Liturgical Calendar

2019 : TAHUN DALAM TELAAH BERSAMA PAUS FRANSISKUS


Menjelang akhir tahun 2019, marilah kita menelaah peristiwa, pertemuan, wejangan, homili dan perjalanan yang telah dilakukan Paus Fransiskus selama setahun. Selama setahun, Paus Fransiskus terus-menerus mengingatkan kita bahwa tugas yang mahapenting adalah mewartakan Injil. Dalam tahun 2019, kita menyaksikan Paus Fransiskus melakukan hal tersebut, melalui 41 Audiensi Umum (merefleksikan doa Bapa Kami dan Kisah Para Rasul), 56 wejangan dalam doa Malaikat Tuhan dan Ratu Surga, lebih dari 60 homili publik, dan 44 homili yang disampaikan selama Misa harian pagi di kapel Casa Santa Marta, Vatikan. Semua ini tanpa menghitung pesan, surat, dokumen, wawancara, dan sekitar 260 pidato, yang disampaikan di Roma dan dalam perjalanan apostoliknya ke luar negeri.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 29 Desember 2019 : TENTANG PESTA KELUARGA KUDUS


Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi!

Dan sungguh, hari ini adalah hari yang indah ... Hari ini kita merayakan Pesta Keluarga Kudus dari Nazaret. Istilah “kudus” menyertakan keluarga ini dalam lingkup kekudusan, yang merupakan karunia Allah tetapi, pada saat yang sama, merupakan ketaatan yang leluasa dan bertanggung jawab terhadap rencana Allah. Demikian juga bagi keluarga Nazaret, <yang> sungguh terbuka terhadap kehendak Allah. Bagaimana kita tidak kagum pada ketaatan Maria terhadap perbuatan Roh Kudus, yang memintanya untuk menjadi Bunda Mesias? - karena, seperti setiap perempuan belia pada zamannya, Maria akan mewujudkan rencana hidupnya, yaitu menikah dengan Yusuf.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 26 Desember 2019 : BELAJAR DARI SANTO STEFANUS, ARAHKAN PANDANGAN PADA YESUS

Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi!

Hari ini dirayakan pesta Santo Stefanus, martir pertama. Kitab Kisah Para Rasul berbicara kepada kita tentang dia (bdk. Bab 6-7) dan Bacaan liturgi hari ini menyajikan saat-saat terakhir hidupnya, ketika ia ditangkap dan dilempari batu (bdk. 6:12;7:54-60). Dalam suasana Natal yang penuh sukacita, ingatan akan umat kristiani pertama yang terbunuh karena iman ini mungkin tampak tidak pada tempatnya. Namun, tepatnya dalam sudut pandang iman, perayaan hari ini selaras dengan makna Natal yang sesungguhnya. Dalam kemartiran Stefanus, pada kenyataannya, kekerasan dikalahkan oleh kasih, maut, [dikalahkan] oleh kehidupan : pada saat kesaksian tertinggi, ia merenungkan langit terbuka dan memberikan pengampunan kepada para penganiayanya (bdk. ayat 60).

PESAN BAPA SUCI PAUS FRANSISKUS UNTUK HARI PERDAMAIAN SEDUNIA KE-53 (1 Januari 2020)


PERDAMAIAN SEBAGAI JALAN HARAPAN : DIALOG, REKONSILIASI DAN PERTOBATAN EKOLOGIS

1.       Perdamaian, perjalanan harapan dalam menghadapi rintangan dan pencobaan

Perdamaian adalah nilai luhur dan berharga, tujuan pengharapan kita dan dambaan seluruh keluarga manusia. Sebagai sebuah sikap manusiawi, harapan kita akan perdamaian ditandai oleh ketegangan eksistensial yang memungkinkannya pada saat ini, dengan segala kesulitannya, untuk “dapat dihayati dan diterima, asalkan terarah kepada tujuan, apabila tentang tujuan itu kita dapat yakin, dan apabila tujuan itu begitu mulia sehingga jerih payah perjalanannya dapat dibenarkan."[1] Dengan demikian, harapan adalah keutamaan yang mengilhami kita dan membuat kita terus bergerak maju, bahkan ketika hambatan tampak tak teratasi.

PESAN NATAL DAN BERKAT "URBI ET ORBI" DARI PAUS FRANSISKUS (Rabu, 25 Desember 2019)


“Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar” (Yes 9:1)

Saudara-saudari yang terkasih, selamat Natal!

Dari rahim Gereja Induk, Putra Allah yang menjelma lahir baru malam ini. Namanya Yesus, yang berarti : "Allah menyelamatkan". Bapa, Kasih yang abadi dan tak terbatas, telah mengutus-Nya ke dunia bukan untuk menghukum dunia melainkan menyelamatkannya (bdk. Yoh 3:17). Bapa telah memberikan-Nya kepada kita dengan belas kasih yang besar. Ia telah memberikan-Nya kepada semua orang. Ia telah memberikan-Nya selamanya. Sang Putra dilahirkan, seperti cahaya kecil yang berkelap-kelip dalam dingin dan gelapnya malam.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 22 Desember 2019 : SANTO YUSUF YANG LEMAH LEMBUT DAN BIJAKSANA MENGAJARKAN KITA UNTUK PERCAYA


Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi!

