Liturgical Calendar

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 31 Desember 2017: TENTANG PESTA KELUARGA KUDUS


Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Pada hari Minggu pertama setelah Natal ini, kita merayakan Pesta Keluarga Kudus dari Nazaret, dan Injil mengajak kita untuk merenungkan pengalaman yang dijalani oleh Maria, Yosef dan Yesus, seraya mereka tumbuh bersama sebagai sebuah keluarga yang saling mengasihi dan percaya kepada Allah. Ungkapan percaya ini adalah ritual yang dipenuhi oleh Maria dan Yosef dengan mempersembahkan Yesus putra mereka kepada Allah : "Mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan" (Luk 2:22), sebagaimana disyaratkan oleh Hukum Musa. Kedua orang tua Yesus pergi ke Bait Suci untuk memperlihatkan bahwa putra mereka adalah milik Allah dan mereka adalah wali kehidupan-Nya dan bukan pemilik. Dan ini membuat kita merenung. Semua orang tua adalah penjaga kehidupan anak-anak mereka, bukan pemilik, dan mereka harus membantu anak-anak tersebut tumbuh, menjadi dewasa.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 27 Desember 2017 : TENTANG MAKNA NATAL

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Hari ini saya ingin merenungkan bersama kalian tentang makna kelahiran Tuhan Yesus, yang sedang kita hayati hari-hari ini dalam iman dan dalam perayaan-perayaan. Mendirikan kandang Natal dan, terutama liturgi, dengan bacaan-bacaan biblisnya dan lagu-lagu tradisionalnya, telah membuat kita menghidupkan kembali "hari ini" yang di dalamnya "telah lahir bagi kita Sang Juruselamat" (Luk 2:11).

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 26 Desember 2017 : TENTANG PESTA SANTO STEFANUS

Saudara dan saudari terkasih, buongiorno!

Setelah merayakan kelahiran Yesus di dunia, hari ini kita merayakan kelahiran Santo Stefanus ke surga. Bahkan terlihat sekilas bahwa tidak ada kaitan antara kedua kejadian tersebut, sebenarnya ada, dan sangat kuat.

Kemarin, dalam liturgi Natal, kita mendengar diwartakan, "Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita" (Yoh 1:14). Santo Stefanus menciptakan sebuah kemelut bagi para pemimpin jemaat karena "penuh iman dan Roh Kudus", (Kis 6:5), ia dengan teguh percaya dan mengakui kehadiran baru Allah di antara manusia; ia tahu bahwa kini bait Allah yang sesungguhnya adalah Yesus, Sang Sabda kekal datang untuk diam di antara kita, menjadi seperti kita dalam segala hal kecuali dosa. Tetapi Stefanus dituduh memberitakan kehancuran Bait Suci Yerusalem. Tuduhan yang mereka lakukan terhadapnya adalah dengan mengatakan bahwa "Yesus, orang Nazaret itu, akan merubuhkan tempat ini dan mengubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa kepada kita" (Kis 6:14).

PESAN NATAL DAN BERKAT "URBI ET ORBI" PAUS FRANSISKUS PADA 25 DESEMBER 2017

Saudara dan saudari terkasih, selamat Natal!

Di Betlehem, Yesus lahir dari Perawan Maria. Ia dilahirkan bukan atas kehendak manusia, melainkan atas karunia kasih Allah Bapa kita, yang "begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Putra-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yoh 3:16).

Peristiwa ini diperbaharui hari ini dalam Gereja, peziarah pada masanya. Karena iman umat kristiani menghidupkan kembali dalam liturgi Natal misteri Allah yang datang, yang mengambil rupa kedagingan manusiawi kita yang fana, dan yang merendahkan diri dan menjadi miskin untuk menyelamatkan kita. Dan hal ini menggerakkan kita secara mendalam, kepada agungnya kelembutan Bapa kita.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 24 Desember 2017 : MARIA ADALAH REKAN KERJA YANG SEMPURNA DALAM RENCANA ALLAH

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Pada hari Minggu ini, tepat sebelum Natal, kita mendengar Injil tentang Kabar Sukacita (bdk. Luk 1:26-38). Dalam perikop Injil ini, kita mencatat kontras antara janji Malaikat dan jawaban Maria. Kontras ini diwujudkan dalam dimensi dan isi ungkapan kedua tokoh utama tersebut. Malaikat berkata kepada Maria, "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Putra Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan" (ayat 30-33). Inilah pewahyuan yang panjang, yang menyingkapkan rencana yang tak pernah terdengar sebelumnya. Anak yang akan lahir dari gadis Nazaret yang rendah hati ini akan disebut Putra Allah Yang Mahatinggi : tidaklah mungkin mengandung dengan martabat yang lebih tinggi daripada ini. Dan, setelah pertanyaan Maria, yang dengannya ia meminta penjelasan, pewahyuan Malaikat bahkan menjadi lebih rinci dan menakjubkan.

