Liturgical Calendar

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 30 Agustus 2023 : HASRAT PENGINJILAN : SEMANGAT KERASULAN ORANG PERCAYA (BAGIAN 19) - BERDOA DAN MELAYANI DENGAN SUKACITA : KATERI TEKAKWITHA, SANTA PRIBUMI PERTAMA DI AMERIKA UTARA

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

 

Kini, melanjutkan katekese kita dengan tema hasrat dan semangat apostolik untuk mewartakan Injil, hari ini kita melihat Santa Kateri Tekakwitha, perempuan pribumi Amerika Utara pertama yang dikanonisasi. Lahir sekitar tahun 1656 di sebuah desa di bagian utara New York, ia adalah putri dari seorang kepala suku Mohawk yang belum dibaptis dan seorang ibu Kristiani suku Algonquin, yang mengajari Kateri berdoa dan menyanyikan lagu pujian kepada Allah. Banyak dari kita juga pertama kali diperkenalkan kepada Allah dalam lingkungan keluarga, khususnya oleh ibu dan nenek kita. Dari sinilah penginjilan dimulai dan, tentu saja, kita tidak boleh lupa bahwa iman selalu disebarkan dalam logat ini oleh para ibu, oleh para nenek. Iman harus diwariskan dalam logat, dan kita menerimanya dalam logat dari para ibu dan nenek. Penginjilan sering dimulai dengan cara ini: dengan gerakan sederhana dan kecil, seperti para orangtua membantu anak-anak mereka belajar berbicara kepada Allah dalam doa dan memberitahu mereka tentang keagungan dan cinta kasih-Nya. Dan landasan iman bagi Kateri, dan seringkali juga bagi kita, diletakkan dengan cara ini. Ia menerimanya dari ibunya dalam logat, logat iman.

 

Ketika Kateri berusia empat tahun, wabah cacar sangat hebat melanda bangsanya. Kedua orangtuanya dan adik laki-lakinya meninggal, dan Kateri sendiri memiliki bekas luka di wajah dan gangguan penglihatan. Sejak saat itu, Kateri harus menghadapi banyak kesulitan: tentu saja kesulitan fisik akibat dampak penyakit cacar, tetapi juga kesalahpahaman, penganiayaan, dan bahkan ancaman pembunuhan yang dideritanya setelah ia dibaptis pada hari Minggu Paskah 1676. Semua ini memberi Kateri cinta yang besar demi Salib, tanda pasti kasih Kristus, yang menyerahkan diri-Nya sampai akhir demi kita. Memang benar, memberi kesaksian tentang Injil bukan hanya berkenaan dengan apa yang menyenangkan; kita juga harus tahu bagaimana memikul salib kita sehari-hari dengan kesabaran, kepercayaan, dan harapan. Kesabaran dalam menghadapi kesulitan, menghadapi salib: kesabaran adalah keutamaan Kristiani yang besar. Orang yang tidak memiliki kesabaran bukanlah orang Kristiani yang baik. Kesabaran untuk bertoleransi: bertoleransi terhadap sesama, yang terkadang mengganggu atau menimbulkan kesulitan. Kehidupan Kateri Tekakwitha menunjukkan kepada kita bahwa setiap tantangan dapat diatasi jika kita membuka hati kepada Yesus, yang memberikan rahmat yang kita perlukan. Kesabaran dan hati yang terbuka kepada Yesus – inilah resep untuk hidup dengan baik.

 

Setelah dibaptis, Kateri terpaksa mengungsi di antara kaum Mohawk di misi Yesuit dekat kota Montreal. Di sana ia menghadiri Misa setiap pagi, mengabdikan waktunya untuk adorasi di hadapan Sakramen Mahakudus, berdoa Rosario, dan menjalani kehidupan penebusan dosa. Praktik rohaninya ini mengesankan semua orang di Misi Yesuit tersebut; mereka mengenali dalam diri Kateri suatu kekudusan yang berdaya tarik karena berasal dari kasihnya yang mendalam kepada Allah. Hal ini wajar dalam kekudusan : berdaya tarik. Allah memanggil kita melalui ketertarikan; Ia berhasrat memanggil kita untuk dekat dengan kita dan kita merasakan ketertarikan ilahi ini. Pada saat yang sama, ia mengajar anak-anak Misi Yesuit untuk berdoa; dan terus-menerus bertanggung jawab penuh, termasuk merawat orang sakit dan lanjut usia, ia memberikan teladan pelayanan yang rendah hati dan penuh kasih kepada Allah dan sesama. Iman selalu dinyatakan sebagai pelayanan. Iman bukanlah tentang merias wajah, merias jiwa; bukan, iman adalah pelayanan.

 

Meskipun ia didorong untuk menikah, Kateri lebih memilih untuk mengabdikan hidupnya bagi Kristus. Karena tidak dapat memasuki hidup bakti, ia mengikrarkan kaul keperawanan kekal pada tanggal 25 Maret 1679. Pilihannya ini mengungkapkan aspek lain dari semangat kerasulan yang ia miliki : penyerahan sepenuhnya kepada Allah. Tentu saja, tidak semua orang terpanggil untuk mengikrarkan kaul yang sama seperti Kateri, namun setiap umat Kristiani dipanggil untuk memberikan dirinya setiap hari dengan hati yang tak terbagi kepada panggilan dan misi yang dipercayakan kepada mereka oleh Allah, melayani Allah dan sesama dalam semangat amal kasih.

 

Saudara-saudari terkasih, kehidupan Kateri adalah bukti lebih lanjut bahwa semangat kerasulan menyiratkan persatuan dengan Yesus, yang dibina melalui doa dan sakramen, serta keinginan untuk menyebarkan keindahan pesan Kristiani melalui kesetiaan pada panggilan khusus kita. Kata-kata terakhir Kateri sangat indah. Sebelum meninggal, ia berkata, “Yesus, aku mengasihi-Mu”.

Semoga kita juga, seperti Santa Kateri Tekakwitha, memperoleh kekuatan dari Tuhan dan belajar melakukan hal-hal biasa dengan cara yang luar biasa, bertumbuh setiap hari dalam iman, amal kasih, dan kesaksian yang bersemangat bagi Kristus.

 

Janganlah kita lupa : Kita masing-masing dipanggil menuju kekudusan, menuju kekudusan sehari-hari, menuju kekudusan kehidupan Kristiani bersama. Kita masing-masing mempunyai panggilan ini : kita terus maju di sepanjang jalan ini. Tuhan tidak akan mengecewakan kita.

 

[Imbauan]

Lusa, tanggal 1 September, kita merayakan Hari Doa Sedunia untuk Peduli Ciptaan, mencanangkan Masa Ciptaan, yang akan berlangsung hingga tanggal 4 Oktober, pesta Santo Fransiskus dari Asisi. Pada tanggal itu saya berencana menerbitkan seruan, Laudato Si' kedua. Marilah kita bergabung dengan saudara-saudari Kristini kita untuk berkomitmen merawat ciptaan sebagai anugerah suci dari Sang Pencipta. Kita perlu berpihak kepada para korban ketidakadilan lingkungan dan iklim, berjuang untuk mengakhiri perang yang tidak masuk akal terhadap rumah kita bersama, yang merupakan perang dunia yang mengerikan. Saya mendorong kamu semua untuk bekerja dan berdoa agar kembali berlimpah bersama kehidupan.

[Sapaan Khusus]

 

Saya menyampaikan sambutan hangat kepada para peziarah dan para pengunjung berbahasa Inggris yang mengikuti Audiensi hari ini, khususnya para pengendara sepeda dari Inggris; saya meyakinkan mereka akan doa saya atas upaya mereka dalam memerangi kanker. Saya juga menyapa para pelayan altar dari Malta dan berbagai kelompok dari Amerika Serikat. Kepadamu dan keluargamu, saya memohonkan sukacita dan damai Tuhan kita Yesus Kristus. Allah memberkati kamu semua!

 

Dengan penuh kasih sayang saya menyapa para peziarah berbahasa Italia. Khususnya, para penerima Sakramen Penguatan dari Keuskupan Chiavari – mereka sangat membuat riuh, bukan? Kaum muda yang terkasih, baru-baru ini kamu menerima pencurahan Roh Kudus. Berkomitmenlah untuk menemukan kekuatan dan keberanian dalam Allah setiap hari. Saya menyapa Paroki Santo Yohanes Rasul, Barletta, yang sedang merayakan 25 tahun pendiriannya: semoga peringatan ini memperkuat semangat iman dan persekutuan gerejawi dalam diri setiap orang. Saya juga menyapa band Castelvenere serta berterima kasih atas komitmen budaya dan sosial mereka.