Dalam Hari Minggu Adven IV dan terakhir ini, Bacaan Injil (bdk. Mat 1:18-24) menuntun kita menuju Natal melalui pengalaman Yusuf, sosok yang tampaknya tingkatan kedua, tetapi dalam sikapnya segenap kebijaksanaan Kristiani tercakup. Ia, bersama dengan Yohanes Pembaptis dan Maria, adalah salah satu kepribadian yang ditawarkan Liturgi kepada kita untuk Masa Adven dan, dari ketiganya, ia adalah yang paling sederhana. Ia tidak berkhotbah, ia tidak berbicara tetapi berusaha melakukan kehendak Allah. Dan ia melakukannya dengan bercorak Injil dan Sabda Bahagia. Kita berpikir : “ "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga” (Mat 5:3). Dan Yusuf miskin karena ia hidup dari yang pokok, ia bekerja, ia hidup dari bekerja. Kemiskinan yang menjadi ciri khas dari orang-orang yang sadar bahwa segala sesuatu bergatung pada Allah dan di dalam Dia menaruh segenap kepercayaan mereka.

SURAT APOSTOLIK “ADMIRABILE SIGNUM” DARI BAPA SUCI FRANSISKUS TENTANG MAKNA DAN PENTINGNYA GUA NATAL


SURAT APOSTOLIK “ADMIRABILE SIGNUM” DARI BAPA SUCI FRANSISKUS TENTANG MAKNA DAN PENTINGNYA GUA NATAL

1.       Tanda mengagumkan dari gua Natal (kandang Natal), yang sangat disukai umat Kristiani, tak henti-hentinya membangkitkan keheranan dan ketakjuban. Penggambaran kelahiran Yesus sendiri adalah pewartaan sederhana dan sukacita akan misteri Inkarnasi Putra Allah. Gambaran kelahiran itu seperti sebuah Injil hidup yang muncul dari halaman-halaman Kitab Suci. Ketika kita merenungkan kisah Natal, kita diundang untuk memulai sebuah perjalanan rohani, yang berawal dari kerendahan hati Allah yang menjadi manusia untuk menjumpai setiap orang. Kita menjadi sadar bahwa begitu besar kasih-Nya kepada kita, bahwa Ia menjadi salah satu dari kita, sehingga kita pada gilirannya dapat bersatu dengan-Nya.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 18 Desember 2019 : TENTANG KANDANG NATAL, INJIL RUMAH TANGGA (Luk 2:15-16)


Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi!

Dalam sepekan ini Natal akan tiba. Selama hari-hari ini, seraya kita bergegas mempersiapkan pesta itu, kita dapat menanyakan pada diri kita sendiri : "Bagaimana aku sedang mempersiapkan diri untuk kelahiran Sosok yang sedang dirayakan?" Cara yang sederhana namun ampuh untuk mempersiapkan diri kita adalah dengan membuat kandang Natal. Tahun ini saya juga telah mengikuti cara ini : saya pergi ke Greccio, tempat Santo Fransiskus membuat kandang Natal pertama dengan umat di tempat itu. Dan saya menulis sepucuk surat untuk mengingatkan kembali makna tradisi ini, apa artinya kandang Natal dalam Masa Natal.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 15 Desember 2019 : TENTANG HARI MINGGU ADVEN III (HARI MINGGU GAUDETE)


Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi!

Dalam hari Minggu Adven III ini, yang disebut Hari Minggu “Sukacita”, sabda Allah mengundang kita di satu sisi untuk bersukacita, dan di sisi lain menyadari bahwa keberadaan juga mencakup saat-saat keraguan, yang di dalamnya kita sulit untuk percaya. Sukacita dan keraguan sama-sama merupakan pengalaman yang menjadi bagian kehidupan kita.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 11 Desember 2019 : TENTANG KISAH PARA RASUL (26:22-23) - BAGIAN 17


Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi!

Dalam membaca Kisah Para Rasul, perjalanan Injil berlanjut di dunia, dan meterei penderitaan semakin menandai kesaksian Paulus. Namun, hal ini adalah sesuatu yang tumbuh seiring berjalannya waktu dalam kehidupan Paulus. Paulus bukan hanya penginjil yang penuh semangat, misionaris pemberani di antara orang-orang bukan Yahudi, yang memberikan kehidupan kepada jemaat-jemaat kristiani yang baru, tetapi ia juga adalah saksi yang menderita dari Yesus yang bangkit (bdk. Kis 9:15-16).

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 8 Desember 2019 : TENTANG HARI RAYA SANTA PERAWAN MARIA DIKANDUNG TANPA NODA


Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi!

Hari ini kita merayakan Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda, yang bersituasi dalam konteks Adven, saat penantian : Allah akan menggenapi apa yang telah Ia janjikan. Namun, pesta hari ini memberitakan kepada kita bahwa sesuatu telah sedang tergenapi, dalam pribadi dan kehidupan Perawan Maria. Hari ini kita memikirkan awal penggenapan ini, yang bahkan sebelum kelahiran Bunda Tuhan tersebut. Faktanya, Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda menuntun kita ke saat yang tepat yang di dalamnya kehidupan Maria mulai berdetak di dalam rahim ibunya : kasih Allah yang sedang menguduskan sudah ada di sana, melindunginya dari pencemaran kejahatan, yang merupakan sifat turun-temurun keluarga umat manusia pada umumnya.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 4 Desember 2019 : TENTANG KISAH PARA RASUL (20:32-35) - BAGIAN 16


Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi!

Perjalanan Injil berlanjut tanpa jeda dalam Kisah Para Rasul, dan perjalanan tersebut melintasi kota Efesus mengejawantahkan segenap ruang lingkup keselamatannya. Syukur kepada Paulus, sekitar dua belas orang menerima Pembaptisan dalam nama Yesus dan mengalami pencurahan Roh Kudus, yang memperbaharui diri mereka (bdk. Kis 19:1-7). Kemudian, beberapa mukjizat terjadi melalui Rasul Paulus : orang-orang sakit disembuhkan dan orang-orang yang kerasukan roh-roh jahat dibebaskan (bdk. Kis 19:11-12). Ini terjadi karena murid itu seperti Gurunya (bdk. Luk 6:40) dan menjadikan-Nya hadir dengan menyampaikan kepada saudara seiman kehidupan baru yang telah ia terima daripada-Nya.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 1 Desember 2019 : TENTANG HARI MINGGU ADVEN I


Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi!

Hari ini, Hari Minggu Adven I, Tahun Liturgi baru dimulai. Dalam empat pekan Adven ini, liturgi menuntun kita menuju perayaan kelahiran Yesus, seraya mengingatkan kita bahwa Ia datang setiap hari dalam hidup kita, dan akan kembali dengan gemilang di akhir zaman. Kepastian ini mendorong kita untuk melihat masa depan dengan penuh keyakinan, seperti yang diminta nabi Yesaya untuk kita lakukan, yang dengan suaranya yang terilhami menyertai seluruh perjalanan Adven. Dalam Bacaan Pertama hari ini, Yesaya menubuatkan bahwa “Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah Tuhan akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana" (Yes 2:2). Bait Allah di Yerusalem disajikan sebagai titik temu semua orang. Setelah penjelmaan Putra Allah, Yesus sendiri menyatakan diri-Nya sebagai Bait Allah yang sesungguhnya. Karena itu, Yesaya melihat secara luar biasa janji ilahi dan mendorong kita untuk mengambil sikap peziarahan, berjalan menuju Kristus, makna dan akhir sejarah. Semua orang yang lapar dan haus akan keadilan, hanya dapat menemukannya dengan mengikuti cara Tuhan; sedangkan kejahatan dan dosa berasal dari fakta bahwa individu dan kelompok sosial lebih suka mengikuti cara-cara yang didikte oleh kepentingan egoistik, yang menyebabkan pertikaian dan peperangan. Sebaliknya, jika masing-masing orang mencari, dengan bimbingan Tuhan, jalan kebaikan, maka akan ada lebih banyak keselarasan dan kerukunan di dunia. Adven adalah saat yang tepat untuk menyambut kedatangan Yesus, yang datang sebagai Utusan perdamaian untuk menunjukkan kepada kita cara-cara Allah.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 27 November 2019 : TENTANG PERJALANAN APOSTOLIKNYA KE THAILAND DAN JEPANG


Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi!

Kemarin saya kembali dari perjalanan apostolik ke Thailand dan Jepang, suatu karunia yang kareanya saya sangat bersyukur kepada Tuhan. Saya ingin sekali lagi mengucapkan terima kasih kepada pihak pemerintah dan para uskup dari kedua negara ini, yang mengundang saya dan menerima saya dengan penuh perhatian, serta saya ingin berterima kasih terutama kepada rakyat Thailand dan rakyat Jepang. Kunjungan ini telah meningkatkan kedekatan dan kasih sayang saya kepada kedua rakyat ini : semoga Allah memberkati mereka dengan kemakmuran dan kedamaian yang berlimpah.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 17 November 2019 : PENGAJARAN TENTANG AKHIR ZAMAN


Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi!

Bacaan Injil hari Minggu kedua terakhir dari Tahun Liturgi ini (bdk. Luk 21:5-19) menyajikan kepada kita pengajaran Yesus tentang akhir zaman, dalam versi yang dipaparkan oleh Santo Lukas. Yesus mengucapkannya di depan Bait Allah di Yerusalem, sebuah bangunan yang dikagumi oleh orang-orang karena keunggulan dan kemegahannya; tetapi Ia menubuatkan bahwa dari seluruh keindahan Bait Suci itu, dari kemegahannya itu, “tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan” (ayat 6). Kehancuran Bait Allah yang diumumkan sebelumnya oleh Yesus bukan bentuk akhir sejarah, sebagai akhir sejarah. Bahkan, di hadapan para pendengar yang ingin tahu bagaimana dan kapan tanda-tanda ini akan muncul, Yesus menanggapinya dengan bahasa apokaliptik khas biblis.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 13 November 2019 : TENTANG KISAH PARA RASUL (18:1-3) - BAGIAN 15


Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi!

Audiensi ini dilakukan dalam dua kelompok : orang-orang sakit berada di Aula Paulus VI - saya bersama mereka, saya menyapa dan memberkati mereka; ada sekitar 250 orang. Mereka lebih nyaman di sana, mengingat hujan - dan kita di sini, tetapi mereka melihat kita di layar raksasa. Kita saling menyapa dalam dua kelompok dengan tepuk tangan.

Kisah Para Rasul menceritakan Paulus, penginjil yang tak kenal lelah bahwa ia, setelah tinggal di Atena, yang dicirikan oleh permusuhan tetapi juga oleh buah-buah seperti pertobatan Dionisius dan Damaris, meneruskan perjalanan biblisnya di dunia. Tahap baru perjalanannya adalah Korintus, ibukota provinsi Akaya, kota komersial dan kosmopolitan Romawi, berkat kehadiran dua pelabuhan penting.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 10 November 2019 : TENTANG KEHIDUPAN ALAM BAKA


Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi!

Perikop Injil hari ini (bdk. Luk 20:27-38) memberi kita sebuah ajaran Yesus yang luar biasa tentang kebangkitan orang mati. Yesus ditanyai oleh beberapa orang Saduki, yang tidak percaya akan kebangkitan dan memancing-Nya dengan pertanyaan yang memojokkan : dalam kebangkitan, istri siapakah seorang perempuan yang bersuamikan tujuh bersaudara dan masing-masing suaminya meninggal secara berturutan? Yesus tidak jatuh ke dalam perangkap dan menjawab bahwa mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu "tidak menikah atau dikawinkan, karena mereka tidak bisa mati lagi, karena mereka sama dengan para malaikat dan adalah anak-anak Allah" (ayat 35-36). Yesus menjawab demikian.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 6 November 2019 : TENTANG KISAH PARA RASUL (17:22-23) - BAGIAN 14


Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi!

Kita melanjutkan “perjalanan” kita bersama Kisah Para Rasul. Setelah berbagai pencobaan yang dialaminya di Filipi, Tesalonika, dan Berea, Paulus mendarat di Atena, tepatnya di ibukota Yunani (bdk. Kis 17:15). Kota ini, yang hidup dalam bayang-bayang kejayaan kuno meskipun mengalami kemunduran politik, masih memiliki keunggulan budaya. Di sini “semangat” Rasul Paulus terpicu dalam dirinya ketika ia melihat bahwa kota itu penuh dengan patung-patung berhala” (Kis 17:16). Namun, "dampak" dunia kafir ini bukannya membuatnya melarikan diri, malahan mendorongnya untuk membuat jembatan untuk berdialog dengan budaya itu.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 3 November 2019 : TENTANG PERTEMUAN YESUS DENGAN ZAKHEUS, SANG PEMUNGUT CUKAI


Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi!

Bacaan Injil hari Ini (bdk. Luk 19:1-10) meminta kita mengikuti Yesus yang, dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem, berhenti di Yerikho. Di antara kerumunan orang banyak yang menerima-Nya, ada seorang yang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, yaitu orang-orang Yahudi yang memungut pajak untuk kas Kekaisaran Romawi. Ia kaya, tetapi bukan karena penghasilan yang jujur, tetapi karena ia meminta "uang sogokan", dan hal ini menambah penghinaan terhadapnya. Zakheus "berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu" (ayat 3); ia tidak ingin bertemu dengan-Nya, tetapi ia ingin tahu; ia ingin melihat kepribadian yang mengatakan hal-hal yang luar biasa yang telah ia dengar. Ia penasaran. Dan karena bertubuh pendek "untuk melihat Yesus" (ayat 4) ia memanjat pohon. Ketika Yesus datang ke sana, Ia melihat ke atas dan melihat Zakheus (bdk. ayat 5).

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 1 November 2019 : TENTANG HARI RAYA SEMUA ORANG KUDUS - KEKUDUSAN MERUPAKAN KARUNIA DAN PANGGILAN


Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi!

Hari Raya Semua Orang Kudus hari ini mengingatkan kita bahwa kita semua dipanggil menuju kekudusan. Orang-orang kudus sepanjang masa, yang hari ini kita rayakan bersama-sama bukan hanya lambang, manusia yang jauh, tidak terjangkau. Sebaliknya, mereka adalah orang-orang yang hidup berpijak di tanah; mereka mengalami kerja keras setiap hari, dengan keberhasilan dan kegagalannya, dalam Tuhan menemukan kekuatan untuk senantiasa bangkit kembali dan melanjutkan perjalanan. Yang dapat dipahami dari hal ini yakni kekudusan adalah sebuah tujuan, yang tidak dapat dicapai hanya dengan kekuatan sendiri, tetapi merupakan buah rahmat Allah dan jawaban bebas kita terhadapnya. Karenanya, kekudusan adalah karunia dan panggilan.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 30 Oktober 2019 : TENTANG KISAH PARA RASUL (16:9-34) - BAGIAN 13


Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi!

Membaca Kisah Para Rasul kita dapat melihat bagaimana Roh Kudus adalah sosok utama perutusan Gereja : Dialah yang menuntun jalan para pewarta Injil, menunjukkan kepada mereka cara untuk mengikutinya.

Kita melihat hal ini dengan jelas pada saat Rasul Paulus, yang tiba di Troas, menerima sebuah penglihatan. Seorang Makedonia membujuknya, ”Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!" (Kis. 16:9). Orang-orang Makedonia Utara bangga akan hal ini, mereka sangat bangga telah memanggil Paulus sehingga Pauluslah yang mewartakan Yesus Kristus <kepada mereka>. Saya ingat sangat banyak orang-orang baik yang menerima saya dengan sangat hangat : orang-orang memelihara iman yang diwartakan Paulus kepada mereka! Rasul Paulus tidak ragu-ragu dan pergi ke Makedonia, yakin bahwa sebenarnya, Allahlah yang mengutusnya, dan ia mendarat di Filipi, “suatu kota perantauan orang Roma" (Kis 16:12) melalui Egnatia, untuk mewartakan Injil. Paulus berhenti di sana selama beberapa hari. Tiga peristiwa menjadi ciri persinggahannya di Filipi, selama tiga hari ini : tiga peristiwa penting. 1) penginjilan dan baptisan Lidia dan keluarganya; 2) penangkapan yang ia alami bersama Silas, setelah mengusir seorang hamba perempuan yang dieksploitasi oleh para tuannya; 3) pertobatan dan baptisan kepala penjara dan keluarganya. Marilah kita melihat tiga episode dalam kehidupan Paulus ini.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 27 Oktober 2019 : TENTANG PENUTUPAN SINODE PARA USKUP WILAYAH AMAZON


Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi!

