuk kepada murid-murid-Nya tentang peristiwa-peristiwa yang akan datang. Petunjuk tersebut bukan, pertama-tama, sebuah wejangan tentang kesudahan dunia; sebaliknya, petunjuk tersebut adalah undangan untuk menjalani masa sekarang dengan baik, serta berjaga-jaga dan selalu siap ketika kita dipanggil untuk memberikan pertanggungjawaban atas kehidupan kita. Yesus berkata : "Pada masa itu, sesudah siksaan itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit, dan kuasa-kuasa langit akan goncang" (ayat 24-25). Kata-kata ini membuat kita memikirkan permulaan Kitab Kejadian - kisah penciptaan : matahari, bulan, bintang-bintang, yang pada permulaan masa bersinar teratur dan membawa terang, tanda kehidupan, dijelaskan di sini dalam peluruhan mereka, seraya mereka jatuh ke dalam kegelapan dan kekacauan, tanda kesudahan. Sebaliknya, terang yang akan bersinar pada hari terakhir itu akan menjadi unik dan baru : terang tersebut akan merupakan terang Tuhan Yesus yang akan datang dalam kemuliaan bersama semua orang kudus. Dalam perjumpaan itu kita akhirnya akan melihat wajah-Nya dalam terang Tritunggal sepenuhnya; Wajah yang berseri-seri dengan kasih, yang di hadapannya, seluruh umat manusia juga akan muncul dalam kebenaran yang penuh.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 14 November 2018 : TENTANG PERINTAH KEDELAPAN (JANGAN BERSAKSI DUSTA)

Saudara-saudari terkasih, selamat pagi

Dalam katekese hari ini, kita akan membahas perintah kedelapan dari Dasa Firman : "Jangan bersaksi dusta terhadap sesamamu".

Perintah ini - Katekismus Gereja Katolik mengatakan - "melarang memutarbaIikkan kebenaran dalam hubungan dengan orang lain" (no. 2464). Beratnya menjalani komunikasi yang tidak otentik karena menghambat hubungan dan, oleh karena itu, menghambat cinta. Di mana ada kebohongan di situ tidak ada cinta, cinta tidak bisa dilakukan. Dan ketika kita berbicara tentang komunikasi di antara orang-orang yang kita maksudkan bukan hanya perkataan tetapi juga isyarat, sikap, bahkan keheningan, dan ketidakhadiran. Seseorang berbicara dengan seluruh dirinya dan yang dilakukannya. Kita semua selalu berkomunikasi. Kita semua hidup berkomunikasi dan kita terus-menerus berada di antara kebenaran dan kebohongan.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 11 November 2018 : TENTANG AHLI TAURAT YANG PONGAH DAN JANDA YANG MISKIN

Saudara-saudari terkasih, selamat pagi!

Kisah Injil hari ini (bdk. Mrk 12:38-44) menutup rangkaian ajaran yang disampaikan Yesus di Bait Suci Yerusalem dan menyoroti dua tokoh yang bertolak belakang : ahli Taurat dan janda. Tetapi mengapa mereka bertolak belakang? Ahli Taurat mewakili orang-orang penting, kaya dan berpengaruh. Yang lainnya, janda, mewakili orang-orang kecil, miskin dan lemah. Pada kenyataannya penilaian Yesus yang tegas berkaitan dengan ahli-ahli Taurat, tidak menyangkut seluruh golongan, tetapi mengacu pada orang-orang yang mempertontonkan kedudukan sosial mereka, yang pongah dengan gelar "Rabi" mereka, yaitu, guru, yang suka dinanti-nantikan dan menduduki tempat terdepan (bdk. ayat 38-39). Yang lebih buruk adalah kepongahan mereka terutama bersifat keagamaan karena mereka - Yesus mengatakan - “mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang” (ayat 40) dan memanfaatkan Allah untuk membanggakan diri mereka sebagai para penjaga hukum-Nya. Dan sikap merasa lebih unggul dan pongah ini membuat mereka menghina orang-orang yang terhitung kecil dan berada dalam kedudukan ekonomi yang kurang beruntung, seperti janda.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 7 November 2018 : TENTANG PERINTAH KETUJUH (JANGAN MENCURI)

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Melanjutkan penjelasan tentang Dasa Firman, hari ini kita sampai pada perintah ketujuh : “Jangan mencuri”.