 

Sekarang saya mengalihkan pikiran kepada kaum muda, para orang sakit, kaum tua, dan para pengantin baru. Hanya Kristus yang memiliki sabda kehidupan kekal: oleh karena itu, saya berharap kamu selalu mengikuti-Nya dengan hati yang terbuka dan antusias serta memberikan kesaksian tentang Dia setiap hari dalam kehidupanmu.

 

Dan mohon izinkan kami memperbaharui kedekatan kami dan doa kami untuk Ukraina yang terkasih dan tersiksa, yang sangat menderita.

 

Berkat saya untuk kamu semua.

 

[Ringkasan dalam Bahasa Inggris yang disampaikan oleh seorang penutur]

 

Saudara-saudari terkasih: Dalam katekese lanjutan kita mengenai semangat kerasulan, kita telah merenungkan penyebaran Injil melalui kesaksian pria dan wanita di setiap waktu dan tempat. Hari ini kita membahas Santa Káteri Tekakwitha, santa asli Amerika pertama di Amerika Utara. Putri seorang kepala suku Mohawk dan ibu Algonquin, Kateri terkena penyakit cacar pada usia dini; penderitaannya menariknya pada kecintaan yang besar terhadap salib dan identifikasi yang erat dengan Kristus dalam kasih penebusan-Nya bagi umat manusia. Dianiaya karena keyakinannya, ia mencari perlindungan di misi Yesuit. Kesalehan dan doanya yang mendalam, yang ditandai dengan devosi kepada Sakramen Mahakudus, Rosario dan laku penebusan dosa, disertai dengan kepedulian amal kasih terhadap kaum lanjut usia dan para orang sakit, serta bimbingan anak-anak dalam iman. Setahun sebelum kematiannya, Kateri memetereikan dedikasi penuhnya kepada Tuhan dengan mengucapkan kaul keperawanan kekal. Teladan Santa Kateri Tekakwitha menunjukkan kepada kita kekuatan Injil untuk menghasilkan buah yang melimpah dalam kekudusan yang terungkap dalam teduhnya tindakan sehari-hari namun memiliki kekuatan untuk mengubah rupa dunia kita.
______

(Peter Suriadi - Bogor, 30 Agustus 2023)

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 27 Agustus 2023 : SIAPAKAH YESUS MENURUTKU?

Saudara-saudari terkasih, selamat pagi!

 

Hari ini dalam Injil (bdk. Mat 16:13-20), Yesus mengajukan pertanyaan yang bagus kepada para murid-Nya : “Kata orang, siapakah Putra Manusia itu?” (ayat 13).

 

Kita juga bisa bertanya : kata orang, siapakah Yesus itu? Secara umum, hal-hal yang baik: banyak yang melihat-Nya sebagai seorang guru yang luar biasa, sebagai sosok yang istimewa: baik, benar, konsisten, berani… Tetapi apakah ini cukup untuk memahami siapa Dia, dan terutama, apakah cukup bagi Yesus? Sepertinya tidak. Jika Ia hanyalah pribadi dari masa lalu – seperti halnya tokoh-tokoh yang dikatakan orang dalam Injil yang sama, Yohanes Pembaptis, Musa, Elia dan para nabi besar – Ia hanya akan menjadi kenangan indah di masa lalu. Dan bagi Yesus, hal ini tidak akan berhasil. Oleh karena itu, segera setelah itu, Tuhan mengajukan pertanyaan yang menentukan kepada para murid-Nya : “Tetapi menurut kamu, siapakah Aku ini?" (ayat 15). Sekarang menurut kamu, siapakah Aku ini? Yesus tidak ingin menjadi tokoh kunci dari sejarah masa lalu; Ia ingin menjadi sosok penting bagimu hari ini, bagiku hari ini; bukan nabi yang jauh: Yesus ingin menjadi Allah yang dekat dengan kita!

 

Kristus, saudara-saudariku, bukanlah kenangan masa lalu, melainkan Allah masa kini. Jika Ia hanyalah seorang tokoh sejarah, maka mustahil untuk menelani-Nya pada masa sekarang: kita akan dihadapkan pada jurang waktu yang sangat luas, dan yang terpenting, dihadapkan pada keteladanan-Nya, yang bagaikan gunung yang sangat tinggi dan tidak dapat diukur; kita ingin mendakinya, tetapi tidak memiliki kemampuan dan sarana yang diperlukan. Sebaliknya, Yesus hidup : marilah kita ingat ini, Yesus hidup, Yesus hidup dalam Gereja, Ia hidup di dunia, Yesus menyertai kita, Yesus ada di pihak kita, Ia menawarkan Sabda-Nya kepada kita, Ia menawarkan rahmat-Nya kepada kita, yang mencerahkan dan menyegarkan kita dalam perjalanan: Ia, seorang pemandu yang ahli dan bijaksana, dengan senang hati menyertai kita di jalan yang paling sulit dan lereng yang paling curam.

 

Saudara-saudari terkasih, kita tidak sendirian di jalan kehidupan, karena Kristus menyertai kita, Kristus membantu kita untuk berjalan, seperti yang Ia lakukan terhadap Petrus dan murid-murid lainnya. Justru Petrus, dalam Bacaan Injil hari ini, yang memahami hal ini dan berkat rahmat mengakui di dalam diri Yesus “Engkau adalah Mesias, Putra Allah yang hidup!" (ayat 16) : “Engkau adalah Mesias, Putra Allah yang hidup!”, kata Petrus; Ia bukan tokoh dari masa lalu, melainkan Kristus, yaitu Mesias, yang dinantikan; bukan pahlawan yang telah meninggal, melainkan Putra Allah yang hidup, yang menjadi manusia dan datang untuk ambil bagian dalam sukacita dan kerja keras selama perjalanan kita. Janganlah kita berkecil hati jika kadang-kadang puncak kehidupan Kristiani terasa terlalu tinggi dan jalannya terlalu terjal. Marilah kita selalu memandang Yesus; marilah kita memandang Yesus yang berjalan di pihak kita, yang menerima kelemahan kita, ambil bagian dalam upaya kita dan meletakkan tangan-Nya yang kuat dan lembut di bahu kita yang lemah. Dengan kehadiran-Nya di dekat kita, marilah kita juga saling mengulurkan tangan dan memperbarui kepercayaan kita : bersama Yesus, apa yang tampaknya mustahil bagi kita sekarang tidak lagi terjadi, bersama Yesus kita bisa maju!

 

Hari ini ada baiknya kita mengulangi pertanyaan menentukan yang keluar dari mulut-Nya : “Siapakah Aku ini – Yesus berkata kepadamu – menurut kamu, siapakah Aku ini?”. Marilah kita mendengarkan suara Yesus, yang menanyakan hal ini kepada kita. Dengan kata lain: siapakah Yesus menurutku? Tokoh penting, titik acuan, teladan yang tidak mungkin tercapai? Ataukah Ia Allah Putra yang berjalan mendampingiku, yang dapat menuntunku menuju puncak kekudusanan yang tidak dapat kucapai sendiri? Apakah Yesus benar-benar hidup dalam kehidupanku, apakah Yesus tinggal bersamaku? Apakah Ia Tuhanku? Apakah aku mempercayakan diriku kepada-Nya pada saat-saat sulit? Apakah aku memupuk kehadiran-Nya melalui Sabda, melalui Sakramen-sakramen? Apakah aku memperkenankan diriku dibimbing oleh-Nya, bersama saudara-saudariku, di dalam komunitas?

 

Semoga Maria, Bunda sang jalan, membantu kita merasakan Sang Putra hidup dan hadir di pihak kita.

 

[Setelah pendarasan doa Malaikat Tuhan]

 

Saudara-saudari terkasih!

 

Pada hari Kamis, saya akan memulai perjalanan selama beberapa hari di jantung Asia, di Mongolia. Sebuah kunjungan yang sangat dinantikan, yang akan menjadi kesempatan untuk merangkul Gereja yang jumlahnya kecil, namun bersemangat dalam iman dan besar dalam kasih; dan juga bertemu secara dekat dengan umat yang mulia, bijaksana, dengan tradisi keagamaan yang kuat yang akan mendapat kehormatan untuk saya kenal, terutama dalam konteks peristiwa lintasagama. Saya tidak ingin menyapamu, saudara-saudari Mongolia, untuk memberitahumu bahwa saya senang melakukan perjalanan untuk bersamamu sebagai saudara bagi semua orang. Saya berterima kasih kepada pihak berwenang atas undangan mereka yang ramah, dan mereka yang, dengan komitmen besar, mempersiapkan kedatangan saya. Saya meminta kamu semua untuk mengiringi kunjungan ini dengan doa-doamu.

 

Saya memastikan doa saya bagi para korban kebakaran yang terjadi dalam beberapa hari terakhir di Yunani timur laut, dan saya menyatakan kesetiakawanan saya kepada rakyat Yunani. Dan marilah kita tetap dekat dengan rakyat Ukraina, yang sedang menderita akibat perang, dan sedang sangat menderita: jangan melupakan Ukraina!

 

Saya menyapa kamu semua, umat Roma dan para peziarah dari Italia dan banyak negara.

 

Secara khusus, saya menyapa kelompok paroki dari Madrid; para imam dari Keuskupan Molfetta-Ruvo-Giovanazzo-Terlizzi, bersama uskup mereka; umat San Gaetano da Thiene, Melìa; keluarga dari kawasan Pizzo Carano, San Cataldo dan para pesepeda dari Ciociaria. Saya menyapa para pelayan altar satuan pastoral Codevigo, Keuskupan Padua, dalam peziarahan ke Roma bersama pastor paroki mereka.

 

Hari ini kita memperingati Santa Monika, ibunda Santo Agustinus: dengan doa dan air matanya, ia memohon kepada Tuhan agar putranya bertobat; perempuan yang kuat, perempuan yang baik! Marilah kita mendoakan banyak ibu yang menderita ketika anak-anak mereka sedikit tersesat atau mengalami kesulitan hidup.

 

Dan kepada kamu semua saya mengucapkan selamat hari Minggu. Tolong, jangan lupa untuk mendoakan saya. Selamat menikmati makan siangmu, dan sampai jumpa!

______

(Peter Suriadi - Bogor, 27 Agustus 2023)

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 23 Agustus 2023 : HASRAT PENGINJILAN : SEMANGAT KERASULAN ORANG PERCAYA (BAGIAN 18) - PEWARTAAN [INJIL] DALAM BAHASA IBU : SANTO JUAN DIEGO, UTUSAN SANTA PERAWAN MARIA

Saudara-saudari terkasih, selamat pagi!

 

Dalam perjalanan kita menemukan kembali semangat untuk mewartakan Injil, semangat kerasulan; melihat bagaimana hasrat untuk mewartakan Injil telah berkembang dalam sejarah Gereja, dengan jalan ini, hari ini kita memandang Amerika, di mana penginjilan memiliki sumber yang sangat penting : Guadalupe – rakyat Meksiko berbahagia. Tentu saja, Injil sudah sampai di sana sebelum penampakan-penampakan tersebut, tetapi sayangnya hal itu juga disertai dengan kepentingan-kepentingan duniawi. Ketimbang menempuh jalan inkulturasi, yang sering dilakukan adalah pendekatan tergesa-gesa berupa transplantasi dan penerapan model yang sudah ada sebelumnya – misalnya Eropa – yang tidak memberikan rasa hormat terhadap masyarakat adat.

 

Perawan dari Guadalupe, justru, tampil dengan mengenakan busana adat, ia berbicara dalam bahasa mereka, ia menyambut dan mencintai budaya setempat : Maria adalah bunda, dan di bawah jubahnya setiap anak mendapat tempat. Di dalam diri Maria, Allah menjadi manusia dan, melalui Maria, Ia terus menjelma dalam kehidupan bangsa-bangsa.


Faktanya, Bunda Maria mewartakan Allah dalam bahasa yang paling sesuai; yaitu, bahasa ibu. Dan Bunda Maria juga berbicara kepada kita dalam bahasa ibu, bahasa yang kita pahami dengan baik. Injil diteruskan melalui bahasa ibu. Dan saya ingin mengucapkan terima kasih kepada banyak ibu dan nenek yang mewariskan Injil kepada anak dan cucu mereka: iman diteruskan melalui kehidupan; inilah sebabnya ibu dan nenek adalah penginjil pertama. [Marilah kita beri] tepuk tangan untuk para ibu dan para nenek! Dan iman disampaikan, seperti ditunjukkan Maria, dalam kesederhanaan: Bunda Maria selalu memilih orang-orang yang sederhana, di bukit Tepeyac, Meksiko, seperti di Lourdes dan Fatima: ketika berbicara kepada mereka, ia berbicara kepada semua orang, dalam bahasa yang sesuai untuk semua orang, dalam bahasa yang dapat dipahami, seperti bahasa Yesus.

 

Marilah kita memikirkan kesaksian Santo Juan Diego, yang merupakan utusan; ia seorang pemuda, ia lelaki pribumi yang menerima pewahyuan Maria: utusan Bunda Maria dari Guadalupe. Ia adalah orang yang sederhana, penduduk asli : Allah, yang suka melakukan mukjizat melalui orang-orang kecil, telah mengarahkan pandangan kepadanya.

 

Juan Diego sudah dewasa dan menikah ketika ia beriman. Pada bulan Desember 1531, ia berusia sekitar 55 tahun. Sambil berjalan, ia melihat Bunda Allah di atas bukit, yang dengan lembut memanggilnya. Dan bagaimana Bunda Maria memanggilnya? “Juanito, anak kecil yang paling kucintai” (Nican Mopohua, 23), diambil dari nama Juan. Kemudian Maria mengirimnya ke Uskup untuk memintanya membangun sebuah gereja di tempat ia menampakkan diri.

 

Juan Diego, sederhana dan berkemauan keras, berangkat dengan hatinya yang sungguh tulus, tetapi harus menunggu lama. Ia akhirnya berbicara kepada Uskup, yang tidak mempercayainya. Dan sering kali, kita para uskup [bersikap seperti ini], sangat sering… Ia kembali bertemu Bunda Maria, yang menghiburnya dan memintanya untuk mencoba lagi. Orang pribumi itu kembali ke Uskup dan dengan bersusah payah bertemu dengannya, tetapi Uskup, setelah mendengarkannya, menolaknya dan mengirim orang untuk mengikutinya. Di sinilah kesulitannya, ujian pewartaan : meskipun ada semangat, hal-hal yang tidak terduga muncul, terkadang dari Gereja sendiri. Sesungguhnya, mewartakan, memberi kesaksian tentang kebaikan saja tidak memadai, yang perlu diketahui adalah bagaimana memberi kesaksian dengan kejahatan. Janganlah kita melupakan hal ini: sangatlah penting untuk mewartakan Injil, tidak hanya dengan memberikan kesaksian tentang hal-hal yang baik, tetapi juga dengan memberikan kesaksian dengan hal-hal jahat. Seorang Kristiani berbuat baik, tetapi juga menanggung kejahatan. Keduanya berjalan seiring; hidup memang seperti itu.

 

Bahkan saat ini, di banyak tempat, menginkulturasi Injil dan menginjili budaya memerlukan keteguhan dan kesabaran, tidak takut akan perselisihan, tidak putus asa. Saya sedang memikirkan sebuah negara di mana umat Kristiani dianiaya, karena mereka adalah umat Kristiani, dan mereka tidak dapat mengamalkan iman mereka dengan mudah dan damai. Juan Diego, putus asa karena uskup menyuruhnya pergi, meminta Bunda Maria untuk tidak memakainya dan menunjuk seseorang yang lebih dihormati dan lebih mampu daripada dia, namun ia diajak untuk bertahan. Selalu ada risiko semacam penyerahan diri dalam pewartaan : ada sesuatu yang tidak beres dan seseorang mundur, menjadi putus asa dan mungkin berlindung pada kepastiannya sendiri, dalam kelompok kecil, dan dalam ibadah pribadi. Sebaliknya, Bunda Maria, ketika ia menghibur kita, membuat kita maju dan dengan demikian memungkinkan kita untuk bertumbuh, seperti seorang ibu yang baik yang, seraya mengikuti jejak putranya, meluncurkannya ke dalam tantangan-tantangan dunia.

 

Juan Diego terdorong untuk kembali menemui Uskup, yang meminta tanda darinya. Bunda Maria menjanjikan Juan satu hal, dan menghiburnya dengan kata-kata ini : “Jangan biarkan apa pun membuatmu takut, jangan biarkan apa pun mengganggu hatimu: [...] Bukankah aku di sini, aku adalah bundamu?” Ini indah. Seringkali ketika kita berada dalam kesedihan, remuk redam, dalam kesulitan, Bunda Maria juga mengatakan hal ini kepada kita, di dalam hati kita: Apakah aku, bundamu, tidak ada di sini? [Ia] selalu berada di dekat kita untuk menghibur kita dan memberi kita kekuatan untuk terus maju.

 

Kemudian ia memintanya pergi ke puncak bukit yang gersang untuk memetik bunga. Saat itu musim dingin, tetapi Juan Diego menemukan beberapa bunga yang indah, menaruhnya di jubahnya dan mempersembahkannya kepada Bunda Allah, yang mengajaknya untuk membawanya kepada Uskup sebagai bukti. Ia pergi, menunggu gilirannya dengan sabar dan akhirnya, di hadapan Uskup, membuka tilmanya – yang biasa digunakan oleh masyarakat adat untuk menutupi diri — ia membuka tilmanya untuk menunjukkan bunganya — dan lihatlah! Gambar Bunda Maria muncul dari kain jubah, gambar yang luar biasa dan hidup yang kita kenal, yang di matanya para tokoh terkemuka pada masa itu masih terpatri. Inilah kejutan Allah: ketika ada kemauan dan ketaatan, Ia dapat melaksanakan sesuatu yang tidak terduga, dalam waktu dan cara yang tidak dapat kita duga sebelumnya. Maka, tempat kudus yang diminta oleh Perawan itu untuk didirikan, dan bahkan saat ini kita dapat mengunjunginya.

 

Juan Diego meninggalkan segalanya dan, atas perkenan Uskup, mengabdikan hidupnya untuk tempat kudus tersebut. Ia menyambut para peziarah dan menginjili mereka. Hal inilah yang terjadi di tempat-tempat kudus Maria, tempat-tempat ziarah, dan tempat-tempat pewartaan, di mana setiap orang merasa kerasan – karena ini adalah rumah mama mereka, rumah ibu mereka – dan bernostalgia akan rumah, yaitu kerinduan akan rumah. tempat di mana kamu menemukan Ibu, Surga. Iman disambut di tempat-tempat ini dengan cara yang sederhana, iman disambut dengan cara yang tulus, dengan cara yang populer. Dan seperti yang dikatakannya kepada Juan Diego, Bunda Maria mendengarkan tangisan kita dan menyembuhkan kesedihan kita (bdk. idem., 32). Kita harus belajar hal ini: ketika ada kesulitan dalam hidup, kita datang kepada ibu kita; dan ketika hidup bahagia, kita juga pergi ke ibu kita untuk berbagi hal-hal ini. Kita perlu pergi ke oasis penghiburan dan belas kasihan ini, di mana iman diungkapkan dalam bahasa ibu; di mana kita meletakkan jerih payah kehidupan dalam pelukan Bunda Maria dan kembali hidup dengan kedamaian di hati kita, mungkin dengan kedamaian anak-anak kecil.

 

[Sapaan Khusus]

 

Saya menyampaikan sapaan hangat kepada para peziarah dan para pengunjung berbahasa Inggris yang ambil bagian dalam Audiensi hari ini, khususnya para pelayan altar dari Malta dan paduan suara dari Uganda. Kepadamu dan keluargamu, saya memohonkan sukacita dan damai Tuhan kita Yesus Kristus. Allah memberkati kamu semua!

 

[Ringkasan dalam Bahasa Inggris yang disampaikan oleh seorang penutur]

 

Saudara dan saudari terkasih : Dalam katekese lanjutan kita tentang semangat kerasulan, kita telah merenungkan penyebaran Injil melalui kesaksian pria dan wanita di setiap masa dan tempat. Hari ini kita merenungkan penampakan Bunda Maria dari Guadalupe kepada Beato Juan Diego, sebuah peristiwa yang berkontribusi besar terhadap penginjilan di benua Amerika. Dengan menampakkan diri kepada Juan Diego dalam busana adat dan berbicara dalam bahasanya, Santa Perawan Maria menunjukkan diri sebagai seorang Ibu, Bunda Allah, dan mengajak masyarakat adat untuk berlindung di bawah jubahnya. Mukjizat bunga mawar yang bermekaran di pertengahan musim dingin, dan munculnya gambar Bunda Maria pada kain jubah Juan Diego, berbicara dengan jelas tentang kasih Allah yang istimewa terhadap orang miskin dan kerjasama keibuan Maria dalam perluasan Kerajaan-Nya. Hal ini juga mengingatkan kita akan pentingnya peran ibu dan nenek dalam menyebarkan pesan Injil, dan, seperti dalam kasus Juan Diego, perlunya kita sebagai umat Kristiani bertekun dalam iman baptisan kita. Semoga Bunda Allah, yang hadir penuh kasih dirasakan di Guadalupe dan di tempat-tempat kudus Maria yang tak terhitung jumlahnya di seluruh dunia, terus menarik hati kepada Yesus Putranya dan kebenaran Injil yang menyelamatkan.

_____

(Peter Suriadi - Bogor, 23 Agustus 2023)

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 20 Agustus 2023 : PERUBAHAN DALAM DIRI YESUS DAN IMAN PEREMPUAN KANAAN

Saudara-saudari terkasih, selamat pagi!


Bacaan Injil hari ini menceritakan perjumpaan Yesus dengan seorang perempuan Kanaan di luar wilayah Israel (bdk. Mat 15:21-28). Perempuan itu memohon kepada Yesus untuk membebaskan putrinya, yang kerasukan setan. Tetapi Tuhan tidak memperhatikannya. Ia bersikeras, dan para murid menasihati Yesus untuk menanggapi perempuan itu agar ia sudi berhenti berteriak-teriak. Tetapi, Yesus menjelaskan bahwa Ia diutus kepada anak-anak Israel, dengan mempergunakan gambaran ini : "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing". Dan perempuan pemberani itu menjawab, “Benar Tuhan. Namun, anjing itu juga makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya”. Kemudian, Yesus berkata kepadanya, “Hai Ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki'. Seketika itu juga anaknya sembuh (ayat 26-28). Ini adalah kisah yang indah. Dan ini terjadi pada Yesus.


Kita melihat Yesus mengubah sikap-Nya. Kekuatan iman perempuan itu membuat-Nya berubah. Jadi, marilah kita berhenti sejenak pada dua aspek ini : perubahan dalam diri Yesus dan iman perempuan itu.


Perubahan dalam diri Yesus. Ia mengarahkan pewartaan-Nya kepada bangsa terpilih. Kelak Roh Kudus akan mendorong Gereja sampai ke ujung dunia. Tetapi apa yang terjadi di sini, bisa kita katakan, adalah sebuah antisipasi universalitas karya Allah yang sudah terwujud dalam kisah perempuan Kanaan. Keterbukaan Yesus menarik. Mendengar doa perempuan itu, "Ia mengantisipasi rencana tersebut"; berhadapan dengan masalah nyata perempuan itu, Ia menjadi semakin penuh belas kasihan dan sangat iba. Seperti inilah Allah : Ia adalah Sang Kasih, dan orang yang mengasihi tidak bersikeras. Ya, ia bisa berpendirian teguh, tetapi tidak kaku, ia tidak boleh kaku pada pendiriannya, tetapi membiarkan dirinya digerakkan dan disentuh. Ia tahu bagaimana mengubah rencananya. Kasih itu kreatif. Dan kita umat Kristiani yang mau meneladani Kristus, kita diajak untuk terbuka terhadap perubahan. Alangkah baiknya hubungan kita, serta kehidupan iman kita, jika kita taat, sungguh memperhatikan, melunak atas nama belas kasihan dan kebaikan terhadap orang lain, seperti yang diperbuat Yesus terhadap perempuan Kanaan itu. Ketaatan untuk berubah. Hati taat untuk berubah.

Sekarang marilah kita melihat iman perempuan itu, yang dipuji Tuhan, dengan mengatakan “besar imanmu” (ayat 28). Menurut para murid, satu-satunya hal yang tampak “luar biasa” adalah kebersikerasannya; tetapi Yesus melihat imannya. Jika kita memikirkannya, perempuan asing itu mungkin sedikit atau tidak sadar sama sekali akan hukum dan ajaran agama Israel. Lalu berupa apakah imannya? Ia tidak kaya konsep tetapi kaya perbuatan – perempuan Kanaan tersebut mendekat, menyembah, bersikeras, ambil bagian dalam dialog yang jujur dengan Yesus, mengatasi segala rintangan hanya untuk berbicara dengan-Nya. Inilah kenyataan iman, yang bukan label agama tetapi hubungan pribadi dengan Tuhan. Berapa kali kita jatuh ke dalam pencobaan yang merancukan iman dengan label! Iman perempuan ini tidak sarat dengan kegagahan teologis, tetapi dengan kebersikerasan – ia mengetuk pintu, mengetuk, mengetuk. Imannya tidak berupa kata-kata-kata, tetapi doa. Dan Allah tidak menolak ketika orang memohon pengabulan doa. Inilah sebabnya Ia berkata, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu” (Mat 7:7).