Misa yang dirayakan pagi ini di Basilika Santo Petrus merupakan penutupan Sidang Khusus Sinode Para Uskup Wilayah Amazon. Bacaan pertama, dari Kitab Putera Sirakh, mengingatkan kita tentang titik awal perjalanan ini : permohonan orang miskin yang “menembus awan”, karena “Allah mendengarkan doa orang-orang yang tertindas” (Sir 35:21,17). Jeritan orang miskin, bersama dengan jeritan bumi, telah mencapai kita dari Amazon. Setelah tiga pekan ini, kita tidak bisa berpura-pura tidak mendengarnya. Suara-suara orang miskin, bersama-sama dengan suara-suara dari begitu banyak orang di dalam dan di luar Sidang Sinode - para gembala, kaum muda, para ilmuwan - memacu kita untuk tidak tetap acuh tak acuh. Kita sering mendengar ungkapan "nanti sudah terlambat" : itu tidak bisa tetap merupakan slogan.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 23 Oktober 2019 : TENTANG KISAH PARA RASUL (15:7-11) - BAGIAN 12


Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi!

Kitab Kisah Para Rasul menceritakan bahwa Gereja Yerusalem menerima Santo Paulus, setelah perjumpaan dengan Yesus yang mengubahnya, <dan> berterima kasih kepada Barnabas yang telah menjadi penengah. Namun, karena dimusuhi oleh beberapa orang, ia terpaksa pergi ke Tarsus, kota asalnya, tempat Barnabas bertemu dengannya untuk dilibatkan dalam perjalanan panjang Sabda Allah. Dapat dikatakan bahwa Kitab Kisah Para Rasul, yang kita ulas dalam katekese-katekese ini, adalah kitab perjalanan panjang Sabda Allah : Sabda Allah diwartakan, dan diwartakan di mana-mana. Perjalanan ini dimulai setelah penganiayaan yang hebat (bdk. Kis 11:19); tetapi penganiayaan tersebut, alih-alih menyebabkan kemunduran dalam penginjilan, malahan menjadi kesempatan untuk memperluas ladang tempat menyebarkan benih Sabda yang baik. Umat Kristiani tidak takut. Mereka harus melarikan diri, tetapi mereka melarikan diri bersama Sabda Allah, dan menyebarkan Sabda sedikit ke mana-mana.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 20 Oktober 2019 : TENTANG HARI MINGGU MISI SEDUNIA


Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi!

Bacaan kedua liturgi hari ini mengemukakan kepada kita nasihat yang ditujukan Rasul Paulus kepada Timotius rekan kerjanya yang setia : “Beritakanlah Sabda, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran” (2Tim 4:2). Nada yang tulus : Timotius harus merasakan dirinya bertanggung jawab untuk memberitakan Sabda, dengan habis-habisan memikul tanggung jawab, yang tidak mengecualikan ambisi keberadaan apapun. Kepekaan perasaan Santo Paulus ini seharusnya menjadi kepekaan semua murid Yesus, yang dipanggil untuk menjadi saksi Injil di zaman kita ini, dalam umat manusia ini yang kadang-kadang saling bertentangan tetapi dikasihi tanpa batas oleh Allah.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 16 Oktober 2019 : TENTANG KISAH PARA RASUL (10:34-36) - BAGIAN 11


Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Perjalanan Injil di dunia, yang diceritakan oleh Santo Lukas dalam Kisah Para Rasul, disertai dengan daya cipta Allah yang luar biasa, yang diwujudkan dengan cara yang menakjubkan. Ia ingin anak-anak-Nya mengatasi setiap pembedaan untuk membuka diri mereka kepada universalitas keselamatan. Inilah tujuannya : mengatasi pembedaan dan membuka diri terhadap universalitas keselamatan karena Allah ingin menyelamatkan semua orang. Orang-orang yang dilahirkan kembali dari air dan Roh - yang dibaptis - dipanggil untuk keluar dari diri mereka sendiri dan membuka diri terhadap sesama, hidup berdekatan, gaya hidup bersama, yang mengubah setiap hubungan antarpribadi menjadi pengalaman persaudaraan (bdk. Seruan Apostolik Evangelii Gaudium, 87).

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 9 Oktober 2019 : TENTANG KISAH PARA RASUL (9:3-6) - BAGIAN 10


Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Dimulai dari kisah perajaman Stefanus, seorang tokoh muncul yang, di samping sosok Petrus, adalah sosok yang paling terkemuka dan tajam dalam Kisah Para Rasul : sosok "seorang muda yang bernama Saulus" (Kis 7:58). Ia digambarkan pada awalnya sebagai orang yang menyetujui kematian Stefanus dan ingin membinasakan Gereja (bdk. Kis 8:3); tetapi kemudian ia menjadi alat yang dipilih oleh Allah untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa lain (bdk. Kis 9:15;22:21;26:17).

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 6 Oktober 2019 : TENTANG IMAN


Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi!

Perikop Injil hari ini (bdk. Luk 17:5-10) menyajikan tema iman, yang dikedepankan oleh permohonan para murid : " "Tambahkanlah iman kami!" (ayat 5). Doa yang indah, yang harus kita doakan sepanjang hari : “Tuhan, tambahkanlah iman kami!". Yesus menjawab dengan dua gambaran : biji sesawi dan hamba yang bersedia. "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu” (ayat 6). Pohon ara adalah pohon yang kuat, berakar kuat di bumi dan tahan terhadap angin. Oleh karena itu, Yesus ingin membuatnya dipahami bahwa iman, bahkan sekalipun kecil, bahkan dapat memiliki kekuatan membantun pohon ara; dan kemudian menanamnya di laut, yang merupakan sesuatu yang bahkan lebih mustahil : namun, tidak ada yang mustahil bagi orang yang beriman, karena ia tidak mengandalkan kekuatannya sendiri tetapi kekuatan Allah, yang dapat melakukan segalanya.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 2 Oktober 2019 : TENTANG KISAH PARA RASUL (Kis 8:5-8) – BAGIAN 9


Saudara-saudari terkasih!

Setelah kemartiran Stefanus, "pacuan" Sabda Allah tampaknya mengalami kemunduran, mengingat wabah "penganiayaan yang hebat terhadap Gereja di Yerusalem" (Kis 8:2). Setelah ini, para Rasul tinggal di Yerusalem, sementara umat Kristiani lainnya tersebar di tempat-tempat lain di Yudea dan di Samaria. Dalam kitab Kisah Para Rasul, penganiayaan muncul sebagai keadaan tetap dari kehidupan para murid, sesuai dengan apa yang dikatakan Yesus : "Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu" (Yoh 15:20). Namun, bukannya memadamkan api penginjilan, bahan bakar penganiayaan bahkan semakin menyalakannya.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 25 September 2019 : TENTANG KISAH PARA RASUL (6:8-10.15) – BAGIAN 8


Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Kita terus mengikuti sebuah perjalanan melalui Kitab Kisah Para Rasul : perjalanan Injil di dunia. Santo Lukas menunjukkan dengan kenyataan yang luar biasa baik keberhasilan perjalanan ini maupun munculnya beberapa masalah di jantung komunitas Kristiani. Sejak awal, selalu ada masalah. Bagaimana kita dapat menyelaraskan perbedaan yang hidup bersama di dalamnya tanpa terjadinya pertentangan dan perpecahan? Komunitas itu tidak hanya menyambut orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani, yaitu, orang-orang dari diaspora, orang-orang bukan Yahudi, dengan budaya dan kepekaan mereka masing-masing serta dengan agama lain. Dewasa ini, kita mengatakan "orang-orang kafir." Dan ini disambut. Kehadiran ini menentukan keseimbangan yang rapuh dan genting, dan, dalam menghadapi kesulitan-kesulitan "lalang" muncul, dan apakah lalang yang terburuk yang menghancurkan sebuah komunitas? Lalang sungut-sungut, lalang pergunjingan : orang-orang Yunani bersungut-sungut oleh karena kurangnya perhatian komunitas terhadap para janda mereka.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 22 September 2019 : BELAJAR DARI KECERDIKAN BENDAHARA YANG TIDAK JUJUR


Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Perumpamaan dalam Bacaan Injil hari Minggu ini (bdk. Luk 16:1-13) memiliki tokoh utama bendahara yang cerdik dan tidak jujur yang, dituduh telah menghamburkan milik tuannya, akan segera diberhentikan. Dalam situasi yang sulit ini, ia tidak menuduh, ia tidak mencari pembenaran atau membiarkan dirinya berkecil hati, tetapi ia memikirkan jalan keluar untuk memastikan bagi dirinya sendiri masa depan yang tenang. Pada awalnya, ia bereaksi dengan jernih, mengakui keterbatasannya : “Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu (ayat 3); lalu ia bertindak dengan cerdik, mencuri dari tuannya untuk yang terakhir kalinya. Bahkan, ia memanggil orang-orang yang berhutang kepada tuannya dan mengurangi hutang yang mereka miliki, guna menjadikan mereka teman-temannya dan kemudian mendapat balasan dari mereka. Inilah berteman dengan korupsi dan mendapatkan rasa terima kasih dengan korupsi sebagaimana, sayangnya, biasanya hari ini.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 18 September 2019 : TENTANG KISAH PARA RASUL (5:34-35.38-39) – BAGIAN 7


Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Kita melanjutkan katekese tentang Kisah Para Rasul. Menghadapi larangan orang-orang Yahudi untuk mengajar dalam nama Kristus, dengan berani Petrus dan para Rasul menanggapi bahwa mereka tidak sudi menaati orang-orang yang ingin menghentikan perjalanan Injil di dunia. Dengan demikian Dua Belas Rasul menunjukkan bahwa mereka memiliki "ketaatan iman" yang kemudian ingin mereka bangkitkan dalam diri semua manusia (bdk. Rm 1:5). Faktanya, sejak Pentakosta mereka bukan lagi manusia “sendirian”. Mereka mengalami sinergi khusus, yang membuat mereka tidak terpusat pada diri mereka sendiri dan membuat mereka berkata : “kami dan Roh Kudus” (Kis 5:32) atau "keputusan Roh Kudus dan keputusan kami” (Kis 15:28). Mereka merasa tidak bisa mengatakan hanya "aku", mereka adalah manusia yang tidak berpusat pada diri mereka sendiri. Dalam persekutuan yang kuat ini, para Rasul tidak membiarkan diri mereka diintimidasi oleh siapa pun. Mereka memiliki keberanian yang mengesankan! Marilah kita berpikir bahwa hal ini bersifat pengecut : mereka semua melarikan diri, mereka melarikan diri ketika Yesus ditangkap. Namun, dari bersifat pengecut mereka menjadi begitu berani. Mengapa? <Mereka menjadi berani> karena Roh Kudus menyertai mereka. Hal yang sama terjadi pada diri kita : jika kita memiliki Roh Kudus di dalam diri kita, kita akan memiliki keberanian untuk maju, keberanian untuk memenangkan begitu banyak perkelahian, bukan oleh diri kita sendiri tetapi oleh Roh Kudus yang bersama kita. Mereka tidak menarik mundur pawai mereka sebagai para saksi yang pemberani dari Yesus yang bangkit, sebagai para martir sepanjang masa, termasuk masa kita. Para martir memberikan nyawa mereka, mereka tidak menyembunyikan bahwa mereka adalah umat kristiani. Marilah kita pikirkan, beberapa tahun yang lalu - hari ini juga ada begitu banyak - tetapi marilah kita pikirkan empat tahun yang lalu, umat Gereja Kristen Ortodoks Koptik, para pekerja sejati, di pantai Libya : mereka semua digorok, tetapi kata terakhir yang mereka ucapkan adalah “Yesus, Yesus”. Mereka tidak menjual iman, karena Roh Kudus menyertai mereka. Inilah para martir dewasa ini!

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 15 September 2019 : KASIH ALLAH YANG TAK TERBATAS UNTUK ORANG-ORANG BERDOSA

Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Bacaan Injil hari ini (Luk 15:1-32) dimulai dengan beberapa orang yang bersungut-sungut terhadap Yesus, melihat Ia berada di tengah-tengah para pemungut cukai dan orang-orang berdosa, dan mengatakan dengan hinaan : "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka" (ayat 2). Kenyataannya kalimat ini mengungkapkan dengan sendirinya pemberitaan yang luar biasa. Yesus menyambut orang-orang berdosa dan makan bersama-sama mereka. Itulah yang terjadi pada kita di setiap Misa, di setiap gereja : Yesus dengan senang hati menerima kita di meja-Nya, di mana Ia mempersembahkan diri-Nya untuk kita. Kalimat inilah yang dapat kita tulis di pintu-pintu gereja kita: “Yesus menyambut orang-orang berdosa di sini dan mengundang mereka ke meja-Nya”. Dan, Tuhan, sedang menjawab mereka yang bersungut-sungut terhadap-Nya, menceritakan kepada mereka tiga perumpamaan yang luar biasa, yang menunjukkan kecenderungan-Nya terhadap orang-orang yang merasa jauh daripada-Nya. Sebaiknya hari ini kamu masing-masing mengambil Injil, Injil Lukas, bab 15, dan membaca tiga perumpamaan tersebut. Ketiga perumpamaan tersebut sangat luar biasa.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 11 September 2019 : TENTANG PERJALANAN BAPA SUCI KE MOZAMBIK, MADAGASKAR DAN MAURITIUS


Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Tadi malam saya kembali dari perjalanan apostolik saya ke Mozambik, Madagaskar, dan Mauritius. Saya bersyukur kepada Allah, yang memperkenankan saya untuk melaksanakan rencana perjalanan ini sebagai peziarah perdamaian dan harapan, serta saya kembali mengucapkan terima kasih kepada pemerintah masing-masing negara tersebut, juga kepada pihak keuskupan, yang mengundang saya dan menyambut saya dengan begitu penuh kasih sayang dan perhatian, serta para duta besar apostolik, yang telah bekerja begitu banyak untuk perjalanan ini.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 1 September 2019 : TENTANG KERENDAHAN HATI DAN KEMURAHAN HATI TANPA PAMRIH


Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi!

Pertama-tama saya minta maaf atas keterlambatan ini, tetapi ada sebuah insiden: Saya terjebak di lift selama 25 menit! Ada penurunan tegangan dan lift terhenti. Syukur kepada Allah, petugas pemadam kebakaran datang - saya berterima kasih banyak kepada mereka! - dan, setelah 25 menit bekerja, mereka berhasil membuat lift berjalan - tepuk tangan untuk para petugas pemadam kebakaran!

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 28 Agustus 2019 : TENTANG KISAH PARA RASUL (Kis 5:12,15-16) – BAGIAN 6


Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi!

Jemaat gerejawi yang dilukiskan dalam Kisah Para Rasul, jika hidup para Rasul benar-benar berasal dari kekayaan yang kecenderungannya ditentukan Tuhan - Tuhan itu murah hati! -, mengalami pertumbuhan numerik dan lonjakan besar, meskipun ada berbagai serangan dari luar. Untuk menunjukkan kepada kita daya hidup ini, Lukas juga menunjukkan kepada kita tempat-tempat penting, seperti Serambi Salomo (bdk. Kis 5:12), tempat pertemuan bagi orang-orang percaya. Serambi Salomo adalah ruang terbuka yang berfungsi sebagai tempat berteduh, tetapi juga sebagai tempat pertemuan dan tempat kesaksian. Sebuah tempat yang dikunjungi Yesus selama pesta-pesta besar (bdk. Yoh 10:23); tempat orang lumpuh yang disembuhkan berjalan di sebelah Petrus dan Yohanes serta tempat Petrus mewartakan Injil kepada orang-orang, menjelaskan bahwa iman dalam nama Yesus memungkinkan penyembuhan itu (bdk. Kis 3:11). Oleh karena itu, Serambi Salomo ini adalah tempat peristiwa Kristus disampaikan melalui perkataan, yang menggerakkan hati serta juga dapat menyentuh dan menyembuhkan tubuh. Faktanya, Lukas bersikeras pada tanda-tanda dan keajaiban-keajaiban yang menyertai perkataan para Rasul dan perhatian khusus terhadap orang-orang sakit yang mereka layani.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 25 Agustus 2019 : MEMASUKI PINTU YANG SESAK MENUJU SURGA


Saudara-saudari yang terkasih,

Bacaan Injil hari Ini (Luk 13:22-30), memaparkan kepada kita Yesus lewat, mengajar melalui kota-kota dan desa-desa, bepergian menuju Yerusalem, di mana Ia tahu bahwa Ia harus wafat di kayu salib demi keselamatan seluruh manusia. Dalam skenario ini, seorang mengajukan pertanyaan kepada Tuhan, mengatakan : "Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?" (ayat 23). Masalah tersebut menjadi perdebatan pada saat itu, dan ada berbagai cara untuk menafsirkan Kitab Suci, dalam hal ini. Tetapi Yesus menjungkirbalikkan pertanyaan itu - karena lebih berfokus pada mutunya : “Sedikit sajakah orang? ... ” - dan sebagai gantinya menempatkan jawaban pada tingkat tanggung jawab, mengundang kita untuk menggunakan waktu sekarang dengan baik. Pada kenyataannya, Ia berkata : “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat” (ayat 24).

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 21 Agustus 2019 : TENTANG KISAH PARA RASUL (Kis 4:32-35) – BAGIAN 5


Saudara-saudari yang terkasih, selamat pagi!

Umat Kristiani lahir dari pencurahan Roh Kudus yang berlimpah dan tumbuh berkat 'ragi' berbagi di antara saudara-saudari di dalam Kristus. Ada dinamika kesetiakawanan yang membangun Gereja sebagai keluarga Allah, di mana pusatnya adalah pengalaman koinonia. Apa artinya ini, kata yang asing ini? Kata Yunani ini berarti "menyatukan", "menempatkan bersama" menjadi sebuah umat, bukan mengasingkan diri. Inilah pengalaman umat Kristian perdana, yaitu, “berbagi”, “berkomunikasi,” “berpartisipasi”, bukan mengasingkan diri. Dalam Gereja, asal mulanya, koinonia ini, umat ini, terutama merujuk pada partisipasi dalam tubuh dan darah Kristus. Kita memasuki persekutuan dengan Yesus dan dari persekutuan dengan Yesus ini, kita tiba pada persekutuan dengan saudara-saudari kita. Dan persekutuan dengan tubuh dan darah Kristus ini, pada Misa Kudus, diterjemahkan menjadi kesatuan persaudaraan, dan oleh karena itu juga terhadap apa yang paling sulit bagi kita : mengumpulkan barang-barang dan uang kolekte untuk mendukung Gereja Induk di Yerusalem (Rm 12:13; 2Kor 8–9) dan gereja-gereja lain. Jika kamu ingin tahu apakah kamu orang Kristiani yang baik, kamu harus berdoa, bersekutu, dan menerima sakramen rekonsiliasi. Tetapi tanda bahwa hatimu telah bertobat, adalah ketika pertobatan tiba di sakumu masing-masing, menyentuh minat kita masing-masing : inilah tempat kita melihat apakah seseorang bermurah hati dengan sesamanya, jika mereka membantu orang-orang yang paling lemah, orang-orang yang paling miskin: Ketika pertobatan tiba di sana, kamu yakin itulah pertobatan sejati. Jika tetap hanya dalam kata-kata, itu bukan pertobatan yang baik.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 18 Agustus 2019 : PERKENANKAN API YESUS MENGUBAH HATI KITA, MEMPERBARUI HIDUP KITA


Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Dalam Bacaan Injil hari ini (Luk 12:49-53), Yesus memperingatkan para murid bahwa waktu untuk mengambil keputusan telah tiba. Kedatangan-Nya ke dunia, pada kenyataannya, bertepatan dengan waktu untuk membuat pilihan yang menentukan : memilih Injil tidak dapat ditunda. Dan untuk lebih memahami panggilan-Nya, Ia menggunakan gambaran api yang dibawa-Nya ke bumi. Karena itu, Ia berkata: “Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala!". Kata-kata ini dimaksudkan untuk membantu para murid meninggalkan sikap malas, tidak peduli, acuh tak acuh, dan ketertutupan, untuk menyambut api kasih Allah; kasih yang, seperti yang diingatkan oleh Santo Paulus, “telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus" (Rm. 5:5). Karena Roh Kudus yang membuat kita mengasihi Allah dan membuat kita mengasihi sesama kita; Roh Kuduslah yang kita miliki di dalam diri kita.

SURAT PAUS FRANSISKUS UNTUK PARA IMAM DALAM RANGKA 160 TAHUN WAFATNYA SANTO PENYEMBUH ASAL ARS, SANTO YOHANES MARIA VIANNEY


Kepada para imam saudaraku

Saudara-saudara yang terkasih,

Seratus enam puluh tahun telah berlalu sejak wafatnya Santo Penyembuh asal Ars, yang diberikan oleh Paus Pius XI sebagai pelindung para imam paroki di seluruh dunia.[1] Sehubungan dengan hal ini, pada hari pestanya, saya menulis surat ini tidak hanya untuk para imam paroki tetapi juga untuk kamu semua, para imam saudaraku, yang secara diam-diam “meninggalkan segalanya” untuk membenamkan diri dalam kehidupan sehari-hari komunitasmu. Seperti Santo Penyembuh asal Ars, kamu melayani "di parit-parit", sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari (bdk. Mat 20:12), menghadapi berbagai situasi yang tak berujung dalam upayamu untuk memberi perhatian dan menemani umat Allah. Saya ingin mengatakan sepatah kata kepada kamu masing-masing yang, sering tanpa gembar-gembor dan dengan biaya pribadi, di tengah keletihan, kelemahan dan kesedihan, melaksanakan perutusan pelayananmu demi Allah dan demi umatmu. Meskipun berbagai kesulitan dalam perjalanan, kamu sedang menulis halaman-halaman terbaik kehidupan imami.