Liturgical Calendar

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 25 September 2019 : TENTANG KISAH PARA RASUL (6:8-10.15) – BAGIAN 8


Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Kita terus mengikuti sebuah perjalanan melalui Kitab Kisah Para Rasul : perjalanan Injil di dunia. Santo Lukas menunjukkan dengan kenyataan yang luar biasa baik keberhasilan perjalanan ini maupun munculnya beberapa masalah di jantung komunitas Kristiani. Sejak awal, selalu ada masalah. Bagaimana kita dapat menyelaraskan perbedaan yang hidup bersama di dalamnya tanpa terjadinya pertentangan dan perpecahan? Komunitas itu tidak hanya menyambut orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani, yaitu, orang-orang dari diaspora, orang-orang bukan Yahudi, dengan budaya dan kepekaan mereka masing-masing serta dengan agama lain. Dewasa ini, kita mengatakan "orang-orang kafir." Dan ini disambut. Kehadiran ini menentukan keseimbangan yang rapuh dan genting, dan, dalam menghadapi kesulitan-kesulitan "lalang" muncul, dan apakah lalang yang terburuk yang menghancurkan sebuah komunitas? Lalang sungut-sungut, lalang pergunjingan : orang-orang Yunani bersungut-sungut oleh karena kurangnya perhatian komunitas terhadap para janda mereka.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 22 September 2019 : BELAJAR DARI KECERDIKAN BENDAHARA YANG TIDAK JUJUR


Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Perumpamaan dalam Bacaan Injil hari Minggu ini (bdk. Luk 16:1-13) memiliki tokoh utama bendahara yang cerdik dan tidak jujur yang, dituduh telah menghamburkan milik tuannya, akan segera diberhentikan. Dalam situasi yang sulit ini, ia tidak menuduh, ia tidak mencari pembenaran atau membiarkan dirinya berkecil hati, tetapi ia memikirkan jalan keluar untuk memastikan bagi dirinya sendiri masa depan yang tenang. Pada awalnya, ia bereaksi dengan jernih, mengakui keterbatasannya : “Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu (ayat 3); lalu ia bertindak dengan cerdik, mencuri dari tuannya untuk yang terakhir kalinya. Bahkan, ia memanggil orang-orang yang berhutang kepada tuannya dan mengurangi hutang yang mereka miliki, guna menjadikan mereka teman-temannya dan kemudian mendapat balasan dari mereka. Inilah berteman dengan korupsi dan mendapatkan rasa terima kasih dengan korupsi sebagaimana, sayangnya, biasanya hari ini.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 18 September 2019 : TENTANG KISAH PARA RASUL (5:34-35.38-39) – BAGIAN 7


Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Kita melanjutkan katekese tentang Kisah Para Rasul. Menghadapi larangan orang-orang Yahudi untuk mengajar dalam nama Kristus, dengan berani Petrus dan para Rasul menanggapi bahwa mereka tidak sudi menaati orang-orang yang ingin menghentikan perjalanan Injil di dunia. Dengan demikian Dua Belas Rasul menunjukkan bahwa mereka memiliki "ketaatan iman" yang kemudian ingin mereka bangkitkan dalam diri semua manusia (bdk. Rm 1:5). Faktanya, sejak Pentakosta mereka bukan lagi manusia “sendirian”. Mereka mengalami sinergi khusus, yang membuat mereka tidak terpusat pada diri mereka sendiri dan membuat mereka berkata : “kami dan Roh Kudus” (Kis 5:32) atau "keputusan Roh Kudus dan keputusan kami” (Kis 15:28). Mereka merasa tidak bisa mengatakan hanya "aku", mereka adalah manusia yang tidak berpusat pada diri mereka sendiri. Dalam persekutuan yang kuat ini, para Rasul tidak membiarkan diri mereka diintimidasi oleh siapa pun. Mereka memiliki keberanian yang mengesankan! Marilah kita berpikir bahwa hal ini bersifat pengecut : mereka semua melarikan diri, mereka melarikan diri ketika Yesus ditangkap. Namun, dari bersifat pengecut mereka menjadi begitu berani. Mengapa? <Mereka menjadi berani> karena Roh Kudus menyertai mereka. Hal yang sama terjadi pada diri kita : jika kita memiliki Roh Kudus di dalam diri kita, kita akan memiliki keberanian untuk maju, keberanian untuk memenangkan begitu banyak perkelahian, bukan oleh diri kita sendiri tetapi oleh Roh Kudus yang bersama kita. Mereka tidak menarik mundur pawai mereka sebagai para saksi yang pemberani dari Yesus yang bangkit, sebagai para martir sepanjang masa, termasuk masa kita. Para martir memberikan nyawa mereka, mereka tidak menyembunyikan bahwa mereka adalah umat kristiani. Marilah kita pikirkan, beberapa tahun yang lalu - hari ini juga ada begitu banyak - tetapi marilah kita pikirkan empat tahun yang lalu, umat Gereja Kristen Ortodoks Koptik, para pekerja sejati, di pantai Libya : mereka semua digorok, tetapi kata terakhir yang mereka ucapkan adalah “Yesus, Yesus”. Mereka tidak menjual iman, karena Roh Kudus menyertai mereka. Inilah para martir dewasa ini!

