Liturgical Calendar

KHOTBAH PASTOR RANIERO CANTALAMESSA OFMCAP, PENGKHOTBAH RUMAH TANGGA KEPAUSAN, DALAM IBADAT JUMAT AGUNG YANG DIPIMPIN PAUS FRANSISKUS DI BASILIKA SANTO PETRUS, VATIKAN, 30 Maret 2018

"Ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air. Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya" (Yoh 19:33-35).

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 28 Maret 2018 : TENTANG TRIDUUM PASKAH

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Hari ini saya ingin berhenti sejenak untuk merenungkan Triduum Paskah, yang dimulai besok, untuk sedikit memperdalam apa yang merupakan hari-hari terpenting dari Tahun Liturgi bagi kita orang-orang percaya. Saya ingin mengajukan sebuah pertanyaan kepada kalian : apakah hari raya terpenting dari iman kita : Natal atau Paskah? Paskah, karena Paskah adalah hari raya keselamatan kita, hari raya kasih Allah bagi kita, hari raya, perayaan wafat dan kebangkitan-Nya. Oleh karena itu, saya ingin merenungkan bersama kalian tentang hari raya ini, pada hari-hari ini, yang merupakan hari-hari paskah, sampai kebangkitan Tuhan. Hari-hari ini mencakup ingatan perayaan akan suatu misteri agung : wafat dan kebangkitan Tuhan Yesus. Triduum Paskah dimulai besok, dengan Misa Perjamuan Tuhan dan akan berakhir dengan Vesper pada hari Minggu Kebangkitan. Lalu Senin Paskah tiba untuk merayakan hari raya agung ini : satu hari lagi. Tetapi, ini bersifat pasca-liturgi : hari raya keluarga, hari raya masyarakat. Ini menandai tahap-tahap dasariah iman kita dan panggilan kita di dunia, serta seluruh umat kristiani dipanggil untuk menghayati Trihari Suci - Kamis, Jumat, Sabtu; dan Minggu - tentu saja -, Sabtu adalah Kebangkitan - Trihari Suci sebagai, boleh dikatakan, "matriks" kehidupan pribadi dan komunal mereka, kehidupan komunitas mereka, sebagaimana keluaran dari Mesir dihayati oleh saudara-saudara Yahudi kita.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 25 Maret 2018 : SEMOGA BUNDA MARIA MEMBANTU KITA UNTUK MENJALANI PEKAN SUCI DENGAN BAIK

[Sebelum doa Malaikat Tuhan, Bapa Suci menyapa perwakilan kaum muda yang ambil bagian dalam Pertemuan Pra-Sinode, yang meminta beliau untuk berswafoto kelompok]

Sudahkah kalian memperhatikan: hari ini kita tidak dapat membayangkan seorang muda yang tidak berswafoto ... dan mereka melakukannya. Mereka baik!

Sebelum mengakhiri perayaan ini, saya ingin menyapa kalian semua, umat Roma dan para peziarah, yang ambil bagian, terutama kaum muda dari berbagai belahan dunia, juga mereka - sekitar 15.000 orang - yang ambil bagian secara virtual: Saya menyapa semuanya! Memikirkan dengan rasa syukur perjalanan saya baru-baru ini ke Peru, saya menyambut dengan penuh kasih komunitas Peru di Italia.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 21 Maret 2018 : TENTANG KOMUNI KUDUS

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Dan hari ini adalah hari pertama musim semi: selamat musim semi! Tetapi, apa yang terjadi di musim semi? Tanaman berbunga; pepohonan berbunga. Saya akan mengajukan beberapa pertanyaan kepada kalian. Apakah pepohonan atau tanaman berbunga dengan baik jika ia sakit? Tidak! Dapatkah pohon, tanaman, yang tidak tersiram oleh hujan atau hujan buatan, berbunga dengan baik? Tidak. Dan dapatkah pohon dan tanaman yang akarnya dihilangkan atau yang tidak memiliki akar berbunga? Tidak. Tetapi dapatkah mereka berbunga tanpa akar? Tidak! Dan ini adalah sebuah pesan: kehidupan kristiani harus menjadi sebuah kehidupan yang harus berbunga dalam karya-karya amal, dalam berbuat kebaikan. Tetapi, jika kalian tidak memiliki akar, kalian tidak akan bisa berbunga dan, apa akarnya? Yesus! Jika kalian tidak bersama Yesus, berakar di sana, kalian tidak akan berbunga. Jika kalian tidak menyirami hidup kalian dengan doa dan sakramen-sakramen, apakah kalian akan memiliki bunga kristiani? Tidak! - karena doa dan sakramen-sakramen menyirami akar dan bunga kehidupan kita. Saya berharap agar musim semi ini akan menjadi musim semi yang berbunga, karena Paskah akan berbunga. Berbunga dengan perbuatan-perbuatan baik, keutamaan-keutamaan, berbuat baik kepada orang lain. Ingatlah hal ini; ini adalah ayat yang sangat indah dari tanah air saya: "Apa yang sedang berbunga di pohon, berasal dari apa yang terkubur". Jangan pernah memotong akar bersama Yesus.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 18 Maret 2018 : UNTUK MENGENAL YESUS, ORANG HARUS MENATAP SALIB