Mendengar perintah ini, kita memikirkan masalah pencurian dan penghormatan terhadap harta milik orang lain. Tidak ada budaya yang melegalkan pencurian dan penyalahgunaan harta benda. Bahkan, kepekaan manusia sangat rentan ketika menyangkut mempertahankan kepemilikan. Namun, ada gunanya kita membuka diri untuk membaca perintah ini secara lebih luas, berfokus pada tema tentang harta benda dalam terang kebijaksanaan Kristiani.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 4 November 2018 : TENTANG MENGASIHI ALLAH DAN MENGASIHI SESAMA

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Pusat Injil hari Minggu ini (bdk. Mrk 12:28b-34), adalah hukum kasih : mengasihi Allah dan mengasihi sesama. Seorang ahli Taurat bertanya kepada Yesus : “Hukum manakah yang paling utama?” (ayat 28). Ia menjawab dengan mengutip pengakuan iman yang digunakan setiap orang Israel untuk membuka dan menutup harinya yang dimulai dengan kata-kata "Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa" (Ul 6:4). Jadi, Israel menjaga imannya dalam kenyataan dasariah dari seluruh keyakinannya : hanya ada satu Tuhan dan Tuhan adalah “milik kita”, dalam arti Ia mengikatkan diri-Nya kepada kita dengan perjanjian yang tak terhapuskan; Ia telah mengasihi kita, Ia mengasihi kita dan Ia akan mengasihi kita selamanya. Dari sumber inilah, mengasihi Allah inilah hukum ganda tersebut bermula : “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu [...] Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (ayat 30-31).

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 1 November 2018 : SABDA BAHAGIA, JALAN MENUJU KEKUDUSAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi dan selamat hari raya!

Bacaan Pertama hari ini, dari Kitab Wahyu (7:2-4,9-14), berbicara kepada kita tentang Surga dan menempatkan di hadapan kita “suatu kumpulan besar orang banyak”, tidak dapat terhitung banyaknya, "dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa” (Why 7:9). Mereka adalah orang-orang kudus. Apa yang mereka lakukan "di sana"? Mereka bernyanyi bersama; memuji Allah dengan sukacita. Akan menyenangkan mendengarkan nyanyian mereka ... tetapi kita bisa membayangkannya. Apakah kamu tahu kapannya? Selama Misa, ketika kita menyanyikan “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan, Allah semesta alam ...“. Kitab Suci mengatakan itu adalah nyanyian rohani yang berasal dari Surga, yang dinyanyikan di sana (bdk. Yes 6:3; Why 4:8), sebuah madah pujian. Kemudian, menyanyikan “Kudus”, kita bukan hanya memikirkan para kudus tetapi kita melakukan apa yang mereka lakukan. Pada saat Misa tersebut, kita dipersatukan dengan mereka lebih dari sebelumnya. Dan kita dipersatukan dengan semua orang kudus - tidak hanya dengan orang-orang yang paling terkenal dalam penanggalan, tetapi juga dengan orang-orang “dari pintu sebelah”, dengan kerabat dan kenalan kita, yang sekarang menjadi bagian dari kelompok besar itu.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 31 Oktober 2018 : PANGGILAN SUAMI ISTRI MENEMUKAN KEPENUHANNYA DALAM KRISTUS

Saudara-saudari terkasih, selamat pagi!

Hari ini saya ingin menyelesaikan katekese tentang Perintah Keenam dari Dasa Firman - "Jangan berzinah" -, membuktikan bahwa kasih setia Kristus adalah terang untuk menghayati indahnya kasih sayang manusia. Kenyataannya, segi kasih sayang kita adalah panggilan untuk mengasihi, yang diwujudkan dalam kesetiaan, dalam keramahtamahan, dan dalam belas kasih. Hal ini sangat penting. Bagaimana kasih mewujudkan dirinya? Dalam kesetiaan, dalam keramahtamahan, dan dalam belas kasih.