Saudara-saudari, mengingat semua ini, kita dapat mengajukan beberapa pertanyaan kepada diri kita sendiri yang dimulai dengan perubahan di dalam diri Yesus. Misalnya: Apakah aku mampu mengubah pendapat? Apakah aku tahu bagaimana memahami dan apakah aku tahu bagaimana merasa iba, atau apakah aku tetap kaku dengan pendirianku? Apakah ada kekakuan dalam hatiku? Mana yang bukan ketegasan: kekakuan itu buruk, ketegasan itu baik. Dan dimulai dengan iman perempuan itu: Seperti apakah imanku? Apakah imanku berhenti pada konsep dan kata-kata, atau apakah imanku sungguh dihayati dengan doa dan perbuatan? Apakah aku tahu bagaimana berdialog dengan Tuhan? Apakah aku tahu bagaimana bersikeras dengan-Nya? Atau apakah aku puas melafalkan rumusan yang indah? Semoga Bunda Maria membuat kita terbuka terhadap apa yang baik dan nyata dalam beriman.

[Setelah pendarasan doa Malaikat Tuhan]

 

Saudara dan saudari terkasih.


Saya sedang mengikuti dengan prihatin apa yang terjadi di Niger. Saya bergabung dengan seruan para Uskup demi perdamaian di negara ini dan stabilitas di wilayah Sahel. Saya menyertai dengan doa-doa saya upaya komunitas internasional untuk menemukan solusi damai sesegera mungkin untuk keuntungan semua orang. Marilah kita mendoakan rakyat Niger yang terkasih. Dan marilah kita juga berdoa untuk perdamaian bagi semua penduduk yang terluka oleh perang dan kekerasan. Marilah kita secara khusus berdoa bagi Ukraina, yang telah lama menderita.


Saya menyapa kamu semua, umat Roma dan para peziarah dari berbagai negara. Secara khusus, saya menyapa para seminaris baru dari Kolose Amerika Utara dan saya berharap mereka mendapatkan perjalanan formatif yang baik; Saya juga menyapa komunitas “de la Borriquita” dari Cadice, Spanyol; saya menyapa orang-orang Polandia, memikirkan para perempuan dan para anak perempuan, para peziarah ke Gus Bunda Maria dari Piekary ÅšlÄ…skie.

Saya menyapa kaum muda dari Proyek “Tucum” yang hari ini memulai Via Lucis melalui stasiun kereta api Italia untuk bertemu dengan orang-orang yang hidup di pinggiran untuk menyampaikan harapan Injil kepada mereka.


Saya menyapa kamu semua dan kepada kamu semua saya mengucapkan selamat hari Minggu. Tolong jangan lupa untuk mendoakan saya. Selamat menikmati makan malammu dan sampai jumpa.

____

(Peter Suriadi - Bogor, 21 Agustus 2023)

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 15 Agustus 2023 : KEHIDUPAN MARIA DITANDAI DENGAN PELAYANAN DAN PUJIAN

Saudara-saudari terkasih, selamat pagi!

 

Hari ini, Hari Raya Perawan Maria Diangkat ke Surga, kita merenungkan kenaikan jiwa dan raganya menuju kemuliaan surgawi. Bacaan Injil hari ini juga menyajikannya kepada kita saat ia naik, kali ini “menuju pegunungan” (Luk 1:39). Dan mengapa ia pergi ke sana? Untuk membantu Elisabet sepupunya, dan di sana dengan penuh sukacita ia mengidungkan Magnificat. Maria naik dan Sabda Allah mengungkapkan kepada kita apa yang menjadi ciri khas kita melalui perbuatannya : pelayanan kepada sesamanya dan pujian kepada Allah. Kedua hal ini : Maria adalah perempuan yang melayani sesama, dan Maria adalah perempuan yang memuji Allah. Penginjil Lukas bahkan menceritakan kehidupan Yesus sendiri sebagai pendakian, menuju Yerusalem, tempat Ia menyerahkan diri di kayu salib; dan ia juga menggambarkan perjalanan Maria dengan cara yang sama. Singkatnya, Yesus dan Maria menempuh jalan yang sama: dua kehidupan yang naik, memuliakan Allah dan melayani sesama. Yesus sebagai Penebus, yang memberikan nyawa-Nya demi kita, demi membenarkan kita; Maria sebagai hamba yang pergi mengabdi : dua kehidupan yang mengalahkan maut dan bangkit lagi; dua kehidupan yang rahasianya adalah pelayanan dan pujian. Marilah kita melihat lebih dekat dua aspek ini : pelayanan dan pujian.

 

Pelayanan. Melayani adalah saat kita membungkuk untuk melayani saudara-saudari kita yang bangkit : kasihlah yang mengangkat kehidupan. Kita pergi untuk melayani saudara-saudari kita dan dengan pelayanan ini, kita "naik". Tetapi melayani tidak mudah: Bunda Maria, yang baru saja mengandung, melakukan perjalanan hampir 150 kilometer dari Nazaret untuk mencapai rumah Elisabet. Membantu itu mahal, bagi kita semua! Kita selalu mengalami hal ini dalam kelelahan, kesabaran, dan kekhawatiran ketika kita peduli terhadap orang lain. Pikirkanlah, misalnya, jarak yang ditempuh banyak orang setiap hari pulang pergi tempat kerja, dan banyak tugas yang mereka lakukan untuk orang lain; pikirkanlah pengorbanan waktu dan tidur dalam merawat bayi yang baru lahir atau orang lanjut usia; upaya dalam melayani mereka yang tidak bisa memberi imbalan sama sekali, dalam Gereja dan dalam pekerjaan sukarela. Saya mengagumi pekerjaan sukarela. Pekerjaan yang melelahkan, tetapi naik, mencapai Surga! Inilah pelayanan sejati.

Tetapi pelayanan berisiko mandul tanpa memuji Allah. Memang, ketika Maria memasuki rumah sepupunya, ia memuji Allah. Ia tidak berbicara tentang keletihan perjalanannya, melainkan kidung kegembiraan muncul dari hatinya. Karena orang yang mengasihi Allah tahu memuji. Dan Bacaan Injil hari ini menunjukkan kepada kita “aliran pujian: anak yang di dalam rahim Elisabet melonjak kegirangan (bdk. Luk 1:44); Elisabet yang mengucapkan kata-kata berkat dan “sabda bahagia pertama”: “Berbahagialah ia yang percaya” (Luk 1:45); dan semuanya berpuncak pada Maria, yang mewartakan Magnificat (bdk. Luk 1:46-55). Pujian menambah sukacita. Pujian bagaikan tangga: pujian menuntun hati ke atas. Pujian membangkitkan jiwa dan mengalahkan godaan untuk menyerah. Pernahkah kamu melihat betapa membosankannya orang-orang, mereka yang hidup dari pergunjingan, tidak mampu memberikan pujian? Tanyakanlah pada dirimu sendiri: apakah aku mampu memberikan pujian? Alangkah baiknya memuji Allah setiap hari, dan juga orang lain! Alangkah baiknya hidup dalam rasa syukur dan berkat ketimbang penyesalan dan keluh kesah, menengadah ketimbang bermuka masam! Keluh kesah: ada orang yang berkeluh kesah setiap hari. Tetapi lihatlah Allah ada di dekatmu, lihatlah Ia telah menciptakanmu, lihatlah hal-hal yang telah Ia berikan kepadamu. Pujilah, pujilah! Dan ini adalah kesehatan rohani.

 

Pelayanan dan pujian. Marilah kita mencoba bertanya pada diri kita sendiri: apakah aku menjalani pekerjaan dan kesibukan sehari-hariku dengan semangat pelayanan, atau dengan keegoisan? Apakah aku mengabdikan diri untuk seseorang tanpa pamrih, tanpa mencari keuntungan segera? Singkatnya, apakah aku menjadikan pelayanan sebagai “batu loncatan” dalam hidupku? Dan berpikir tentang pujian: apakah aku, seperti Maria, bergembira karena Allah (bdk. Luk 1:47)? Apakah aku berdoa, memuji Tuhan? Dan, setelah memuji Dia, apakah aku menyebarkan kegembiraan-Nya di antara orang-orang yang kutemui? Kamu masing-masing, cobalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.