PESAN PAUS FRANSISKUS UNTUK HARI PERDAMAIAN SEDUNIA KE-51 (1 Januari 2018)


Migran dan Pengungsi : Laki-laki dan Perempuan Pencari Kedamaian

1.        Harapan yang tulus akan kedamaian
Damai bagi semua orang dan bagi semua bangsa di bumi! Damai yang diwartakan oleh para malaikat kepada para gembala pada malam Natal[1] adalah cita-cita terdalam bagi siapapun, bagi setiap pribadi dan bagi semua orang, dan terutama bagi orang-orang yang amat merasakan pedihnya penderitaan akibat tiadanya kedamaian. Di antara mereka yang selalu menjadi pokok perhatian dan doa saya, sekali lagi saya akan sebutkan, yaitu lebih dari 250 juta migran di seluruh dunia, 22,5 juta di antaranya adalah para pengungsi. Paus Benediktus XVI, pendahulu saya yang terkasih, menyebut mereka sebagai "laki-laki dan perempuan, anak-anak, kaum muda dan kaum lanjut usia, yang sedang mencari tempat tinggal untuk hidup dengan damai".[2] Untuk mencapai kedamaian tersebut, mereka bersedia mengambil resiko atas hidup mereka untuk menempuh perjalanan yang sering kali panjang dan berbahaya, menanggung kesulitan dan penderitaan, serta menghadapi pagar dan tembok yang dibangun untuk mencegah mereka mencapai tujuan.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 20 Desember 2017 : TENTANG RITUS PEMBUKA MISA KUDUS

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Hari ini saya berkeinginan sampai pada pokok Perayaan Ekaristi. Misa terdiri dari dua bagian, yaitu Liturgi Sabda dan Liturgi Ekaristi, yang begitu erat berhubungan, sehingga merupakan satu tindakan ibadat (bdk. Sacrosanctum Concilium, 56; PUMR, 28). Diawali dengan beberapa ritus persiapan dan diakhiri dengan ritus lainnya, perayaan tersebut adalah, oleh karena itu, satu tubuh dan tidak dapat dipisahkan; tetapi, untuk semakin memahaminya, saya akan mencoba menjelaskan saat-saatnya, di mana masing-masing saat mampu menyentuh dan melibatkan matra kemanusiaan kita. Untuk menghayati Misa sepenuhnya dan menikmati seluruh keindahannya perlu mengetahui tanda-tanda suci ini.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 17 Desember 2017 : TENTANG HARI MINGGU GAUDETE

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Pada hari-hari Minggu yang lalu, liturgi telah menekankan apa artinya bersikap waspada, dan apa yang secara nyata diperlukan untuk mempersiapkan jalan Tuhan. Pada Hari Minggu Adven III ini, yang disebut "Hari Minggu Sukacita", liturgi mengajak kita untuk menerima semangat yang dengannya semua ini terjadi, yaitu, tepatnya, sukacita. Santo Paulus mengajak kita untuk mempersiapkan kedatangan Tuhan dengan mengambil tiga sikap. Dengarkan baik-baik : tiga sikap : pertama, terus menerus bersukacita; kedua, tekun berdoa dan ketiga, terus menerus bersyukur - terus-menerus bersukacita, tekun berdoa dan terus-menerus bersyukur.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 13 Desember 2017 : TENTANG MENGAPA PERGI KE MISA HARI MINGGU

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Membahas rangkaian katekese tentang Misa, hari ini kita bertanya kepada diri kita : Mengapa pergi ke Misa hari Minggu?

Perayaan Ekaristi hari Minggu merupakan pusat kehidupan Gereja (bdk. Katekismus Gereja Katolik, no. 2177). Kita umat kristiani pergi ke Misa pada hari Minggu untuk berjumpa Tuhan yang bangkit, atau, lebih baik, membiarkan diri kita dijumpai oleh-Nya, mendengarkan sabda-Nya, bersantap di meja-Nya, dan dengan demikian menjadi Gereja, yaitu, Tubuh Mistik-Nya yang hidup dalam dunia saat ini.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 10 Desember 2017 : TENTANG TEMA HARI MINGGU ADVEN II

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Hari Minggu lalu kita memulai Masa Adven dengan undangan untuk berjaga-jaga. Hari ini, hari Minggu kedua masa persiapan Natal ini, Liturgi menunjukkan muatan yang benar: masa Adven adalah masa untuk mengenali kekosongan-kekosongan yang harus diisi dalam kehidupan kita, menghaluskan kekasaran harga diri dan memberi ruang bagi Yesus yang akan datang.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 8 Desember 2017 : TENTANG HARI RAYA SANTA PERAWAN MARIA DIKANDUNG TANPA NODA

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi dan selamat hari raya!

Hari ini kita merenungkan eloknya Maria yang dikandung tanpa noda. Injil, yang menceritakan Kabar Sukacita, membantu kita untuk memahami apa yang sedang kita rayakan, terutama melalui salam Malaikat. Ia berbicara kepada Maria dengan sebuah kata yang tidak mudah diterjemahkan, yang berarti "dipenuhi dengan rahmat", "diciptakan oleh rahmat", "penuh rahmat" (Luk 1:28). Sebelum menyebutnya Maria, ia menyebutnya penuh rahmat, dan dengan demikian ia mengungkapkan nama baru yang telah diberikan Allah kepadanya, yang lebih sesuai bainya ketimbang nama yang diberikan kepadanya oleh orang tuanya. Kita juga menyebutnya demikian, dengan setiap Salam Maria.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 6 Desember 2017 : MERENUNGKAN PERJALANAN APOSTOLIKNYA KE MYANMAR DAN BANGLADESH

Saudara dan saudari terkasih,

Hari ini saya ingin berbicara tentang Perjalanan Apostolik yang saya lakukan beberapa hari yang lalu ke Myanmar dan Bangladesh. Perjalanan tersebut merupakan karunia Allah yang luar biasa, dan maka saya bersyukur kepada-Nya atas segalanya, terutama atas pertemuan-pertemuan yang bisa saya lakukan. Saya memperbarui ungkapan rasa terima kasih saya kepada para penguasa kedua negara tersebut dan kepada para uskup masing-masing negara, atas seluruh karya persiapan dan atas sambutan yang diberikan kepada saya dan kepada para sejawat saya. Saya ingin mengucapkan "terima kasih" yang tulus kepada rakyat Myanmar dan kepada rakyat Bangladesh yang menunjukkan kepada saya begitu banyak iman dan begitu banyak kasih sayang; terima kasih!

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 3 Desember 2017 : TENTANG MAKNA MASA ADVEN

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Hari ini kita memulai perjalanan Adven, yang akan berpuncak pada Natal. Adven adalah waktu yang diberikan kepada kita untuk menyambut Tuhan yang datang untuk menemui kita, memeriksa keinginan kita akan Allah, melihat ke depan dan mempersiapkan diri kita untuk kedatangan Kristus. Ia akan datang kepada kita pada hari raya Natal, ketika kita akan mengingat kedatangan-Nya yang bersejarah dalam kesederhanaan keadaan manusiawi; tetapi, Ia datang ke dalam diri kita setiap kali kita berketetapan hati menerima-Nya, dan Ia akan datang kembali pada akhir zaman untuk "menghakimi orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati". Oleh karena itu, kita harus selalu waspada dan menanti-nantikan Tuhan dengan harapan bertemu dengan-Nya. Liturgi hari ini memaparkan kepada kita, pada kenyataannya, tema kewaspadaan dan pengharapan yang menggugah pemikiran ini.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 26 November 2017 : TENTANG HARI RAYA TUHAN KITA YESUS KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Pada hari Minggu terakhir Tahun Liturgi ini kita merayakan Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Kerajaan bimbingan-Nya, kerajaan pelayanan-Nya, juga merupakan sebuah kerajaan yang pada akhir zaman akan ditegaskan saat Penghakiman. Hari ini kita memiliki di hadapan kita Kristus sebagai Raja, Gembala, dan Hakim, yang menunjukkan kriteria kepemilikan Kerajaan Allah. Inilah kriterianya.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 22 November 2017 : MISA ADALAH KENANGAN MISTERI PASKAH KRISTUS

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Melanjutkan katekese tentang Misa, kita dapat bertanya kepada diri kita : Apakah Misa pada pokoknya? Misa adalah kenangan Misteri Paskah Kristus. Misa menjadikan kita para peserta dalam kemenangan-Nya atas dosa dan maut serta memberi arti penuh bagi kehidupan kita.

Oleh karena itu, untuk memahami nilai Misa, kita lalu harus memahami terlebih dahulu arti biblis "kenangan". Misa bukan sekedar ingatan akan peristiwa-peristiwa masa lalu, tetapi dalam arti tertentu membuat peristiwa-peristiwa tersebut hadir dan nyata. Jadi, pada kenyataannya, Israel memahami pembebasannya dari Mesir: "Setiap kali apabila Paskah dirayakan, peristiwa-peristiwa keluaran dihadirkan kembali dalam kenangan umat beriman, supaya mereka menata kehidupannya sesuai dengan peristiwa-peristiwa itu" (Katekismus Gereja Katolik, 1363). Dengan sengsara, wafat, kebangkitan dan kenaikan-Nya, Yesus Kristus telah membawa Paskah kepada penggenapannya. Dan Misa adalah kenangan Paskah-Nya, kenangan "keluaran"-Nya, yang Ia lakukan untuk kita, untuk membuat kita keluar dari perbudakan dan untuk memperkenalkan kita Tanah Terjanji kehidupan kekal. Misa bukan sekedar ingatan. Tidak, lebih dari itu : Misa menghadirkan apa yang terjadi dua puluh abad yang lalu. Ekaristi selalu membawa kita ke puncak tindakan keselamatan Allah : Tuhan Yesus, yang menjadikan diri-Nya roti yang dipecah-pecahkan untuk kita, menimpakan kepada kita seluruh kerahiman-Nya dan kasih-Nya, seperti yang dilakukan-Nya di kayu salib, untuk memperbarui hati kita, keberadaan kita dan cara kita berhubungan dengan Dia dan dengan saudara-saudara. Konsili Vatikan II menyatakan : "Setiap kali di altar dirayakan korban salib, tempat Anak Domba Paskah kita, yakni Kristus, telah dikorbankan, dilaksanakanlah karya penebusan kita" (Konstitusi Dogmatik Lumen Gentium, 3).

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 19 November 2017 : PERUMPAMAAN TENTANG TALENTA DAN GAGASAN YANG SESUNGGUHNYA TENTANG ALLAH

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Dalam hari Minggu terakhir Tahun Liturgi ini, Injil menyajikan perumpamaan tentang talenta (bdk. Mat 25:14-30). Sebelum berangkat pada sebuah perjalanan, seseorang memberikan talenta kepada para hambanya, yang pada masa itu merupakan mata uang bernilai besar : kepada hamba yang pertama sebesar lima talenta, kepada hamba yang kedua sebesar dua talenta, dan kepada hamba yang ketiga sebesar satu talenta, menurut kesanggupan masing-masing. Hamba yang menerima lima talenta berwirausaha dan berhasil mengembangkannya, menghasilkan lima talenta lagi. Hamba yang menerima dua talenta berperilaku dengan cara yang sama, dan mendapatkan dua talenta lagi. Sebaliknya, hamba yang menerima satu talenta menggali lubang di tanah dan menyembunyikan mata uang tuannya.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 15 November 2017 : MISA ADALAH DOA

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Kita melanjutkan dengan katekese tentang Misa Kudus Untuk memahami keindahan Perayaan Ekaristi, saya ingin memulai dengan aspek yang sangat sederhana : Misa adalah doa, lebih tepatnya, misa adalah doa yang par excellence, yang paling tinggi, yang paling agung dan, pada saat yang sama, yang paling "nyata". Sebenarnya, Misa adalah perjumpaan kasih dengan Allah melalui Sabda-Nya serta Tubuh dan Darah Yesus. Misa adalah perjumpaan dengan Tuhan.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 12 November 2017 : PERUMPAMAAN TENTANG GADIS BODOH DAN GADIS BIJAKSANA

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Injil hari Minggu ini (bdk. Mat 25:1-13), menunjukkan kepada kita syarat untuk memasuki Kerajaan Surga, dan hal itu terjadi dengan perumpamaan tentang sepuluh gadis : perumpamaan tentang para pengiring mempelai yang bertanggung jawab untuk menerima dan menemani mempelai laki-laki menuju upacara pernikahan dan, seperti pada waktu itu biasanya dirayakan pada malam hari, para pengiring pengantin dilengkapi dengan pelita.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 8 November 2017 : EKARISTI ADALAH "HATI" GEREJA

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Hari ini kita memulai serangkaian katakese baru, yang akan mengarahkan pandangan kita pada "hati" Gereja, yaitu Ekaristi. Penting bagi kita umat kristiani untuk memahami dengan baik nilai dan makna Misa Kudus, benar-benar semakin menghayati secara penuh hubungan kita dengan Allah.

Kita tidak bisa melupakan sejumlah besar umat kristiani yang, di seluruh dunia, dalam dua ribu tahun sejarah, mengalami kematian untuk membela Ekaristi; dan berapa banyak lagi hari ini yang mempertaruhkan nyawa mereka untuk ambil bagian dalam Misa hari Minggu. Pada tahun 304, selama penganiayaan Dioklesian, sekelompok umat kristiani di Afrika Utara terkejut, saat sedang merayakan Misa di sebuah rumah, dan ditangkap. Dalam interogasi tersebut, Pro-Konsul Romawi menanyai mereka mengapa mereka melakukannya, mengetahui bahwa itu benar-benar dilarang. Dan mereka menjawab: "Kami tidak bisa hidup tanpa hari Minggu", yang berarti : jika kita tidak dapat merayakan Ekaristi, kita tidak dapat hidup, kehidupan kristiani kita akan mati.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 5 November 2017 : KEWENANGAN LAHIR DARI KETELADANAN YANG BAIK

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Injil hari ini (bdk. Mat 23:1-12) berlangsung di Yerusalem pada hari-hari terakhir kehidupan Yesus - hari-hari yang diisi dengan pengharapan dan juga ketegangan. Di satu sisi Yesus menyampaikan kritik tajam kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, dan di sisi lain Ia meninggalkan perintah-perintah penting bagi umat kristiani sepanjang masa, oleh karena itu juga bagi kita.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 1 November 2017 : HARI RAYA SEMUA ORANG KUDUS

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi dan selamat berpesta! Hari Raya Semua Orang Kudus adalah pesta "kita", bukan karena kita baik tetapi karena kekudusan Allah telah menjamah hidup kita. Orang-orang kudus bukanlah model yang sempurna, tetapi orang-orang yang diliputi oleh Allah. Kita bisa membandingkan mereka dengan jendela-jendela gereja, yang membiarkan cahaya masuk dalam berbagai nuansa warna. Orang-orang kudus adalah saudara dan saudari kita yang menerima terang Allah di dalam hati mereka dan meneruskannya ke dunia, masing-masing orang sesuai dengan "nuansa"-nya sendiri. Namun, mereka terang-terangan; mereka berjuang untuk menghilangkan noda dan kegelapan dosa, agar memiliki lewatnya terang Allah yang baik hati. Inilah tujuan hidup : memiliki lewatnya terang Allah, dan juga tujuan hidup kita.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 29 Oktober 2017 : TENTANG PERINTAH TERBESAR

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Liturgi hari Minggu ini menyajikan kepada kita sebuah perikop injili yang singkat namun sangat penting (bdk. Mat 22:34-40). Penginjil Matius menceritakan bahwa orang-orang Farisi berkumpul untuk mencobai Yesus. Salah seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, mengajukan kepada-Nya pertanyaan ini : "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" (ayat 36). Pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang berakal busuk karena di dalam Hukum Musa lebih dari enam ratus pasal disebutkan. Bagaimana kita bisa membedakan, di antara semua ini, perintah terbesar? Namun, Yesus tidak ragu-ragu dan menjawab : "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu". Dan Ia menambahkan : "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (ayat 37.39).

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 25 Oktober 2017 : TENTANG SURGA, TUJUAN PENGHARAPAN KITA

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Ini adalah katekese terakhir dengan tema pengharapan kristiani, yang telah menyertai kita sejak awal Tahun Liturgi ini. Dan saya akan mengakhiri berbicara tentang surga, sebagai akhir pengharapan kita.

"Firdaus" adalah salah satu kata terakhir yang diucapkan Yesus di kayu salib, yang ditujukan kepada penjahat yang baik. Marilah kita berhenti sejenak di tempat kejadian tersebut. Yesus tidak sendirian di kayu salib. Di sebelahnya, di sebelah kanan dan di sebelah kiri, ada dua pelaku kejahatan. Mungkin, melewati ketiga salib yang dipancangkan di Golgota itu, seseorang mendesah lega, berpikir bahwa akhirnya keadilan telah menempatkan orang-orang seperti ini sampai mati.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 22 Oktober 2017 : KEWAJIBAN KEPADA ALLAH DAN KEWAJIBAN KEPADA KAISAR

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Injil hari Minggu ini (Mat 22:15-21) memaparkan kepada kita sebuah temu muka baru antara Yesus dan lawan-lawan-Nya. Tema yang dibahas adalah penghormatan kepada Kaisar - sebuah pertanyaan "berduri", tentang absah atau tidaknya membayar pajak kepada Kekaisaran Romawi, yang menjajah Palestina pada zaman Yesus. Kedudukannya berbeda; maka pertanyaan yang ditujukan kepada-Nya oleh orang-orang Farisi : "Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?" (ayat 17) sebuah jebakan bagi Sang Guru. Sebenarnya, berdasarkan bagaimana Ia menjawab, Ia akan dipersalahkan karenanya atau melawan Romawi.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 18 Oktober 2017 : PENGHARAPAN KRISTIANI DALAM MENGHADAPI KEMATIAN

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Hari ini saya ingin membandingkan pengharapan kristiani dengan kenyataan kematian, sebuah kenyataan yang cenderung semakin terhapuskan oleh peradaban modern kita. Jadi, ketika kematian tiba, terhadap orang yang dekat dengan kita atau terhadap diri kita, kita mendapati diri kita tidak siap, bahkan kehilangan "abjad" yang sesuai untuk mengucapkan kata-kata bermakna tentang misteri itu, yang bagaimanapun juga tetap ada. Tetapi tanda-tanda pertama peradaban manusia dilalui sebenarnya melalui keadaan yang membingungkan ini. Kita dapat mengatakan bahwa manusia dilahirkan dengan kultus orang mati.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 11 Oktober 2017 : PENANTIAN YANG WASPADA

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Hari ini saya ingin merenungkan matra pengharapan yang sedang menanti dengan berjaga-jaga. Tema berjaga-jaga adalah tema dominan dan berulang dari Perjanjian Baru. Yesus berkhotbah kepada murid-murid-Nya: "Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala. Dan hendaklah kamu sama seperti orang-orang yang menanti-nantikan tuannya yang pulang dari perkawinan, supaya jika ia datang dan mengetok pintu, segera dibuka pintu baginya" (Luk 12:35-36). Pada saat yang mengikuti kebangkitan Yesus ini, yang di dalamnya saat-saat tenang bergantian berkelanjutan dengan saat-saat penderitaan lainnya, umat kristiani tidak pernah berbaring. Injil menganjurkan agar kita menjadi seperti hamba-hamba yang tidak pernah tidur, sementara tuan mereka belum kembali. Dunia ini menuntut tanggung jawab kita, dan kita memikulnya sepenuhnya dan dengan cinta. Yesus menginginkan keberadaan kita bersusah payah, sehingga kita tidak pernah mengecewakan sang penjaga, menerima dengan rasa syukur dan kekaguman setiap hari baru yang diberikan kepada kita oleh Tuhan. Setiap pagi adalah sebuah halaman kosong yang padanya umat kristiani mulai menulis perbuatan-perbuatan baik. Penebusan Yesus telah menyelamatkan kita; tetapi, sekarang kita sedang menantikan perwujudan penuh ketuhanan-Nya : ketika Allah akhirnya akan menjadi semua di dalam semua (bdk. 1 Kor 15:28). Tidak ada yang lebih pasti dalam iman umat kristiani daripada "pengangkatan" ini, pengangkatan dengan Tuhan ini, ketika Ia datang. Dan ketika hari ini tiba, kita umat kristiani ingin menjadi seperti hamba-hamba yang menghabiskan malam dengan pinggang mereka tetap berikat dan pelita mereka tetap menyala; perlunya bersiap untuk keselamatan yang akan datang, bersiap untuk pertemuan tersebut. Pernahkah kamu berpikir bagaimana perjumpaan dengan Yesus akan terjadi saat Ia datang? Tetapi, perjumpamaan tersebut akan menjadi sebuah pelukan, sebuah sukacita yang besar, sebuah sukacita yang luar biasa! Kita harus hidup dalam pengharapan akan perjumpaan ini!

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 8 Oktober 2017 : PERUMPAMAAN TENTANG PARA PENGGARAP KEBUN ANGGUR

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Liturgi hari Minggu ini menawarkan kita perumpamaan tentang para penggarap, kepada merekalah tuan tanah mempercayakan kebun anggur yang telah ia tanami dan kemudian pergi (bdk. Mat 21:33-43). Jadi kesetiaan para penggarap ini diuji : kebun anggur dipercayakan kepada mereka, yang harus menjaganya, membuatnya berbuah dan mengantarkan hasil panen kepada tuan tanah. Saat musim petik hampir tiba, tuan tanah mengutus hamba-hambanya untuk mengumpulkan buah. Namun, para penggarap mengambil sikap posesif : mereka tidak menganggap diri mereka para pengelola biasa, melainkan para pemilik, dan mereka menolak untuk memberikan hasil panen. Mereka menganiaya para hamba, sampai membunuh mereka. Tuan tanah bersabar dengan mereka : ia mengutus para hamba lainnya, lebih banyak daripada yang pertama; namun, hasilnya sama saja. Pada akhirnya, mengingat kesabarannya, ia memutuskan untuk mengutus putranya sendiri, tetapi para penggarap tersebut, para tahanan perilaku posesif mereka, juga membunuh sang putra, berpikir bahwa mereka akan memiliki warisan.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 4 Oktober 2017 : TENTANG MISIONARIS PENGHARAPAN SAAT INI

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Dalam katekese ini saya ingin berbicara mengenai tema "Misionaris Pengharapan Saat Ini". Saya dengan senang hati melakukannya pada awal bulan ini, yang dipersembahkan oleh Gereja terutama untuk misi, dan juga pada pesta Santo Fransiskus dari Asisi, yang merupakan seorang misionaris pengharapan yang luar biasa!

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 27 September 2017 : TENTANG SETERU PENGHARAPAN

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Saat ini kita sedang berbicara tentang pengharapan; tetapi, hari ini saya ingin merenungkan bersama kalian seteru pengharapan, karena pengharapan memiliki seteru, sebagaimana setiap kebaikan di dunia ini memiliki seteru.

Dan muncullah dongeng kuno kotak Pandora : pembukaan kotak tersebut memicu begitu banyak bencana bagi sejarah dunia. Tetapi, sedikit yang ingat bagian terakhir dari cerita tersebut, yang membuka celah terang : setelah semua kejahatan keluar dari mulut kotak, sebuah hadiah kecil-kecilan tampak membalas dendam dalam menghadapi semua kejahatan yang sedang tertumpah. Pandora, wanita yang menjaga kotak ini merasakan yang terakhir : orang-orang Yunani menyebutnya elpis, yang berarti pengharapan.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 24 September 2017 : PERUMPAMAAN TENTANG TUAN RUMAH YANG MEMANGGIL PARA PEKERJA UNTUK KEBUN ANGGURNYA

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Dalam perikop Injil hari ini (bdk. Mat 20:1-16) kita memiliki perumpamaan tentang para pekerja yang diminta bekerja harian, yang dikisahkan oleh Yesus untuk menyampaikan dua aspek Kerajaan Allah : aspek yang pertama, bahwa Allah ingin memanggil semua orang bekerja untuk Kerajaan-Nya; aspek yang kedua, bahwa pada akhirnya Ia ingin memberikan semua orang imbalan jasa yang sama, yaitu, keselamatan, kehidupan kekal.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 20 September 2017 : MENGAJARKAN BERHARAP

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Tema katekese hari ini adalah "Mengajarkan Berharap". Oleh karena itu saya akan menyampaikannya secara langsung dengan "kamu" [yang lazim di Italia], membayangkan bahwa saya sedang berbicara sebagai pendidik, sebagai ayah kepada seorang pemuda atau kepada siapapun orang yang terbuka untuk belajar.

Pikirkan: di sanalah, tempat Allah telah menanamkan kamu, pengharapan! - selalu berharap.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 17 September 2017 : TENTANG PENGAMPUNAN

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Perikop Injil hari Minggu ini (bdk. Mat 18:21-35) memberi kita sebuah pengajaran tentang pengampunan, yang tidak mengingkari orang memikul kesalahannya, tetapi mengakui bahwa manusia, yang diciptakan menurut gambar Allah, selalu lebih besar daripada kejahatan yang dilakukannya. Santo Petrus bertanya kepada Yesus : "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" (ayat 21). Bagi Petrus sudah nampak maksimal mengampuni orang yang sama sebanyak tujuh kali; dan mungkin bagi kita tampaknya banyak melakukannya dua kali. Tetapi Yesus menjawab : "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali" (ayat 22), yaitu selalu : kamu harus selalu mengampuni. Dan Ia menegaskannya dengan menceritakan perumpamaan tentang raja yang penuh belas kasih dan pelayan yang tak berbelas kasihan, yang di dalamnya Ia menunjukkan ketidakselarasan dalam diri orang yang pertama kali diampuni dan kemudian menolak untuk mengampuni tersebut.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 13 September 2017 : MARILAH KITA MENGAMBIL LANGKAH PERTAMA

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Sebagaimana kalian ketahui, dalam beberapa hari ini saya melakukan perjalanan apostolik ke Kolombia. Saya bersyukur kepada Tuhan dengan sepenuh hati atas anugerah besar ini; dan saya ingin mengulangi ucapan terima kasih saya kepada Presiden Republik Kolombia, yang telah menerima saya dengan sangat sopan santun, para uskup Kolombia, yang bekerja keras untuk mempersiapkan kunjungan ini, dan juga otoritas lainnya di negara tersebut, serta semua pihak yang bekerja sama dalam mewujudkan perjalanan ini. Dan terima kasih khusus tertuju kepada rakyat Kolombia yang menyambut saya dengan penuh kasih sayang dan penuh sukacita! Rakyat yang penuh sukacita, dengan banyak penderitaan, tetapi penuh sukacita; sebuah bangsa dengan penuh sukacita. Salah satu hal yang paling mengejutkan saya di semua kota, di antara orang banyak, ada para ayah dan ibu bersama anak-anak, yang mengangkat anak-anak mereka agar Paus memberkati mereka, tetapi juga dengan bangga, menunjukkan kepada anak-anak mereka seolah mengatakan, "Inilah kebanggaan kami! Inilah pengharapan kami". Saya memikirkan : sebuah bangsa yang mampu memiliki anak-anak dan menunjukkan anak-anak tersebut dengan bangga, sebagai pengharapan mereka; penduduk ini memiliki sebuah masa depan. Dan saya sangat menyukai hal ini.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN DI GEREJA DAN BIARA SANTO PETRUS CLAVER, CARTAGENA DE INDIAS (KOLOMBIA) 10 September 2017

Saudara dan saudari terkasih,
Sesaat sebelum memasuki gereja ini tempat relikui Santo Petrus Claver tersimpan, saya memberkati batu pertama dari dua lembaga yang akan melayani orang-orang yang paling membutuhkan, dan saya mengunjungi rumah Nyonya Lorenza, yang setiap hari menyambut banyak saudara dan saudara kita, menawarkan mereka makanan dan kasih sayang. Kunjungan ini telah membuat saya sangat baik karena mereka menunjukkan bagaimana kasih Allah terlihat setiap hari.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 3 September 2017 : TENTANG KEBUTUHAN MEMIKUL SALIB

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Perikop Injil hari ini (bdk. Mat 16:21-27) adalah kelanjutan perikop Injil hari Minggu yang lalu, yang menyoroti pengakuan iman Petrus, "batu karang" yang di atasnya Yesus ingin mendirikan Gereja-Nya. Hari ini, dengan pertentangan yang mencolok mata, Matius menunjukkan kepada kita reaksi Petrus yang sama ketika Yesus menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia akan menderita di Yerusalem, dibunuh dan dibangkitkan (bdk. ayat 21). Petrus menarik Yesus ke samping dan menegur Dia karena hal ini - ia mengatakan kepada-Nya - tidak dapat terjadi pada-Nya, pada Kristus. Tetapi, Yesus pada gilirannya memarahi Petrus dengan kata-kata keras : "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia" (ayat 23). Beberapa saat sebelumnya, Sang Rasul diberkati oleh Bapa, karena ia telah menerima daripada-Nya pewahyuan itu, ia adalah sebuah "batu karang" yang kokoh yang di atasnya Yesus dapat mendirikan jemaat-Nya, dan segera setelah itu, ia menjadi sebuah rintangan, sebuah batu karang yang di atasnya bukan untuk mendirikan tetapi sebuah batu sandungan di jalan Mesias. Yesus tahu betul bahwa Petrus dan para rasul lainnya masih memiliki sebuah jalan yang panjang untuk menjadi para rasul-Nya!

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 30 Agustus 2017 : TENTANG KENANGAN, PENGHARAPAN DAN PANGGILAN

Hari ini saya ingin kembali ke pokok bahasan yang sangat penting: hubungan antara pengharapan dan kenangan, dengan mengacu khususnya kepada kenangan akan panggilan. Dan saya mengambil sebagai contoh panggilan Yesus kepada murid-murid pertama. Pengalaman ini tetap terekam dalam ingatan mereka, yang mana salah seorang dari mereka bahkan mencatat jamnya : "waktu itu kira-kira pukul empat" (Yoh 1:39). Penginjil Yohanes menceritakan ulang episode tersebut sebagai sebuah kenangan masa muda yang jelas, yang tetap utuh dalam kenangannya sebagai seorang tua, karena Yohanes menuliskan hal-hal ini saat ia sudah lanjut usia.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 27 Agustus 2017 : TENTANG PENGAKUAN IMAN KEPADA KRISTUS, PUTRA ALLAH

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Injil hari Minggu ini (Mat 16:13-20) membawa kita kembali ke perikop kunci dalam perjalanan Yesus bersama murid-murid-Nya : saat di mana Ia ingin menguji titik yang telah dicapai oleh iman mereka kepada-Nya. Pertama, Ia ingin tahu apa pendapat orang tentang Dia; dan orang-orang berpikir bahwa Yesus adalah seorang nabi, sesuatu yang benar, tetapi itu tidak memahami inti pokok Pribadi-Nya, itu tidak memahami inti pokok perutusan-Nya. Kemudian Ia mengajukan kepada murid-murid-Nya pertanyaan yang paling banyak ada di hati-Nya, yaitu Ia langsung bertanya kepada mereka : "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" (ayat 15). Dengan "tetapi" itu dengan tegas Yesus memisahkan para rasul dari orang banyak, seolah-olah mengatakan : Tetapi kamu, yang bersama-Ku setiap hari dan mengenal-Ku dari dekat, apa lagi yang telah kamu baca? Sang Guru mengharapkan, dari murid-murid-Nya sendiri, sebuah jawaban yang luhur dan berbeda dari jawaban orang banyak. Dan, pada kenyataannya, jawaban semacam itu justru muncul dari hati Simon, yang disebut Petrus : "Engkau adalah Mesias, Putra Allah yang hidup!" (ayat 16). Simon Petrus mengucapkan kata-kata yang lebih besar dari dirinya, kata-kata yang tidak berasal dari kemampuan alamiah dirinya. Mungkin ia tidak belajar di sekolah dasar, dan ia bisa mengatakan kata-kata ini, yang lebih kuat dari dirinya! Tetapi, kata-kata tersebut diilhami oleh Bapa surgawi (bdk. ayat 17), yang mengungkapkan kepada Sang Rasul pertama Kelompok Dua Belas jatidiri Yesus yang sesungguhnya : Dialah Mesias, Sang Putra yang diutus oleh Allah untuk menyelamatkan umat manusia. Dari jawaban ini, Yesus mengerti bahwa, berkat iman yang diberikan oleh Bapa, ada sebuah landasan yang kokoh yang di atasnya Ia dapat membangun jemaat-Nya, Gereja-Nya. Oleh karena itu, Ia berkata kepada Simon : "Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku" (ayat 18).

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 23 Agustus 2017 : PENGHARAPAN KRISTIAN ADALAH SAMBUTAN SURGAWI ALLAH

Ia yang duduk di atas takhta itu berkata: "Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!" Dan firman-Nya: "Tuliskanlah, karena segala perkataan ini adalah tepat dan benar". Firman-Nya lagi kepadaku: "Semuanya telah terjadi. Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan. Barangsiapa menang, ia akan memperoleh semuanya ini, dan Aku akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi anak-Ku (Why 21:5-7)

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Kita mendengarkan Sabda Allah dalam Kitab Wahyu, dan Sabda tersebut mengatakan demikian : "Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!" (21:5). Pengharapan kristiani berlandaskan iman kepada Allah, yang selalu menciptakan hal-hal baru dalam kehidupan manusia, Ia menciptakan hal-hal baru dalam sejarah dan Ia menciptakan hal-hal baru dalam alam semesta. Allah kita adalah Allah yang menciptakan hal-hal baru, karena Ia adalah Allah kejutan-kejutan.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 20 Agustus 2017 : TENTANG KEBUTUHAN AKAN IMAN YANG TAK TERGOYAHKAN

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Injil hari ini (Mat 15:21-28) memaparkan kepada kita sebuah teladan iman yang luar biasa dalam pertemuan Yesus dengan seorang perempuan Kanaan, seorang asing bagi orang-orang Yahudi. Adegan itu terbentang ketika Ia dalam perjalanan ke kota Tirus dan Sidon, sebelah barat laut Galilea : di sanalah perempuan tersebut memohon kepada Yesus untuk menyembuhkan putrinya yang, menurut Injil, "kerasukan setan dan sangat menderita" (ayat 22). Awalnya Tuhan nampaknya tidak mendengarkan teriakan kesedihan ini, sedemikian rupa sehingga membangkitkan campur tangan para murid, yang menengahi dia. Kebersikukuhan Yesus yang terang-terang tersebut tidak mengecilkan hati ibu ini, yang bersikeras pada permintaannya.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 15 Agustus 2017 : TENTANG HARI RAYA SANTA PERAWAN MARIA DIANGKAT KE SURGA

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Hari ini, Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat Ke Surga, Injil memaparkan kepada kita perempuan muda Nazaret yang, setelah menerima pemberitahuan Malaikat, bergegas mendekati Elisabet, pada bulan-bulan terakhir kehamilannya yang ajaib. Sesampainya di rumahnya, Maria menerima dari mulutnya kata-kata yang keluar yang membentuk doa "Salam Maria" : "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu" (Luk 1:42). Sesungguhnya, karunia terbesar yang dibawa Maria bagi Elisabet - dan bagi seluruh dunia - adalah Yesus, yang sekarang hidup di dalam dirinya; serta hidup tidak hanya oleh iman dan pengharapan, seperti dalam begitu banyak perempuan Perjanjian Lama : Yesus mengambil rupa daging manusia dari Perawan Maria untuk perutusan keselamatan-Nya.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 13 Agustus 2017 : TENTANG PENTINGNYA IMAN YANG KOKOH

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Hari ini perikop Injil (Mat 14:22-33) memaparkan kisah Yesus yang, setelah berdoa sepanjang malam di pantai Danau Galilea, berangkat menuju perahu murid-murid-Nya dengan berjalan di atas air. Perahu itu berada di tengah danau, terhalang angin kencang yang dahsyat. Ketika mereka melihat Yesus berjalan di atas air, para murid mengira Ia adalah seorang hantu dan menjadi takut. Tetapi Ia meyakinkan mereka : "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" (ayat 27). Petrus, dengan keberaniannya seperti biasa, berkata kepada-Nya : "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air" : dan Yesus memanggilnya : "Datanglah!" (ayat 28-29). Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air menuju Yesus; tetapi, karena angin tersebut, ia takut dan mulai tenggelam. Kemudian ia berteriak : "Tuhan, tolonglah aku!". Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia (ayat 30-31).