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 15 September 2019 : KASIH ALLAH YANG TAK TERBATAS UNTUK ORANG-ORANG BERDOSA

Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Bacaan Injil hari ini (Luk 15:1-32) dimulai dengan beberapa orang yang bersungut-sungut terhadap Yesus, melihat Ia berada di tengah-tengah para pemungut cukai dan orang-orang berdosa, dan mengatakan dengan hinaan : "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka" (ayat 2). Kenyataannya kalimat ini mengungkapkan dengan sendirinya pemberitaan yang luar biasa. Yesus menyambut orang-orang berdosa dan makan bersama-sama mereka. Itulah yang terjadi pada kita di setiap Misa, di setiap gereja : Yesus dengan senang hati menerima kita di meja-Nya, di mana Ia mempersembahkan diri-Nya untuk kita. Kalimat inilah yang dapat kita tulis di pintu-pintu gereja kita: “Yesus menyambut orang-orang berdosa di sini dan mengundang mereka ke meja-Nya”. Dan, Tuhan, sedang menjawab mereka yang bersungut-sungut terhadap-Nya, menceritakan kepada mereka tiga perumpamaan yang luar biasa, yang menunjukkan kecenderungan-Nya terhadap orang-orang yang merasa jauh daripada-Nya. Sebaiknya hari ini kamu masing-masing mengambil Injil, Injil Lukas, bab 15, dan membaca tiga perumpamaan tersebut. Ketiga perumpamaan tersebut sangat luar biasa.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 11 September 2019 : TENTANG PERJALANAN BAPA SUCI KE MOZAMBIK, MADAGASKAR DAN MAURITIUS


Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Tadi malam saya kembali dari perjalanan apostolik saya ke Mozambik, Madagaskar, dan Mauritius. Saya bersyukur kepada Allah, yang memperkenankan saya untuk melaksanakan rencana perjalanan ini sebagai peziarah perdamaian dan harapan, serta saya kembali mengucapkan terima kasih kepada pemerintah masing-masing negara tersebut, juga kepada pihak keuskupan, yang mengundang saya dan menyambut saya dengan begitu penuh kasih sayang dan perhatian, serta para duta besar apostolik, yang telah bekerja begitu banyak untuk perjalanan ini.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 1 September 2019 : TENTANG KERENDAHAN HATI DAN KEMURAHAN HATI TANPA PAMRIH


Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi!

Pertama-tama saya minta maaf atas keterlambatan ini, tetapi ada sebuah insiden: Saya terjebak di lift selama 25 menit! Ada penurunan tegangan dan lift terhenti. Syukur kepada Allah, petugas pemadam kebakaran datang - saya berterima kasih banyak kepada mereka! - dan, setelah 25 menit bekerja, mereka berhasil membuat lift berjalan - tepuk tangan untuk para petugas pemadam kebakaran!