 

Semoga Bunda kita, yang diangkat ke Surga, membantu kita mendaki lebih tinggi setiap hari melalui pelayanan dan pujian.


[Setelah pendarasan doa Malaikat Tuhan]


Saudara-saudari terkasih,

 

Dengan tulus saya menyapa kamu semua yang hadir di sini, umat Roma dan para peziarah dari berbagai negara. Secara khusus, saya menyapa kaum muda dari Keuskupan Verona, mengharapkan mereka mendapat pengalaman musim panas yang terbaik di Roma.

 

Hari ini, kita mempercayakan kepada Maria untuk mengangkat ke Surga permohonan kita untuk perdamaian di Ukraina dan di seluruh wilayah yang dilanda perang: ada begitu banyak wilayah, sayangnya. Hiruk pikuk senjata menenggelamkan upaya dialog; hukum kekuatan menang atas kekuatan hukum. Namun janganlah kita berkecil hati, marilah kita terus berharap dan berdoa, karena Allahlah yang menuntun sejarah. Semoga Ia mendengarkan kita!

Dan hari ini, hari Bunda Maria, saya menyapa kaum muda Immakulata! Kepada kamu semua saya mengucapkan selamat hari raya. Tolong, jangan lupa untuk mendoakan saya. Selamat menikmati makan siangmu, dan sampai jumpa!

______

(Peter Suriadi - Bogor, 15 Agustus 2023)

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 13 Agustus 2023 : TENANGLAH! INI AKU. JANGAN TAKUT!

Saudara-saudari terkasih, selamat pagi!

 

Bacaan Injil hari ini mengisahkan perbuatan Yesus yang luar biasa : Ia berjalan di malam hari di atas air danau Galilea menuju murid-murid-Nya yang sedang menyeberangi danau dengan perahu (bdk. Mat 14:22-33). Pertanyaannya adalah : Mengapa Yesus melakukan hal ini? Suka pertunjukan? Tidak! Tetapi mengapa? Mungkinkah karena kebutuhan yang mendesak dan tak terduga untuk membantu murid-murid-Nya yang terhalang angin sakal? Tidak, karena Ia sendiri yang merencanakan segalanya, Ia menyuruh mereka berangkat malam itu. Teks bahkan mengatakan Ia "memerintahkan mereka" (bdk. ayat 22). Mungkinkah Ia melakukannya untuk menunjukkan kehebatan dan kuasa-Nya? Tetapi Ia tidak sesederhana itu. Jadi, mengapa Ia melakukannya? Mengapa Ia ingin berjalan di atas air?

 

Ada pesan yang belum jelas, pesan yang perlu kita pegang. Pada kenyataannya, pada masa itu, hamparan air yang luas dianggap sebagai tempat tinggal kuasa jahat yang tidak dapat dikuasai manusia. Terutama ketika badai membuatnya bergejolak, jurang ini melambangkan kekacauan dan mengingatkan akan kegelapan dunia bawah. Sekarang, para murid mendapati diri mereka berada di tengah danau ketika hari sudah gelap. Mereka takut tenggelam, terhisap oleh kejahatan. Dan Yesus datang ke sini, berjalan di atas air, untuk mengatasi kuasa jahat. Ia berjalan di atas kuasa jahat dan berkata kepada murid-murid-Nya : “Tenanglah! Ini Aku. Jangan takut” (ayat 27). Inilah pesan yang diberikan Yesus kepada kita. Inilah makna tanda tersebut : kuasa jahat yang menakut-nakuti kita, yang tidak dapat kita kuasai, segera mendapatkan proporsi yang semakin kecil berkat Yesus. Dengan berjalan di atas air, Ia ingin berkata, “Jangan takut. Aku meletakkan musuhmu di bawah kaki-Ku” – sebuah pesan yang indah – Aku meletakkan musuhmu di bawah kaki-Ku – bukan manusia! – bukan musuh semacam itu, tetapi maut, dosa, iblis – inilah musuh manusia, musuh kita. Dan Yesus menginjak-injak musuh-musuh ini demi kita.

 

Hari ini, Kristus mengulangi kepada kita masing-masing, “Tenanglah! Ini Aku. Jangan takut”. Tenanglah karena Aku di sini, karena kamu tidak lagi sendirian di perairan kehidupan yang bergejolak. Jadi, apa yang harus kita lakukan ketika kita menemukan diri kita berada di lautan terbuka di tengah angin sakal? Apa yang harus kita lakukan ketika kita menghadapi ketakutan akan lautan lepas, ketika kita hanya melihat kegelapan dan kita merasa akan tenggelam? Kita perlu melakukan dua hal yang dilakukan para murid dalam Bacaan Injil. Apa yang dilakukan para murid? Mereka memanggil dan menyambut Yesus. Pada saat-saat terburuk, dalam badai yang paling gelap, panggillah Yesus dan sambutlah Yesus.

 

Murid-murid memanggil Yesus : Petrus berjalan sebentar di atas air menuju Yesus, tetapi kemudian ketakutan. Ia tenggelam dan kemudian berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!" (ayat 30). Panggillah Yesus, panggillah Yesus. Doa ini indah. Doa mengungkapkan kepastian bahwa Tuhan dapat menyelamatkan kita, Ia mengalahkan kejahatan dan ketakutan kita. Saya mengajakmu untuk mengulanginya sekarang bersama-sama. Tiga kali bersama-sama : Tuhan, tolonglah aku! Tuhan, tolonglah aku! Tuhan, tolonglah aku!

 

Dan kemudian para murid menyambut, pertama mereka memanggil, kemudian mereka menyambut Yesus ke dalam perahu. Teks mengatakan bahwa begitu Ia naik ke perahu, "angin pun reda" (ayat 32). Tuhan mengetahui bahwa perahu kehidupan kita, serta perahu Gereja, terancam oleh angin sakal, dan laut tempat kita berlayar sering bergolak. Ia tidak menghindarkan kita dari kerja keras berlayar, sebaliknya – Bacaan Injil menekankan – Ia mendorong murid-murid-Nya untuk berangkati. Ia mengundang kita untuk menghadapi kesulitan agar kesulitan tersebut juga menjadi tempat penyelamatan, agar Yesus dapat menaklukkannya, sehingga menjadi kesempatan untuk bertemu dengan-Nya. Bahkan, di saat-saat kegelapan kita, Ia datang menemui kita, meminta untuk disambut seperti malam di danau tersebut.

 

Jadi, marilah kita bertanya pada diri kita : Bagaimana reaksiku ketika aku takut, berada dalam kesulitan? Apakah aku maju sendirian, dengan kekuatanku sendiri, atau apakah aku berseru kepada Tuhan dengan kepercayaan? Dan seperti apa imanku? Apakah aku percaya bahwa Kristus lebih kuat daripada gelombang dan angin yang menerjang? Tetapi yang terpenting: apakah aku berlayar bersama-Nya? Apakah aku menyambut-Nya? Apakah aku memberikan ruang untuk-Nya di dalam perahu kehidupanku – tidak pernah sendirian, selalu bersama Yesus? Apakah aku menyerahkan kemudi kepada Yesus?

 

Dalam penyeberangan yang gelap, semoga Maria, bunda Yesus, Bintang Lautan, membantu kita mencari terang Yesus.

 

[Setelah pendarasan doa Malaikat Tuhan]

 

Saudara-saudari terkasih,

 

Kapal karam tragis lainnya terjadi beberapa hari yang lalu di Mediterania - empat puluh satu orang kehilangan nyawa. Saya telah mendoakan mereka. Dan dengan sedih dan memalukan kita harus mengatakan bahwa sejak awal tahun ini, hampir dua ribu pria, wanita dan anak-anak telah meninggal saat berusaha mencapai Eropa. Ini adalah luka menganga pada kemanusiaan kita. Saya mendorong kekuatan politik dan diplomatik agar berusaha menyembuhkan hal ini dalam semangat kesetiakawanan dan persaudaraan, serta dedikasi semua orang yang bekerja untuk mencegah karamnya kapal dan membantu para migran.