Injil hari ini (bdk. Yoh 12:20-33) menceritakan sebuah episode yang terjadi pada hari-hari terakhir kehidupan Yesus. Adegan tersebut berlangsung di Yerusalem, di mana Ia berada untuk merayakan pesta Paskah Yahudi. Beberapa orang Yunani juga tiba untuk merayakan ritual tersebut. Mereka adalah orang-orang yang dijiwai oleh kepekaan perasaan religius, tertarik oleh iman orang-orang Yahudi dan yang, setelah mendengar perbincangan tentang nabi besar ini, datang kepada Filipus, salah seorang dari dua belas rasul, dan berkata kepadanya : "Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus" (ayat 21). Yohanes menyoroti ucapan ini, memusatkan perhatian pada kata kerja bertemu, yang dalam kosa kata penginjil berarti melampaui penampilan guna memahami misteri seseorang. Kata kerja yang digunakan Yohanes, "bertemu", adalah menuju ke hati, menuju kedalaman pribadi, di dalam pribadi, dengan penglihatan, dan dengan pemahaman.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM KUNJUNGAN PASTORALNYA KE PIETRELCINA SEHUBUNGAN DENGAN PERINGATAN 100 TAHUN STIGMATA DAN 50 TAHUN WAFATNYA SANTO PIO (17 Maret 2018)



Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Saya senang berada di kota ini, tempat Francesco Forgione dilahirkan dan memulai kehidupan manusiawi dan rohaninya yang panjang dan bermanfaat. Dalam komunitas ini, ia mempertegar kemanusiaannya, ia belajar berdoa dan mengenali tubuh Tuhan dalam diri orang miskin, sehingga ia bertumbuh dalam mengikuti Kristus dan meminta untuk diterima dalam Ordo Saudara-saudara Dina Kapusin, yang dengan cara ini menjadi Saudara Pio dari Pietrelcina . Di sini ia mulai mengalami keibuan Gereja, yang terhadapnya ia selalu menjadi putra yang berbakti. Ia mencintai Gereja, dia mengasihi Gereja dengan segala permasalahannya, dengan segala kesulitannya, dengan segala dosanya. Karena kita semua adalah orang-orang berdosa, kita merasa malu, tetapi Roh Allah telah membangunkan kita di dalam Gereja yang kudus ini. Dan ia mengasihi Gereja yang kudus dan putra-putranya, orang-orang berdosa, mereka semua. Inilah Santo Pio. Di sini ia merenungkan secara mendalam misteri Allah yang mengasihi kita hingga memberikan diri-Nya untuk kita (bdk. Gal 2:20). Mengenang dengan rasa hormat dan kasih sayang murid Santo Fransiskus yang kudus ini, saya dengan hormat menyambut kalian semua, orang-orang sekampungnya; pastor paroki kalian; dan walikota, bersama dengan Gembala Keuskupan (Benevento), Mgr. Felice Accrocca, komunitas Kapusin dan semua orang yang berkeinginan hadir.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 14 Maret 2018 : TENTANG DOA BAPA KAMI DAN PEMECAHAN ROTI

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Kita melanjutkan dengan katekese tentang Misa Kudus. Dalam Perjamuan Terakhir, setelah Yesus mengambil roti dan piala berisi anggur, serta mengucap syukur kepada Allah, kita tahu bahwa Ia "memecah-mecah roti". Dalam Liturgi Ekaristi Misa, pemecahan roti berkaitan dengan tindakan ini, didahului dengan doa yang diajarkan Tuhan kepada kita, yaitu, doa "Bapa Kami".

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 11 Maret 2018 : TENTANG PANGGILAN UNTUK BERSUKACITA, HARI MINGGU LAETARE

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Pada Hari Minggu Prapaskah IV ini, yang disebut Hari Minggu "Laetare", yaitu, "Bersukacitalah", karena demikianlah <dikatakan> Antifon Pembuka Liturgi Ekaristi, yang mengundang kita untuk bersukacita : "Bersukacitalah bersama-sama Yerusalem [...] - demikianlah panggilan untuk bersukacita - bergiranglah bersama-sama dia segirang-girangnya, hai semua orang yang berkabung karenanya". Misa dimulai demikian. Apa alasan untuk sukacita ini? Alasannya adalah begitu besar kasih Allah bagi umat manusia, sebagaimana ditunjukkan oleh Injil hari ini : "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yoh 3:16). Kata-kata ini, yang diucapkan oleh Yesus selama percakapan dengan Nikodemus, merangkum sebuah tema yang menjadi pusat pewartaan orang kristiani : bahkan ketika situasi keputusasaan, Allah campur tangan, menawarkan keselamatan dan sukacita kepada manusia. Allah, pada kenyataannya, tidak berdiri terpisah, tetapi masuk ke dalam sejarah umat manusia, Ia "melibatkan" diri-Nya dalam kehidupan kita; Ia memasukinya, menjiwainya dengan rahmat-Nya dan menyelamatkannya.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 7 Maret 2018 : TENTANG DOA SYUKUR AGUNG


Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Kita sedang melanjutkan katekese tentang Misa Kudus, dan dengan katekese ini kita akan berfokus pada Doa Syukur Agung. Ritus persembahan roti dan anggur telah usai, Doa Syukur Agung dimulai, yang memenuhi persyaratan perayaan Misa dan merupakan momen puncaknya, dilanjutkan Komuni Kudus.
Ini sesuai dengan apa yang diperbuat Yesus sendiri, di meja bersama para Rasul pada Perjamuan Terakhir, ketika "Ia mengucap syukur" atas roti dan kemudian atas cawan berisi anggur (bdk. Mat 26:27; Mrk 14:23; Luk 22:17,19; 1 Kor 11:24): Ucapan syukur-Nya hidup kembali setiap kali kita merayakan Ekaristi, menggabungkan diri kita dengan kurban keselamatan-Nya.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 4 Maret 2018 : HIDUPLAH DEMI KEMULIAAN ALLAH, BUKAN SEMATA UNTUK KEUNTUNGAN DAN KEPENTINGAN KITA

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Injil hari ini, menurut Yohanes, menyajikan kisah Yesus mengusir para pedagang di Bait Suci Yerusalem (bdk. Yoh 2:13-25). Ia bertingkah laku ini, membuat cambuk dari tali dan membalikkan meja-meja, berkata : "Jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan!" (ayat 16). Tindakan tegas ini, yang dilakukan menjelang Paskah, membuat kesan yang luar biasa pada orang banyak dan membangkitkan permusuhan dari para pemimpin agama dan semua pihak yang merasa terancam kepentingan ekonomi mereka. Tetapi, bagaimana seharusnya kita menafsirkannya? Tentu bukannya tindakan kekerasan. Sangatlah benar hal ini tidak menimbulkan campur tangan para penjaga ketertiban umum - campur tangan polisi. Tidak! Tetapi dimaksudkan sebagai tindakan khas para nabi yang, atas nama Allah, sering mengecam pelanggaran dan perbuatan yang keterlaluan. Pertanyaan yang diajukan adalah tentang kewenangan. Pada kenyataannya, orang-orang Yahudi bertanya kepada Yesus: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" (ayat 18), yaitu, kewenangan apa yang harus Engkau perbuat untuk melakukan hal-hal ini? Seakan meminta Ia menunjukkan bahwa Ia benar-benar sedang bertindak atas nama Allah.

DEKRIT PENCANTUMAN PERINGATAN SANTA PERAWAN MARIA BUNDA GEREJA DALAM KALENDER LITURGI GEREJA ROMA

Paus Fransiskus telah menetapkan devosi kuno kepada Santa Perawan Maria sebagai Bunda Gereja dicantumkan ke dalam kalender liturgi Gereja Roma. Perayaan liturgi tersebut akan dirayakan setiap tahun sebagai sebuah peringatan pada hari Senin setelah Hari Raya Pentakosta. Berikut ini dekrit yang berkenaan dengan penetapan tersebut.

******

Penghormatan penuh sukacita yang diberikan kepada Bunda Allah oleh Gereja masa kini, dalam terang permenungan tentang misteri Kristus dan sifatnya, tidak dapat mengabaikan sosok seorang perempuan (bdk. Gal 4:4), Perawan Maria, yang merupakan Bunda Kristus maupun Bunda Gereja.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 28 Februari 2018 : TENTANG LITURGI EKARISTI



Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Melanjutkan katekese tentang Misa Kudus, Liturgi Sabda - yang saya bahas dalam katekese yang lalu -, diikuti oleh bagian pokok Misa lainnya, yaitu Liturgi Ekaristi. Di dalamnya, melalui tanda-tanda kudus, Gereja terus-menerus menghadirkan Kurban Perjanjian Baru yang dimetereikan oleh Yesus di altar Salib (bdk. Sacrosanctum Concilium, 47). Altar kristiani yang pertama adalah Salib, dan ketika kita sampai di altar untuk merayakan Misa, ingatan kita tertuju (kembali) ke altar Salib, di mana pengorbanan pertama dilakukan. Imam, yang mewakili Kristus dalam Misa, melakukan apa yang Tuhan sendiri lakukan dan percayakan kepada para murid dalam Perjamuan Terakhir : Ia mengambil roti dan piala, mengucap syukur, dan memberikannya kepada para murid, seraya berkata : "Ambillah, makanlah … minumlah : inilah tubuh-Ku … inilah piala darah-Ku. Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku".