Menjelang akhir tahun 2019, marilah kita menelaah peristiwa, pertemuan,
wejangan, homili dan perjalanan yang telah dilakukan Paus Fransiskus selama setahun.
Selama setahun, Paus Fransiskus terus-menerus mengingatkan kita bahwa tugas yang
mahapenting adalah mewartakan Injil. Dalam tahun 2019, kita menyaksikan Paus
Fransiskus melakukan hal tersebut, melalui 41 Audiensi Umum (merefleksikan doa
Bapa Kami dan Kisah Para Rasul), 56 wejangan dalam doa Malaikat Tuhan dan Ratu
Surga, lebih dari 60 homili publik, dan 44 homili yang disampaikan selama Misa
harian pagi di kapel Casa Santa Marta, Vatikan. Semua ini tanpa menghitung
pesan, surat, dokumen, wawancara, dan sekitar 260 pidato, yang disampaikan di
Roma dan dalam perjalanan apostoliknya ke luar negeri.
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 29 Desember 2019 : TENTANG PESTA KELUARGA KUDUS
Saudara-saudari
yang terkasih, selamat pagi!
Dan
sungguh, hari ini adalah hari yang indah ... Hari ini kita merayakan Pesta
Keluarga Kudus dari Nazaret. Istilah “kudus” menyertakan keluarga ini dalam
lingkup kekudusan, yang merupakan karunia Allah tetapi, pada saat yang sama,
merupakan ketaatan yang leluasa dan bertanggung jawab terhadap rencana Allah.
Demikian juga bagi keluarga Nazaret, <yang> sungguh terbuka terhadap
kehendak Allah. Bagaimana kita tidak kagum pada ketaatan Maria terhadap
perbuatan Roh Kudus, yang memintanya untuk menjadi Bunda Mesias? - karena,
seperti setiap perempuan belia pada zamannya, Maria akan mewujudkan rencana
hidupnya, yaitu menikah dengan Yusuf.
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 26 Desember 2019 : BELAJAR DARI SANTO STEFANUS, ARAHKAN PANDANGAN PADA YESUS
Saudara-saudari
yang terkasih, selamat pagi!
Hari
ini dirayakan pesta Santo Stefanus, martir pertama. Kitab Kisah Para Rasul
berbicara kepada kita tentang dia (bdk. Bab 6-7) dan Bacaan liturgi hari ini
menyajikan saat-saat terakhir hidupnya, ketika ia ditangkap dan dilempari batu
(bdk. 6:12;7:54-60). Dalam suasana Natal yang penuh sukacita, ingatan akan umat
kristiani pertama yang terbunuh karena iman ini mungkin tampak tidak pada
tempatnya. Namun, tepatnya dalam sudut pandang iman, perayaan hari ini selaras
dengan makna Natal yang sesungguhnya. Dalam kemartiran Stefanus, pada
kenyataannya, kekerasan dikalahkan oleh kasih, maut, [dikalahkan] oleh
kehidupan : pada saat kesaksian tertinggi, ia merenungkan langit terbuka dan
memberikan pengampunan kepada para penganiayanya (bdk. ayat 60).
PESAN BAPA SUCI PAUS FRANSISKUS UNTUK HARI PERDAMAIAN SEDUNIA KE-53 (1 Januari 2020)
PERDAMAIAN SEBAGAI JALAN HARAPAN : DIALOG,
REKONSILIASI DAN PERTOBATAN EKOLOGIS
1. Perdamaian,
perjalanan harapan dalam menghadapi rintangan dan pencobaan
Perdamaian adalah nilai luhur dan berharga,
tujuan pengharapan kita dan dambaan seluruh keluarga manusia. Sebagai sebuah
sikap manusiawi, harapan kita akan perdamaian ditandai oleh ketegangan
eksistensial yang memungkinkannya pada saat ini, dengan segala kesulitannya,
untuk “dapat dihayati dan diterima, asalkan terarah kepada tujuan, apabila
tentang tujuan itu kita dapat yakin, dan apabila tujuan itu begitu mulia
sehingga jerih payah perjalanannya dapat dibenarkan."[1]
Dengan demikian, harapan adalah keutamaan yang mengilhami kita dan membuat kita
terus bergerak maju, bahkan ketika hambatan tampak tak teratasi.
PESAN NATAL DAN BERKAT "URBI ET ORBI" DARI PAUS FRANSISKUS (Rabu, 25 Desember 2019)
“Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang
besar” (Yes 9:1)
Saudara-saudari
yang terkasih, selamat Natal!
Dari
rahim Gereja Induk, Putra Allah yang menjelma lahir baru malam ini. Namanya
Yesus, yang berarti : "Allah menyelamatkan". Bapa, Kasih yang abadi
dan tak terbatas, telah mengutus-Nya ke dunia bukan untuk menghukum dunia melainkan
menyelamatkannya (bdk. Yoh 3:17). Bapa telah memberikan-Nya kepada kita dengan
belas kasih yang besar. Ia telah memberikan-Nya kepada semua orang. Ia telah
memberikan-Nya selamanya. Sang Putra dilahirkan, seperti cahaya kecil yang
berkelap-kelip dalam dingin dan gelapnya malam.
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 22 Desember 2019 : SANTO YUSUF YANG LEMAH LEMBUT DAN BIJAKSANA MENGAJARKAN KITA UNTUK PERCAYA
Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi!
Dalam Hari Minggu Adven IV dan terakhir ini, Bacaan Injil (bdk. Mat
1:18-24) menuntun kita menuju Natal melalui pengalaman Yusuf, sosok yang
tampaknya tingkatan kedua, tetapi dalam sikapnya segenap kebijaksanaan
Kristiani tercakup. Ia, bersama dengan Yohanes Pembaptis dan Maria, adalah
salah satu kepribadian yang ditawarkan Liturgi kepada kita untuk Masa Adven
dan, dari ketiganya, ia adalah yang paling sederhana. Ia tidak berkhotbah, ia
tidak berbicara tetapi berusaha melakukan kehendak Allah. Dan ia melakukannya
dengan bercorak Injil dan Sabda Bahagia. Kita berpikir : “ "Berbahagialah
orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan
Sorga” (Mat 5:3). Dan Yusuf miskin karena ia hidup dari yang pokok, ia bekerja,
ia hidup dari bekerja. Kemiskinan yang menjadi ciri khas dari orang-orang yang
sadar bahwa segala sesuatu bergatung pada Allah dan di dalam Dia menaruh
segenap kepercayaan mereka.
SURAT APOSTOLIK “ADMIRABILE SIGNUM” DARI BAPA SUCI FRANSISKUS TENTANG MAKNA DAN PENTINGNYA GUA NATAL
SURAT APOSTOLIK “ADMIRABILE SIGNUM” DARI BAPA
SUCI FRANSISKUS TENTANG MAKNA DAN PENTINGNYA GUA NATAL
1. Tanda mengagumkan
dari gua Natal (kandang Natal), yang sangat disukai umat Kristiani, tak
henti-hentinya membangkitkan keheranan dan ketakjuban. Penggambaran kelahiran
Yesus sendiri adalah pewartaan sederhana dan sukacita akan misteri Inkarnasi
Putra Allah. Gambaran kelahiran itu seperti sebuah Injil hidup yang muncul dari
halaman-halaman Kitab Suci. Ketika kita merenungkan kisah Natal, kita diundang
untuk memulai sebuah perjalanan rohani, yang berawal dari kerendahan hati Allah
yang menjadi manusia untuk menjumpai setiap orang. Kita menjadi sadar bahwa
begitu besar kasih-Nya kepada kita, bahwa Ia menjadi salah satu dari kita,
sehingga kita pada gilirannya dapat bersatu dengan-Nya.
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 18 Desember 2019 : TENTANG KANDANG NATAL, INJIL RUMAH TANGGA (Luk 2:15-16)
Saudara-saudari
yang terkasih, selamat pagi!
Dalam
sepekan ini Natal akan tiba. Selama hari-hari ini, seraya kita bergegas
mempersiapkan pesta itu, kita dapat menanyakan pada diri kita sendiri :
"Bagaimana aku sedang mempersiapkan diri untuk kelahiran Sosok yang sedang
dirayakan?" Cara yang sederhana namun ampuh untuk mempersiapkan diri kita
adalah dengan membuat kandang Natal. Tahun ini saya juga telah mengikuti cara
ini : saya pergi ke Greccio, tempat Santo Fransiskus membuat kandang Natal
pertama dengan umat di tempat itu. Dan saya menulis sepucuk surat untuk
mengingatkan kembali makna tradisi ini, apa artinya kandang Natal dalam Masa
Natal.
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 15 Desember 2019 : TENTANG HARI MINGGU ADVEN III (HARI MINGGU GAUDETE)
Saudara-saudari
yang terkasih, selamat pagi!
Dalam
hari Minggu Adven III ini, yang disebut Hari Minggu “Sukacita”, sabda Allah
mengundang kita di satu sisi untuk bersukacita, dan di sisi lain menyadari
bahwa keberadaan juga mencakup saat-saat keraguan, yang di dalamnya kita sulit
untuk percaya. Sukacita dan keraguan sama-sama merupakan pengalaman yang
menjadi bagian kehidupan kita.
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 11 Desember 2019 : TENTANG KISAH PARA RASUL (26:22-23) - BAGIAN 17
Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi!
Dalam membaca Kisah Para Rasul, perjalanan Injil berlanjut di dunia, dan
meterei penderitaan semakin menandai kesaksian Paulus. Namun, hal ini adalah
sesuatu yang tumbuh seiring berjalannya waktu dalam kehidupan Paulus. Paulus
bukan hanya penginjil yang penuh semangat, misionaris pemberani di antara
orang-orang bukan Yahudi, yang memberikan kehidupan kepada jemaat-jemaat
kristiani yang baru, tetapi ia juga adalah saksi yang menderita dari Yesus yang
bangkit (bdk. Kis 9:15-16).
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 8 Desember 2019 : TENTANG HARI RAYA SANTA PERAWAN MARIA DIKANDUNG TANPA NODA
Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi!
Hari ini kita merayakan Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa
Noda, yang bersituasi dalam konteks Adven, saat penantian : Allah akan
menggenapi apa yang telah Ia janjikan. Namun, pesta hari ini memberitakan
kepada kita bahwa sesuatu telah sedang tergenapi, dalam pribadi dan kehidupan
Perawan Maria. Hari ini kita memikirkan awal penggenapan ini, yang bahkan
sebelum kelahiran Bunda Tuhan tersebut. Faktanya, Santa Perawan Maria Dikandung
Tanpa Noda menuntun kita ke saat yang tepat yang di dalamnya kehidupan Maria
mulai berdetak di dalam rahim ibunya : kasih Allah yang sedang menguduskan
sudah ada di sana, melindunginya dari pencemaran kejahatan, yang merupakan
sifat turun-temurun keluarga umat manusia pada umumnya.
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 4 Desember 2019 : TENTANG KISAH PARA RASUL (20:32-35) - BAGIAN 16
Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi!
Perjalanan Injil berlanjut tanpa jeda dalam Kisah Para Rasul, dan
perjalanan tersebut melintasi kota Efesus mengejawantahkan segenap ruang
lingkup keselamatannya. Syukur kepada Paulus, sekitar dua belas orang menerima
Pembaptisan dalam nama Yesus dan mengalami pencurahan Roh Kudus, yang
memperbaharui diri mereka (bdk. Kis 19:1-7). Kemudian, beberapa mukjizat
terjadi melalui Rasul Paulus : orang-orang sakit disembuhkan dan orang-orang
yang kerasukan roh-roh jahat dibebaskan (bdk. Kis 19:11-12). Ini terjadi karena
murid itu seperti Gurunya (bdk. Luk 6:40) dan menjadikan-Nya hadir dengan
menyampaikan kepada saudara seiman kehidupan baru yang telah ia terima daripada-Nya.
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 1 Desember 2019 : TENTANG HARI MINGGU ADVEN I
Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi!
Hari ini, Hari Minggu Adven I, Tahun Liturgi baru dimulai. Dalam empat
pekan Adven ini, liturgi menuntun kita menuju perayaan kelahiran Yesus, seraya
mengingatkan kita bahwa Ia datang setiap hari dalam hidup kita, dan akan
kembali dengan gemilang di akhir zaman. Kepastian ini mendorong kita untuk
melihat masa depan dengan penuh keyakinan, seperti yang diminta nabi Yesaya
untuk kita lakukan, yang dengan suaranya yang terilhami menyertai seluruh
perjalanan Adven. Dalam Bacaan Pertama hari ini, Yesaya menubuatkan bahwa “Akan
terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah Tuhan akan berdiri
tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala
bangsa akan berduyun-duyun ke sana" (Yes 2:2). Bait Allah di Yerusalem
disajikan sebagai titik temu semua orang. Setelah penjelmaan Putra Allah, Yesus
sendiri menyatakan diri-Nya sebagai Bait Allah yang sesungguhnya. Karena itu,
Yesaya melihat secara luar biasa janji ilahi dan mendorong kita untuk mengambil
sikap peziarahan, berjalan menuju Kristus, makna dan akhir sejarah. Semua orang
yang lapar dan haus akan keadilan, hanya dapat menemukannya dengan mengikuti
cara Tuhan; sedangkan kejahatan dan dosa berasal dari fakta bahwa individu dan
kelompok sosial lebih suka mengikuti cara-cara yang didikte oleh kepentingan
egoistik, yang menyebabkan pertikaian dan peperangan. Sebaliknya, jika masing-masing
orang mencari, dengan bimbingan Tuhan, jalan kebaikan, maka akan ada lebih
banyak keselarasan dan kerukunan di dunia. Adven adalah saat yang tepat untuk
menyambut kedatangan Yesus, yang datang sebagai Utusan perdamaian untuk
menunjukkan kepada kita cara-cara Allah.
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 27 November 2019 : TENTANG PERJALANAN APOSTOLIKNYA KE THAILAND DAN JEPANG
Saudara-saudari
yang terkasih, selamat pagi!
Kemarin
saya kembali dari perjalanan apostolik ke Thailand dan Jepang, suatu karunia
yang kareanya saya sangat bersyukur kepada Tuhan. Saya ingin sekali lagi
mengucapkan terima kasih kepada pihak pemerintah dan para uskup dari kedua
negara ini, yang mengundang saya dan menerima saya dengan penuh perhatian,
serta saya ingin berterima kasih terutama kepada rakyat Thailand dan rakyat
Jepang. Kunjungan ini telah meningkatkan kedekatan dan kasih sayang saya kepada
kedua rakyat ini : semoga Allah memberkati mereka dengan kemakmuran dan
kedamaian yang berlimpah.
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 17 November 2019 : PENGAJARAN TENTANG AKHIR ZAMAN
Saudara-saudari
yang terkasih, selamat pagi!
Bacaan
Injil hari Minggu kedua terakhir dari Tahun Liturgi ini (bdk. Luk 21:5-19)
menyajikan kepada kita pengajaran Yesus tentang akhir zaman, dalam versi yang
dipaparkan oleh Santo Lukas. Yesus mengucapkannya di depan Bait Allah di
Yerusalem, sebuah bangunan yang dikagumi oleh orang-orang karena keunggulan dan
kemegahannya; tetapi Ia menubuatkan bahwa dari seluruh keindahan Bait Suci itu,
dari kemegahannya itu, “tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas
batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan” (ayat 6). Kehancuran Bait Allah yang
diumumkan sebelumnya oleh Yesus bukan bentuk akhir sejarah, sebagai akhir
sejarah. Bahkan, di hadapan para pendengar yang ingin tahu bagaimana dan kapan
tanda-tanda ini akan muncul, Yesus menanggapinya dengan bahasa apokaliptik khas
biblis.
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 13 November 2019 : TENTANG KISAH PARA RASUL (18:1-3) - BAGIAN 15
Saudara-saudari
yang terkasih, selamat pagi!
Audiensi
ini dilakukan dalam dua kelompok : orang-orang sakit berada di Aula Paulus VI -
saya bersama mereka, saya menyapa dan memberkati mereka; ada sekitar 250 orang.
Mereka lebih nyaman di sana, mengingat hujan - dan kita di sini, tetapi mereka
melihat kita di layar raksasa. Kita saling menyapa dalam dua kelompok dengan
tepuk tangan.
Kisah
Para Rasul menceritakan Paulus, penginjil yang tak kenal lelah bahwa ia,
setelah tinggal di Atena, yang dicirikan oleh permusuhan tetapi juga oleh
buah-buah seperti pertobatan Dionisius dan Damaris, meneruskan perjalanan
biblisnya di dunia. Tahap baru perjalanannya adalah Korintus, ibukota provinsi
Akaya, kota komersial dan kosmopolitan Romawi, berkat kehadiran dua pelabuhan
penting.
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 10 November 2019 : TENTANG KEHIDUPAN ALAM BAKA
Saudara-saudari
yang terkasih, selamat pagi!
Perikop
Injil hari ini (bdk. Luk 20:27-38) memberi kita sebuah ajaran Yesus yang luar
biasa tentang kebangkitan orang mati. Yesus ditanyai oleh beberapa orang
Saduki, yang tidak percaya akan kebangkitan dan memancing-Nya dengan pertanyaan
yang memojokkan : dalam kebangkitan, istri siapakah seorang perempuan yang
bersuamikan tujuh bersaudara dan masing-masing suaminya meninggal secara
berturutan? Yesus tidak jatuh ke dalam perangkap dan menjawab bahwa mereka yang
dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu "tidak
menikah atau dikawinkan, karena mereka tidak bisa mati lagi, karena mereka sama
dengan para malaikat dan adalah anak-anak Allah" (ayat 35-36). Yesus
menjawab demikian.
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 6 November 2019 : TENTANG KISAH PARA RASUL (17:22-23) - BAGIAN 14
Saudara-saudari
yang terkasih, selamat pagi!
Kita
melanjutkan “perjalanan” kita bersama Kisah Para Rasul. Setelah berbagai
pencobaan yang dialaminya di Filipi, Tesalonika, dan Berea, Paulus mendarat di
Atena, tepatnya di ibukota Yunani (bdk. Kis 17:15). Kota ini, yang hidup dalam
bayang-bayang kejayaan kuno meskipun mengalami kemunduran politik, masih
memiliki keunggulan budaya. Di sini “semangat” Rasul Paulus terpicu dalam
dirinya ketika ia melihat bahwa kota itu penuh dengan patung-patung berhala”
(Kis 17:16). Namun, "dampak" dunia kafir ini bukannya membuatnya
melarikan diri, malahan mendorongnya untuk membuat jembatan untuk berdialog
dengan budaya itu.
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 3 November 2019 : TENTANG PERTEMUAN YESUS DENGAN ZAKHEUS, SANG PEMUNGUT CUKAI
Saudara-saudari
yang terkasih, selamat pagi!
Bacaan
Injil hari Ini (bdk. Luk 19:1-10) meminta kita mengikuti Yesus yang, dalam
perjalanan-Nya ke Yerusalem, berhenti di Yerikho. Di antara kerumunan orang
banyak yang menerima-Nya, ada seorang yang bernama Zakheus, kepala pemungut
cukai, yaitu orang-orang Yahudi yang memungut pajak untuk kas Kekaisaran
Romawi. Ia kaya, tetapi bukan karena penghasilan yang jujur, tetapi karena ia
meminta "uang sogokan", dan hal ini menambah penghinaan terhadapnya.
Zakheus "berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu" (ayat 3); ia
tidak ingin bertemu dengan-Nya, tetapi ia ingin tahu; ia ingin melihat
kepribadian yang mengatakan hal-hal yang luar biasa yang telah ia dengar. Ia
penasaran. Dan karena bertubuh pendek "untuk melihat Yesus" (ayat 4)
ia memanjat pohon. Ketika Yesus datang ke sana, Ia melihat ke atas dan melihat
Zakheus (bdk. ayat 5).
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 1 November 2019 : TENTANG HARI RAYA SEMUA ORANG KUDUS - KEKUDUSAN MERUPAKAN KARUNIA DAN PANGGILAN
Saudara-saudari
yang terkasih, selamat pagi!
Hari
Raya Semua Orang Kudus hari ini mengingatkan kita bahwa kita semua dipanggil
menuju kekudusan. Orang-orang kudus sepanjang masa, yang hari ini kita rayakan
bersama-sama bukan hanya lambang, manusia yang jauh, tidak terjangkau.
Sebaliknya, mereka adalah orang-orang yang hidup berpijak di tanah; mereka
mengalami kerja keras setiap hari, dengan keberhasilan dan kegagalannya, dalam
Tuhan menemukan kekuatan untuk senantiasa bangkit kembali dan melanjutkan
perjalanan. Yang dapat dipahami dari hal ini yakni kekudusan adalah sebuah
tujuan, yang tidak dapat dicapai hanya dengan kekuatan sendiri, tetapi
merupakan buah rahmat Allah dan jawaban bebas kita terhadapnya. Karenanya,
kekudusan adalah karunia dan panggilan.
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 30 Oktober 2019 : TENTANG KISAH PARA RASUL (16:9-34) - BAGIAN 13
Saudara-saudari
yang terkasih, selamat pagi!
Membaca
Kisah Para Rasul kita dapat melihat bagaimana Roh Kudus adalah sosok utama
perutusan Gereja : Dialah yang menuntun jalan para pewarta Injil, menunjukkan
kepada mereka cara untuk mengikutinya.
Kita
melihat hal ini dengan jelas pada saat Rasul Paulus, yang tiba di Troas,
menerima sebuah penglihatan. Seorang Makedonia membujuknya, ”Menyeberanglah ke
mari dan tolonglah kami!" (Kis. 16:9). Orang-orang Makedonia Utara bangga
akan hal ini, mereka sangat bangga telah memanggil Paulus sehingga Pauluslah yang
mewartakan Yesus Kristus <kepada mereka>. Saya ingat sangat banyak
orang-orang baik yang menerima saya dengan sangat hangat : orang-orang
memelihara iman yang diwartakan Paulus kepada mereka! Rasul Paulus tidak
ragu-ragu dan pergi ke Makedonia, yakin bahwa sebenarnya, Allahlah yang
mengutusnya, dan ia mendarat di Filipi, “suatu kota perantauan orang Roma"
(Kis 16:12) melalui Egnatia, untuk mewartakan Injil. Paulus berhenti di sana
selama beberapa hari. Tiga peristiwa menjadi ciri persinggahannya di Filipi,
selama tiga hari ini : tiga peristiwa penting. 1) penginjilan dan baptisan
Lidia dan keluarganya; 2) penangkapan yang ia alami bersama Silas, setelah
mengusir seorang hamba perempuan yang dieksploitasi oleh para tuannya; 3)
pertobatan dan baptisan kepala penjara dan keluarganya. Marilah kita melihat
tiga episode dalam kehidupan Paulus ini.
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 27 Oktober 2019 : TENTANG PENUTUPAN SINODE PARA USKUP WILAYAH AMAZON
Saudara-saudari
yang terkasih, selamat pagi!
Misa
yang dirayakan pagi ini di Basilika Santo Petrus merupakan penutupan Sidang
Khusus Sinode Para Uskup Wilayah Amazon. Bacaan pertama, dari Kitab Putera
Sirakh, mengingatkan kita tentang titik awal perjalanan ini : permohonan orang
miskin yang “menembus awan”, karena “Allah mendengarkan doa orang-orang yang
tertindas” (Sir 35:21,17). Jeritan orang miskin, bersama dengan jeritan bumi,
telah mencapai kita dari Amazon. Setelah tiga pekan ini, kita tidak bisa
berpura-pura tidak mendengarnya. Suara-suara orang miskin, bersama-sama dengan
suara-suara dari begitu banyak orang di dalam dan di luar Sidang Sinode - para
gembala, kaum muda, para ilmuwan - memacu kita untuk tidak tetap acuh tak acuh.
Kita sering mendengar ungkapan "nanti sudah terlambat" : itu tidak bisa
tetap merupakan slogan.
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 23 Oktober 2019 : TENTANG KISAH PARA RASUL (15:7-11) - BAGIAN 12
Saudara-saudari
yang terkasih, selamat pagi!
Kitab
Kisah Para Rasul menceritakan bahwa Gereja Yerusalem menerima Santo Paulus,
setelah perjumpaan dengan Yesus yang mengubahnya, <dan> berterima kasih
kepada Barnabas yang telah menjadi penengah. Namun, karena dimusuhi oleh
beberapa orang, ia terpaksa pergi ke Tarsus, kota asalnya, tempat Barnabas
bertemu dengannya untuk dilibatkan dalam perjalanan panjang Sabda Allah. Dapat
dikatakan bahwa Kitab Kisah Para Rasul, yang kita ulas dalam katekese-katekese
ini, adalah kitab perjalanan panjang Sabda Allah : Sabda Allah diwartakan, dan
diwartakan di mana-mana. Perjalanan ini dimulai setelah penganiayaan yang hebat
(bdk. Kis 11:19); tetapi penganiayaan tersebut, alih-alih menyebabkan
kemunduran dalam penginjilan, malahan menjadi kesempatan untuk memperluas ladang
tempat menyebarkan benih Sabda yang baik. Umat Kristiani tidak takut. Mereka
harus melarikan diri, tetapi mereka melarikan diri bersama Sabda Allah, dan
menyebarkan Sabda sedikit ke mana-mana.
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 20 Oktober 2019 : TENTANG HARI MINGGU MISI SEDUNIA
Saudara-saudari
yang terkasih, selamat pagi!
Bacaan
kedua liturgi hari ini mengemukakan kepada kita nasihat yang ditujukan Rasul
Paulus kepada Timotius rekan kerjanya yang setia : “Beritakanlah Sabda, siap
sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah
dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran” (2Tim 4:2). Nada yang
tulus : Timotius harus merasakan dirinya bertanggung jawab untuk memberitakan
Sabda, dengan habis-habisan memikul tanggung jawab, yang tidak mengecualikan
ambisi keberadaan apapun. Kepekaan perasaan Santo Paulus ini seharusnya menjadi
kepekaan semua murid Yesus, yang dipanggil untuk menjadi saksi Injil di zaman
kita ini, dalam umat manusia ini yang kadang-kadang saling bertentangan tetapi
dikasihi tanpa batas oleh Allah.
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 16 Oktober 2019 : TENTANG KISAH PARA RASUL (10:34-36) - BAGIAN 11
Saudara
dan saudari yang terkasih, selamat pagi!
Perjalanan
Injil di dunia, yang diceritakan oleh Santo Lukas dalam Kisah Para Rasul,
disertai dengan daya cipta Allah yang luar biasa, yang diwujudkan dengan cara
yang menakjubkan. Ia ingin anak-anak-Nya mengatasi setiap pembedaan untuk
membuka diri mereka kepada universalitas keselamatan. Inilah tujuannya :
mengatasi pembedaan dan membuka diri terhadap universalitas keselamatan karena
Allah ingin menyelamatkan semua orang. Orang-orang yang dilahirkan kembali dari
air dan Roh - yang dibaptis - dipanggil untuk keluar dari diri mereka sendiri
dan membuka diri terhadap sesama, hidup berdekatan, gaya hidup bersama, yang
mengubah setiap hubungan antarpribadi menjadi pengalaman persaudaraan (bdk.
Seruan Apostolik Evangelii Gaudium, 87).
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 9 Oktober 2019 : TENTANG KISAH PARA RASUL (9:3-6) - BAGIAN 10
Saudara
dan saudari yang terkasih, selamat pagi!
Dimulai
dari kisah perajaman Stefanus, seorang tokoh muncul yang, di samping sosok
Petrus, adalah sosok yang paling terkemuka dan tajam dalam Kisah Para Rasul :
sosok "seorang muda yang bernama Saulus" (Kis 7:58). Ia digambarkan
pada awalnya sebagai orang yang menyetujui kematian Stefanus dan ingin
membinasakan Gereja (bdk. Kis 8:3); tetapi kemudian ia menjadi alat yang
dipilih oleh Allah untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa lain (bdk. Kis
9:15;22:21;26:17).
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 6 Oktober 2019 : TENTANG IMAN
Saudara-saudari
yang terkasih, selamat pagi!
Perikop
Injil hari ini (bdk. Luk 17:5-10) menyajikan tema iman, yang dikedepankan oleh
permohonan para murid : " "Tambahkanlah iman kami!" (ayat 5).
Doa yang indah, yang harus kita doakan sepanjang hari : “Tuhan, tambahkanlah
iman kami!". Yesus menjawab dengan dua gambaran : biji sesawi dan hamba
yang bersedia. "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi
saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan
tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu” (ayat 6). Pohon ara
adalah pohon yang kuat, berakar kuat di bumi dan tahan terhadap angin. Oleh
karena itu, Yesus ingin membuatnya dipahami bahwa iman, bahkan sekalipun kecil,
bahkan dapat memiliki kekuatan membantun pohon ara; dan kemudian menanamnya di
laut, yang merupakan sesuatu yang bahkan lebih mustahil : namun, tidak ada yang
mustahil bagi orang yang beriman, karena ia tidak mengandalkan kekuatannya
sendiri tetapi kekuatan Allah, yang dapat melakukan segalanya.
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 2 Oktober 2019 : TENTANG KISAH PARA RASUL (Kis 8:5-8) – BAGIAN 9
Saudara-saudari
terkasih!
Setelah
kemartiran Stefanus, "pacuan" Sabda Allah tampaknya mengalami
kemunduran, mengingat wabah "penganiayaan yang hebat terhadap Gereja di
Yerusalem" (Kis 8:2). Setelah ini, para Rasul tinggal di Yerusalem,
sementara umat Kristiani lainnya tersebar di tempat-tempat lain di Yudea dan di
Samaria. Dalam kitab Kisah Para Rasul, penganiayaan muncul sebagai keadaan
tetap dari kehidupan para murid, sesuai dengan apa yang dikatakan Yesus : "Jikalau
mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu" (Yoh
15:20). Namun, bukannya memadamkan api penginjilan, bahan bakar penganiayaan
bahkan semakin menyalakannya.
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 25 September 2019 : TENTANG KISAH PARA RASUL (6:8-10.15) – BAGIAN 8
Saudara
dan saudari yang terkasih, selamat pagi!
Kita
terus mengikuti sebuah perjalanan melalui Kitab Kisah Para Rasul : perjalanan
Injil di dunia. Santo Lukas menunjukkan dengan kenyataan yang luar biasa baik
keberhasilan perjalanan ini maupun munculnya beberapa masalah di jantung
komunitas Kristiani. Sejak awal, selalu ada masalah. Bagaimana kita dapat
menyelaraskan perbedaan yang hidup bersama di dalamnya tanpa terjadinya
pertentangan dan perpecahan? Komunitas itu tidak hanya menyambut orang Yahudi,
tetapi juga orang Yunani, yaitu, orang-orang dari diaspora, orang-orang bukan
Yahudi, dengan budaya dan kepekaan mereka masing-masing serta dengan agama
lain. Dewasa ini, kita mengatakan "orang-orang kafir." Dan ini
disambut. Kehadiran ini menentukan keseimbangan yang rapuh dan genting, dan,
dalam menghadapi kesulitan-kesulitan "lalang" muncul, dan apakah
lalang yang terburuk yang menghancurkan sebuah komunitas? Lalang sungut-sungut,
lalang pergunjingan : orang-orang Yunani bersungut-sungut oleh karena kurangnya
perhatian komunitas terhadap para janda mereka.
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 22 September 2019 : BELAJAR DARI KECERDIKAN BENDAHARA YANG TIDAK JUJUR
Saudara
dan saudari yang terkasih, selamat pagi!
Perumpamaan
dalam Bacaan Injil hari Minggu ini (bdk. Luk 16:1-13) memiliki tokoh utama
bendahara yang cerdik dan tidak jujur yang, dituduh telah menghamburkan milik
tuannya, akan segera diberhentikan. Dalam situasi yang sulit ini, ia tidak
menuduh, ia tidak mencari pembenaran atau membiarkan dirinya berkecil hati,
tetapi ia memikirkan jalan keluar untuk memastikan bagi dirinya sendiri masa
depan yang tenang. Pada awalnya, ia bereaksi dengan jernih, mengakui
keterbatasannya : “Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu (ayat 3); lalu
ia bertindak dengan cerdik, mencuri dari tuannya untuk yang terakhir kalinya.
Bahkan, ia memanggil orang-orang yang berhutang kepada tuannya dan mengurangi
hutang yang mereka miliki, guna menjadikan mereka teman-temannya dan kemudian
mendapat balasan dari mereka. Inilah berteman dengan korupsi dan mendapatkan
rasa terima kasih dengan korupsi sebagaimana, sayangnya, biasanya hari ini.
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 18 September 2019 : TENTANG KISAH PARA RASUL (5:34-35.38-39) – BAGIAN 7
Saudara
dan saudari yang terkasih, selamat pagi!
Kita
melanjutkan katekese tentang Kisah Para Rasul. Menghadapi larangan orang-orang
Yahudi untuk mengajar dalam nama Kristus, dengan berani Petrus dan para Rasul
menanggapi bahwa mereka tidak sudi menaati orang-orang yang ingin menghentikan
perjalanan Injil di dunia. Dengan demikian Dua Belas Rasul menunjukkan bahwa
mereka memiliki "ketaatan iman" yang kemudian ingin mereka bangkitkan
dalam diri semua manusia (bdk. Rm 1:5). Faktanya, sejak Pentakosta mereka bukan
lagi manusia “sendirian”. Mereka mengalami sinergi khusus, yang membuat mereka
tidak terpusat pada diri mereka sendiri dan membuat mereka berkata : “kami dan
Roh Kudus” (Kis 5:32) atau "keputusan Roh Kudus dan keputusan kami” (Kis
15:28). Mereka merasa tidak bisa mengatakan hanya "aku", mereka
adalah manusia yang tidak berpusat pada diri mereka sendiri. Dalam persekutuan
yang kuat ini, para Rasul tidak membiarkan diri mereka diintimidasi oleh siapa
pun. Mereka memiliki keberanian yang mengesankan! Marilah kita berpikir bahwa
hal ini bersifat pengecut : mereka semua melarikan diri, mereka melarikan diri
ketika Yesus ditangkap. Namun, dari bersifat pengecut mereka menjadi begitu
berani. Mengapa? <Mereka menjadi berani> karena Roh Kudus menyertai
mereka. Hal yang sama terjadi pada diri kita : jika kita memiliki Roh Kudus di
dalam diri kita, kita akan memiliki keberanian untuk maju, keberanian untuk
memenangkan begitu banyak perkelahian, bukan oleh diri kita sendiri tetapi oleh
Roh Kudus yang bersama kita. Mereka tidak menarik mundur pawai mereka sebagai
para saksi yang pemberani dari Yesus yang bangkit, sebagai para martir
sepanjang masa, termasuk masa kita. Para martir memberikan nyawa mereka, mereka
tidak menyembunyikan bahwa mereka adalah umat kristiani. Marilah kita pikirkan,
beberapa tahun yang lalu - hari ini juga ada begitu banyak - tetapi marilah
kita pikirkan empat tahun yang lalu, umat Gereja Kristen Ortodoks Koptik, para
pekerja sejati, di pantai Libya : mereka semua digorok, tetapi kata terakhir
yang mereka ucapkan adalah “Yesus, Yesus”. Mereka tidak menjual iman, karena
Roh Kudus menyertai mereka. Inilah para martir dewasa ini!
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 15 September 2019 : KASIH ALLAH YANG TAK TERBATAS UNTUK ORANG-ORANG BERDOSA
Saudara
dan saudari yang terkasih, selamat pagi!
Bacaan
Injil hari ini (Luk 15:1-32) dimulai dengan beberapa orang yang
bersungut-sungut terhadap Yesus, melihat Ia berada di tengah-tengah para
pemungut cukai dan orang-orang berdosa, dan mengatakan dengan hinaan : "Ia
menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka" (ayat
2). Kenyataannya kalimat ini mengungkapkan dengan sendirinya pemberitaan yang
luar biasa. Yesus menyambut orang-orang berdosa dan makan bersama-sama mereka.
Itulah yang terjadi pada kita di setiap Misa, di setiap gereja : Yesus dengan
senang hati menerima kita di meja-Nya, di mana Ia mempersembahkan diri-Nya
untuk kita. Kalimat inilah yang dapat kita tulis di pintu-pintu gereja kita:
“Yesus menyambut orang-orang berdosa di sini dan mengundang mereka ke
meja-Nya”. Dan, Tuhan, sedang menjawab mereka yang bersungut-sungut
terhadap-Nya, menceritakan kepada mereka tiga perumpamaan yang luar biasa, yang
menunjukkan kecenderungan-Nya terhadap orang-orang yang merasa jauh
daripada-Nya. Sebaiknya hari ini kamu masing-masing mengambil Injil, Injil
Lukas, bab 15, dan membaca tiga perumpamaan tersebut. Ketiga perumpamaan
tersebut sangat luar biasa.
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 11 September 2019 : TENTANG PERJALANAN BAPA SUCI KE MOZAMBIK, MADAGASKAR DAN MAURITIUS
Saudara
dan saudari yang terkasih, selamat pagi!
Tadi
malam saya kembali dari perjalanan apostolik saya ke Mozambik, Madagaskar, dan
Mauritius. Saya bersyukur kepada Allah, yang memperkenankan saya untuk
melaksanakan rencana perjalanan ini sebagai peziarah perdamaian dan harapan,
serta saya kembali mengucapkan terima kasih kepada pemerintah masing-masing
negara tersebut, juga kepada pihak keuskupan, yang mengundang saya dan
menyambut saya dengan begitu penuh kasih sayang dan perhatian, serta para duta
besar apostolik, yang telah bekerja begitu banyak untuk perjalanan ini.
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 1 September 2019 : TENTANG KERENDAHAN HATI DAN KEMURAHAN HATI TANPA PAMRIH
Saudara-saudari
yang terkasih, selamat pagi!
Pertama-tama
saya minta maaf atas keterlambatan ini, tetapi ada sebuah insiden: Saya
terjebak di lift selama 25 menit! Ada penurunan tegangan dan lift terhenti.
Syukur kepada Allah, petugas pemadam kebakaran datang - saya berterima kasih
banyak kepada mereka! - dan, setelah 25 menit bekerja, mereka berhasil membuat
lift berjalan - tepuk tangan untuk para petugas pemadam kebakaran!
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 28 Agustus 2019 : TENTANG KISAH PARA RASUL (Kis 5:12,15-16) – BAGIAN 6
Saudara-saudari
yang terkasih, selamat pagi!
Jemaat
gerejawi yang dilukiskan dalam Kisah Para Rasul, jika hidup para Rasul
benar-benar berasal dari kekayaan yang kecenderungannya ditentukan Tuhan -
Tuhan itu murah hati! -, mengalami pertumbuhan numerik dan lonjakan besar,
meskipun ada berbagai serangan dari luar. Untuk menunjukkan kepada kita daya
hidup ini, Lukas juga menunjukkan kepada kita tempat-tempat penting, seperti
Serambi Salomo (bdk. Kis 5:12), tempat pertemuan bagi orang-orang percaya.
Serambi Salomo adalah ruang terbuka yang berfungsi sebagai tempat berteduh,
tetapi juga sebagai tempat pertemuan dan tempat kesaksian. Sebuah tempat yang
dikunjungi Yesus selama pesta-pesta besar (bdk. Yoh 10:23); tempat orang lumpuh
yang disembuhkan berjalan di sebelah Petrus dan Yohanes serta tempat Petrus
mewartakan Injil kepada orang-orang, menjelaskan bahwa iman dalam nama Yesus
memungkinkan penyembuhan itu (bdk. Kis 3:11). Oleh karena itu, Serambi Salomo
ini adalah tempat peristiwa Kristus disampaikan melalui perkataan, yang
menggerakkan hati serta juga dapat menyentuh dan menyembuhkan tubuh. Faktanya,
Lukas bersikeras pada tanda-tanda dan keajaiban-keajaiban yang menyertai
perkataan para Rasul dan perhatian khusus terhadap orang-orang sakit yang mereka
layani.
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 25 Agustus 2019 : MEMASUKI PINTU YANG SESAK MENUJU SURGA
Saudara-saudari
yang terkasih,
Bacaan
Injil hari Ini (Luk 13:22-30), memaparkan kepada kita Yesus lewat, mengajar
melalui kota-kota dan desa-desa, bepergian menuju Yerusalem, di mana Ia tahu
bahwa Ia harus wafat di kayu salib demi keselamatan seluruh manusia. Dalam
skenario ini, seorang mengajukan pertanyaan kepada Tuhan, mengatakan :
"Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?" (ayat 23). Masalah
tersebut menjadi perdebatan pada saat itu, dan ada berbagai cara untuk
menafsirkan Kitab Suci, dalam hal ini. Tetapi Yesus menjungkirbalikkan
pertanyaan itu - karena lebih berfokus pada mutunya : “Sedikit sajakah orang?
... ” - dan sebagai gantinya menempatkan jawaban pada tingkat tanggung jawab,
mengundang kita untuk menggunakan waktu sekarang dengan baik. Pada
kenyataannya, Ia berkata : “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak
itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi
tidak akan dapat” (ayat 24).
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 21 Agustus 2019 : TENTANG KISAH PARA RASUL (Kis 4:32-35) – BAGIAN 5
Saudara-saudari
yang terkasih, selamat pagi!
Umat
Kristiani lahir dari pencurahan Roh Kudus yang berlimpah dan tumbuh berkat
'ragi' berbagi di antara saudara-saudari di dalam Kristus. Ada dinamika
kesetiakawanan yang membangun Gereja sebagai keluarga Allah, di mana pusatnya
adalah pengalaman koinonia. Apa artinya ini, kata yang asing ini? Kata Yunani
ini berarti "menyatukan", "menempatkan bersama" menjadi
sebuah umat, bukan mengasingkan diri. Inilah pengalaman umat Kristian perdana,
yaitu, “berbagi”, “berkomunikasi,” “berpartisipasi”, bukan mengasingkan diri.
Dalam Gereja, asal mulanya, koinonia ini, umat ini, terutama merujuk pada
partisipasi dalam tubuh dan darah Kristus. Kita memasuki persekutuan dengan
Yesus dan dari persekutuan dengan Yesus ini, kita tiba pada persekutuan dengan
saudara-saudari kita. Dan persekutuan dengan tubuh dan darah Kristus ini, pada
Misa Kudus, diterjemahkan menjadi kesatuan persaudaraan, dan oleh karena itu
juga terhadap apa yang paling sulit bagi kita : mengumpulkan barang-barang dan
uang kolekte untuk mendukung Gereja Induk di Yerusalem (Rm 12:13; 2Kor 8–9) dan
gereja-gereja lain. Jika kamu ingin tahu apakah kamu orang Kristiani yang baik,
kamu harus berdoa, bersekutu, dan menerima sakramen rekonsiliasi. Tetapi tanda
bahwa hatimu telah bertobat, adalah ketika pertobatan tiba di sakumu
masing-masing, menyentuh minat kita masing-masing : inilah tempat kita melihat
apakah seseorang bermurah hati dengan sesamanya, jika mereka membantu
orang-orang yang paling lemah, orang-orang yang paling miskin: Ketika
pertobatan tiba di sana, kamu yakin itulah pertobatan sejati. Jika tetap hanya
dalam kata-kata, itu bukan pertobatan yang baik.
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 18 Agustus 2019 : PERKENANKAN API YESUS MENGUBAH HATI KITA, MEMPERBARUI HIDUP KITA
Saudara
dan saudari yang terkasih, selamat pagi!
Dalam
Bacaan Injil hari ini (Luk 12:49-53), Yesus memperingatkan para murid bahwa
waktu untuk mengambil keputusan telah tiba. Kedatangan-Nya ke dunia, pada
kenyataannya, bertepatan dengan waktu untuk membuat pilihan yang menentukan :
memilih Injil tidak dapat ditunda. Dan untuk lebih memahami panggilan-Nya, Ia
menggunakan gambaran api yang dibawa-Nya ke bumi. Karena itu, Ia berkata: “Aku
datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah
menyala!". Kata-kata ini dimaksudkan untuk membantu para murid
meninggalkan sikap malas, tidak peduli, acuh tak acuh, dan ketertutupan, untuk
menyambut api kasih Allah; kasih yang, seperti yang diingatkan oleh Santo
Paulus, “telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus" (Rm. 5:5).
Karena Roh Kudus yang membuat kita mengasihi Allah dan membuat kita mengasihi
sesama kita; Roh Kuduslah yang kita miliki di dalam diri kita.
SURAT PAUS FRANSISKUS UNTUK PARA IMAM DALAM RANGKA 160 TAHUN WAFATNYA SANTO PENYEMBUH ASAL ARS, SANTO YOHANES MARIA VIANNEY
Kepada para imam saudaraku
Saudara-saudara yang
terkasih,
Seratus enam puluh tahun telah berlalu sejak wafatnya Santo Penyembuh asal Ars, yang diberikan
oleh Paus Pius XI sebagai pelindung para imam
paroki di seluruh dunia.[1] Sehubungan dengan hal ini, pada hari pestanya,
saya menulis surat ini tidak hanya untuk para imam
paroki tetapi juga untuk kamu semua, para imam saudaraku,
yang secara diam-diam “meninggalkan segalanya”
untuk membenamkan diri dalam kehidupan sehari-hari komunitasmu. Seperti Santo Penyembuh asal Ars, kamu
melayani "di parit-parit", sehari
suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari (bdk.
Mat 20:12), menghadapi berbagai situasi yang tak berujung dalam upayamu
untuk memberi perhatian dan menemani umat Allah. Saya ingin
mengatakan sepatah kata kepada kamu
masing-masing yang, sering tanpa gembar-gembor dan dengan biaya pribadi, di
tengah keletihan, kelemahan dan kesedihan, melaksanakan perutusan
pelayananmu demi Allah dan demi
umatmu. Meskipun berbagai kesulitan dalam
perjalanan, kamu sedang menulis halaman-halaman terbaik kehidupan
imami.