 

Besok, di Bafoussam, Kamerun, yang masih dilanda kekerasan dan perang, pada malam Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat Ke Surga, peziarahan untuk perdamaian di negara itu akan berlangsung. Marilah kita bersatu dalam doa untuk saudara-saudari kita di Kamerun sehingga, melalui perantaraan Perawan Maria, Allah dapat menopang harapan rakyat yang telah menderita selama bertahun-tahun, dan membuka jalan dialog agar perdamaian dan kerukunan dapat tercapai.

 

Dan marilah kita mendoakan rakyat Ukraina yang sangat menderita karena perang ini.

 

Saya juga ingin memastikan doa saya untuk para korban kebakaran yang telah menghancurkan Pulau Maui, Hawaii.

 

Sekarang saya menyampaikan salam kepada kamu semua, umat Roma dan para peziarah dari berbagai negara. Secara khusus, saya menyapa beberapa kelompok yang ikut serta dalam Hari Orang Muda Sedunia di Lisbon – dan ada banyak!...Saya melihat bendera – Polandia, Meksiko, Argentina, Italia, banyak, El Salvador, banyak… para imam dan orang muda dari El Salvador yang sangat riuh; para mahasiswa dari Universidad Iberoamericana, Puebla, Meksiko; dan orang muda dari Taiwan. Nikmatilah perjalananmu!

 

Dan kepada kamu semua saya mengucapkan selamat hari Minggu. Tolong, jangan lupa untuk mendoakan saya. Selamat menikmati makananmu dan sampai jumpa!

_____

(Peter Suriadi - Bogor, 14 Agustus 2023)

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 9 Agustus 2023 : TENTANG PERJALANAN APOSTOLIK KE PORTUGAL DALAM RANGKA HARI ORANG MUDA SEDUNIA KE-37

Saudara-saudari terkasih, selamat pagi!


Dalam beberapa hari terakhir, saya pergi ke Portugal dalam rangka Hari Orang Muda Sedunia ke-37.


Hari Orang Muda Sedunia di Lisbon ini, setelah pandemi, dianggap oleh semua orang sebagai karunia Allah, yang sekali lagi menggerakkan hati dan langkah orang muda sedunia di jalan Injil: banyak orang muda dari seluruh dunia, banyak dari mereka! Untuk saling bertemu dan bertemu Yesus.


Pandemi, sebagaimana kita ketahui, berdampak parah pada perilaku sosial: pengasingan sering berubah menjadi ketertutupan, dan terutama kaum muda yang terpengaruh. Dengan Hari Orang Muda Sedunia ini, Allah memberikan “dorongan” ke arah lain. Hari Orang Muda Sedunia menandai awal baru peziarahan besar kaum muda melintasi benua, dalam nama Yesus Kristus.

Dan bukan kebetulan hal ini terjadi di Lisbon, sebuah kota yang menghadap ke lautan, kota yang menjadi lambang penjelajahan besar melalui laut.


Maka, pada Hari Orang Muda Sedunia, Bacaan Injil mengusulkan kepada kaum muda teladan Perawan Maria. Pada saat yang paling kritis, ia pergi mengunjungi saudaranya Elisabet, dan Injil mengatakan Maria “berangkat dan bergegas” (Luk 1:39). Saya suka menyebut Bunda Maria dengan cara ini, Bunda Maria "bergegas". Ia selalu melakukan sesuatu dengan bergegas, ia tidak pernah membuat kita menunggu; Ia adalah bunda semua orang. Dengan cara ini, Maria menuntun peziarahan kaum muda dalam mengikuti Yesus hari ini, di milenium ketiga. Sama seperti yang ia lakukan seabad yang lalu di Portugal, di Fatima, ketika ia berbicara kepada tiga anak, mempercayakan kepada mereka pesan iman dan harapan bagi Gereja dan dunia. Itulah sebabnya, pada Hari Orang Muda Sedunia, saya kembali ke Fatima, tempat penampakan itu terjadi, dan, bersama dengan beberapa orang muda yang sakit, saya berdoa kepada Allah agar Ia menyembuhkan dunia dari penyakit jiwa: kesombongan, kebohongan, permusuhan, kekerasan adalah penyakit jiwa, dan dunia sedang sakit karena penyakit ini. Dan kita memperbarui penyerahan kita, penyerahan Eropa, dunia, kepada Maria, kepada Hati Maria yang Tak Bernoda. Saya berdoa untuk perdamaian karena ada begitu banyak perang di seluruh dunia, begitu banyak.


Orang muda dunia datang ke Lisbon dalam jumlah besar dan dengan antusiasme yang tinggi. Saya bertemu mereka dalam kelompok kecil dan beberapa dari mereka mengalami banyak masalah; sekelompok orang muda Ukraina yang membawa cerita-cerita yang menyakitkan. Hari Orang Muda Sedunia bukanlah hari libur, perjalanan wisata, atau bahkan acara spiritual untuk kepentingan mereka sendiri. Hari Orang Muda Sedunia adalah perjumpaan dengan Kristus yang hidup melalui Gereja, orang muda pergi untuk menjumpai Kristus; memang benar bahwa di mana ada orang muda di situ ada sukacita, ada sedikit dari semua ini!


Kunjungan saya ke Portugal, dalam rangka Hari Orang Muda Sedunia, mendapat manfaat dari suasananya yang meriah, gelombang orang muda ini. Saya bersyukur kepada Allah atas hal ini, terutama memikirkan Gereja Lisbon yang, sebagai imbalan atas upaya besar yang dilakukan dalam menyelenggarakan dan menjadi tuan rumah, akan menerima energi baru untuk melanjutkan perjalanan barunya, untuk menebarkan jalanya sekali lagi dengan semangat apostolik. Orang muda Portugal saat ini sudah menjadi kehadiran yang vital, dan sekarang, setelah “transfusi” ini diterima dari Gereja-gereja di seluruh dunia, mereka akan menjadi semakin penting.


Dan banyak orang muda telah kembali melalui Roma: Saya juga melihat mereka di sini, ada beberapa yang ikut serta dalam Hari Orang Muda Sedunia ini. Mereka di sana! Di mana ada orang muda di situ ada keriuhan, mereka pandai membuatnya!


Sementara di Ukraina dan tempat-tempat lain di dunia sedang terjadi pertempuran, dan sementara di ruang-ruang tersembunyi tertentu perang direncanakan – hal ini buruk, perang direncanakan! – Hari Orang Muda Sedunia menunjukkan kepada semua orang bahwa jalan lain adalah mungkin, dunia saudara dan saudari, tempat bendera semua orang berkibar bersama, bersebelahan, tanpa kebencian, tanpa rasa takut, tanpa ketertutupan, tanpa senjata! Pesan orang muda tersebut jelas: apakah “orang yang perkasa di bumi” akan mendengarkannya, saya bertanya-tanya? Semangat muda ini menginginkan perdamaian? Ini adalah perumpamaan untuk zaman kita, dan bahkan hari ini Yesus berkata: “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar! Siapa yang memiliki mata, hendaklah ia melihat!” Marilah kita mengharapkan seluruh dunia mendengarkan Hari Orang Muda Sedunia ini dan menyaksikan keindahan orang muda ini, teruslah maju.


Sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih kepada Portugal, kepada Lisbon, kepada Presiden Republik Portugal, yang hadir di seluruh perayaan, dan otoritas sipil lainnya; kepada Patriark Lisbon, yang baik; Ketua Konferensi Waligereja, dan uskup yang menyelenggarakan Hari Orang Muda Sedunia, dan kepada semua sejawat dan sukarelawan. Pikirkanlah para sukarelawan - saya pergi menemui mereka pada hari terakhir, sebelum pulang - yang berjumlah 25 ribu: Hari Orang Muda Sedunia ini memiliki 25 ribu sukarelawan! Terima kasih semua! Melalui perantaraan Perawan Maria, semoga Tuhan memberkati orang muda di dunia dan semoga Ia memberkati rakyat Portugal. Marilah kita berdoa bersama-sama kepada Bunda Maria, semuanya bersama-sama, agar ia sudi memberkati rakyat Portugal.


[Setelah pendarasan doa Malaikat Tuhan]


Saya menyampaikan sambutan hangat kepada para peziarah dan para pengunjung berbahasa Inggris yang ambil bagian dalam Audiensi hari ini, terutama kelompok dari Malta, Nigeria, Tonga, dan Amerika Serikat. Kepadamu dan keluargamu, saya memohonkan sukacita dan damai Tuhan kita Yesus Kristus. Allah memberkati kamu semua!


[Ringkasan dalam Bahasa Inggris yang disampaikan oleh seorang penutur]


Saudara-saudari terkasih: Selama Perjalanan Apostolik saya baru-baru ini ke Portugal untuk merayakan Hari Orang Muda Sedunia, saya menyaksikan demonstrasi mengharukan akan kehadiran Roh Kudus, Roh Kristus yang bangkit, bekerja di dalam hati dan kehidupan orang muda Kristiani di seluruh dunia. Mengikuti teladan Maria, yang “berangkat dengan bergegas” setelah Kabar Sukacita, para peziarah muda mengungkapkan keinginan mereka untuk berangkat menuju masa depan harapan yang dijanjikan oleh Injil. Perjumpaan begitu banyak orang muda dari berbagai negara, semuanya dipersatukan oleh kasih Kristus dan sukacita Roh Kudus, mencerminkan wajah Gereja sebagai Umat Allah, di mana setiap orang, di setiap tempat dan waktu, dipanggil untuk menjadi Umat Allah. Di dunia yang tercabik-cabik oleh kemiskinan, ketidakadilan dan perang, kita bersatu dalam doa untuk penyebaran Injil, pertobatan hati, dan penyerahan kepada Hati Maria Tak Bernoda. Semoga pencurahan yang luar biasa dari sukacita rohani dan kasih bagi Kristus yang menandai hari-hari ini menumbuhkan banyak panggilan dan menjadi ragi pengharapan bagi masa depan Portugal, Gereja dan dunia kita.
_____

(Peter Suriadi - Bogor, 9 Agustus 2023)

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN PADA HARI ORANG MUDA SEDUNIA DI PARQUE TEJO, LISBON (PORTUGAL) 6 Agustus 2023 : OBRIGADO (TERIMA KASIH)

Saudara-saudari terkasih,


Ada ungkapan yang sering kita dengar selama ini : “terima kasih”, atau lebih tepatnya, “obrigado”. PatriarK Lisbon baru saja memberitahu kita sesuatu yang sangat penting : obrigado tidak hanya menyampaikan rasa terima kasih atas apa yang telah kita terima tetapi juga keinginan untuk memberi sebagai balasannya. Dalam peristiwa yang penuh rahmat ini, kita semua telah menerima banyak hal. Sekarang, saat kita pulang ke rumah, Tuhan membuat kita, pada gilirannya, merasakan kebutuhan untuk berbagi dengan orang lain, memberikan kesaksian dengan penuh sukacita dan penuh semangat tentang Allah, dan tentang apa yang telah Ia curahkan ke dalam hati kita.


Tetapi sebelum kita berpisah, saya juga ingin mengucapkan obrigado. Pertama-tama, kepada Kardinal Clemente, dan bersamanya kepada Gereja dan seluruh rakyat Portugis, obrigado. Obrigado kepada Presiden Republik Portugal, yang telah menemani kita selama peristiwa hari ini. Obrigado kepada lembaga-lembaga nasional dan lokal atas dukungan dan bantuan mereka. Obrigado kepada para uskup, para imam, para pelaku hidup bakti dan umat awam. Obrigado kepada Lisbon juga, yang akan selalu diingat oleh orang-orang muda ini sebagai “rumah persaudaraan” dan “kota impian”! Saya juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kardinal Farrell, yang telah menjadi muda pada hari-hari ini, dan kepada mereka yang mempersiapkan Hari Orang Muda Sedunia ini, serta kepada mereka yang menemani kita dengan doa. Obrigado kepada para sukarelawan, yang kepada mereka kita berikan tepuk tangan yang tulus atas pelayanan mereka yang luar biasa! Terima kasih kita harus ditujukan terutama kepada mereka yang menyaksikan Hari Orang Muda Sedunia dari surga, yaitu para santo pelindung peristiwa tersebut: terutama Yohanes Paulus II, yang menghidupkan Hari Orang Muda Sedunia ini.


Dan obrigado untuk kamu semua, orang muda yang terkasih! Allah melihat kebaikanmu. Ia sendiri yang tahu apa yang telah Ia tabur di hatimu. Kamu pergi dari sini dengan apa yang telah ditaburkan Allah di dalam hatimu; peliharalah dengan baik. Saya ingin menyarankan agar kamu berpegang teguh pada ingatan hari-hari ini, mengingat saat-saat terbaik, sehingga ketika saat-saat kelelahan dan keputusasaan datang, yang tidak dapat dihindari, dan bahkan mungkin godaan untuk menyerah atau menutup diri, kamu akan dapat mengingat dan menghidupkan kembali pengalaman dan rahmat hari-hari ini. Sungguh, jangan pernah melupakan siapa dirimu yang sebenarnya: Umat Allah yang kudus dan setia yang berjalan dalam sukacita Injil! Saya juga ingin menyampaikan salam khusus kepada orang muda yang tidak dapat hadir di sini, dan yang ikut serta dalam prakarsa lokal yang diselenggarakan oleh keuskupan dan konferensi Wali Gereja di negara mereka; saya memikirkan, misalnya, saudara-saudari kita di sub-Sahara yang berkumpul di Tangier. Terima kasih banyak untuk kamu semua.


Secara khusus, marilah kita menemani dengan kasih sayang dan doa kita mereka yang tidak dapat bersama kita karena pertikaian bersenjata dan perang. Memang, ada banyak perang dan pertikaian di dunia kita. Memikirkan benua ini, saya merasakan kesedihan yang luar biasa karena Ukraina yang tercinta, yang terus menderita. Para sahabat terkasih, perkenankanlah saya, sebagai orang yang lebih tua, berbagi denganmu orang muda mimpi yang saya bawa dalam diri saya : mimpi perdamaian, mimpi orang muda berdoa untuk perdamaian, hidup dalam damai dan membangun masa depan yang damai. Saat kita berdoa Malaikat Tuhan, marilah kita serahkan masa depan umat manusia ke tangan Maria, Sang Ratu Damai.


Ada satu obrigado terakhir yang ingin saya tekankan: obrigado ke "akar" kita : kakek nenek kita, yang mewariskan iman kepada kita, yang melewati cakrawala seumur hidup. Mereka adalah akar kita. Sekarang, saat kamu pulang ke rumah, teruslah berdoa untuk perdamaian. Terlebih lagi, kamu adalah tanda perdamaian bagi dunia, menunjukkan bagaimana berbagai bangsa, bahasa, dan sejarah dapat bersatu alih-alih terpecah belah. Kamu adalah harapan untuk sebuah dunia yang berbeda. Terima kasih untuk ini. Lanjutkan!

Sekarang, kita sampai pada momen yang ditunggu-tunggu: pengumuman tahap perjalanan selanjutnya. Sebelum memberitahumu tempat Hari Orang Muda Sedunia yang ke-41, saya menyampaikan undangan kepadamu masing-masing. Saya mengundang orang muda seluruh dunia ke Roma pada tahun 2025, untuk bersama-sama merayakan Yubileum Orang Muda. Saya berharap dapat melihatmu tahun 2025 untuk perayaan Yubileum Orang Muda. Hari Orang Muda Sedunia berikutnya akan berlangsung di Asia: di Korea Selatan, di Seoul pada tahun 2027! Jadi, dari perbatasan barat Eropa akan berpindah ke Timur Jauh. Ini adalah tanda luar biasa dari universalitas Gereja dan impian persatuan yang kamu persaksikan!


Akhirnya, obrigado yang terakhir, yang kita tujukan kepada dua orang yang istimewa, kepada kehadiran yang paling penting di hari-hari ini. Mereka telah ada di sini bersama kita, dan mereka selalu bersama kita, tidak pernah melupakan hidup kita, mereka mengasihi kita tidak seperti orang lain : obrigado kepada-Mu, Tuhan Yesus; dan obrigado kepadamu, Santa Maria Bunda kita. Sekarang, marilah kita berdoa bersama.


[Setelah pendarasan doa Malaikat Tuhan]


Saya ingin menyampaikan jaminan doa saya, dan marilah kita melakukannya bersama-sama, bagi para korban longsoran salju yang terjadi dua hari lalu di wilayah Racha, Georgia. Saya menemani para anggota keluarga mereka dengan kedekatan saya, berdoa agar Perawan Maria menghibur mereka dan juga mendukung pekerjaan para penyelamat. Saya menemani dan dekat dengan Saudara saya dalam Kristus, Patriark Ilia II.

_____

(Peter Suriadi - Bogor, 8 Agustus 2023)