Liturgical Calendar

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 28 Oktober 2018

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi! Tetapi sepertinya pagi tidak begitu bagus! [Hujan dan berangin].

Pagi ini, di Basilika Santo Petrus, kita merayakan Misa Penutupan Sidang Sinode Para Uskup yang didedikasikan untuk kaum muda. Bacaan Pertama (Yer 31:7-9) sangat selaras dengan saat ini karena merupakah sebuah kata harapan, yang diberikan Allah kepada umat-Nya. Sebuah kata penghiburan, yang berlandaskan pada kenyataan bahwa Allah adalah Bapa bagi umat-Nya; Ia mengasihi mereka dan memperhatikan mereka sebagai anak-anak-Nya (bdk. ayat 9); Ia membuka di hadapan mereka cakrawala masa depan, jalan yang mudah dilalui, yang mudah dilaksanakan, yang padanya "orang buta dan lumpuh, ada perempuan yang mengandung bersama-sama dengan perhimpunan yang melahirkan" (ayat 8) yaitu, orang-orang dalam kesulitan, akan dapat berjalan - karena harapan Allah bukanlah khayalan belaka, seperti beberapa iklan, di mana semuanya sehat dan indah, tetapi harapan Allah adalah sebuah janji bagi umat yang sesungguhnya, dengan titik-titik baik dan titik-titik buruk, memiliki kesanggupan dan kerapuhan, seperti kita semua : harapan Allah adalah sebuah janji bagi umat seperti kita.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 24 Oktober 2018 : TENTANG PERINTAH KEENAM (JANGAN BERZINAH)

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Dalam perjalanan katekese kita tentang Dasa Firman hari ini kita tiba pada Perintah Keenam, yang harus dilaksanakan dengan segi suasana hati dan seksual, serta menyatakan : "Jangan berzinah". Panggilan dalam waktu dekat adalah terhadap ketaatan serta, pada kenyataannya, tidak ada hubungan manusiawi yang bersifat otentik tanpa ketaatan dan kesetiaan.

Kita tidak dapat mengasihi selama cinta itu "tidak menyusahkan"; cinta mewujudkan dirinya tepatnya di luar ambang kepentingan diri sendiri, ketika semuanya diberikan tanpa syarat. Sebagaimana ditegaskan oleh Katekismus Gereja Katolik : “Cinta itu sifatnya pasti. Ia tidak bisa berlaku hanya untuk sementara" (no. 1646). Ketaatan merupakan ciri khas hubungan manusiawi yang bebas, dewasa dan bertanggung jawab. Seorang sahabat juga menunjukkan dirinya secara otentik ketika ia tetap seperti itu, terlepas dari kemungkinan apapun yang terjadi; jika tidak ia bukanlah seorang sahabat. Kristus mengungkapkan cinta yang autentik, Dialah yang hidup dalam kasih Bapa yang tak terbatas, dan dengan rekam jejak ini Ia adalah Sahabat yang setia yang menyambut kita bahkan ketika kita melakukan kesalahan dan selalu menginginkan kebaikan kita, bahkan ketika kita tidak layak mendapatkannya.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 21 Oktober 2018 : PELAYANAN ADALAH OBAT PENAWAR BAGI PARA PENCARI KEMULIAAN

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Perikop Injil hari ini (bdk. Mrk 10:35-45) menggambarkan Yesus yang, sekali lagi dan dengan penuh kesabaran, mencoba untuk membetulkan murid-murid-Nya dengan mengubah mentalitas duniawi mereka menjadi mentalitas Allah. Kesempatan diberikan kepada-Nya oleh dua bersaudara Yakobus dan Yohanes, dua orang yang pertama kali sungguh bertemu Yesus dan dipanggil untuk mengikuti-Nya. Saat ini mereka telah menempuh perjalanan panjang bersama-Nya dan termasuk dalam kelompok kedua belas Rasul. Oleh karena itu, ketika mereka sedang dalam perjalanan ke Yerusalem, di mana para murid dengan cemas berharap agar Yesus, pada kesempatan Paskah, akhirnya akan mendirikan Kerajaan Allah, kedua bersaudara itu memberanikan diri, mendekati dan menyampaikan permintaan mereka kepada Sang Guru : "Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu" (ayat 37).

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 17 Oktober 2018 : TENTANG PERINTAH JANGAN MEMBUNUH (BAGIAN 2)

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Hari ini saya ingin melanjutkan katekese tentang perintah kelima dari Dasa Firman, “Jangan membunuh". Kita sudah menekankan bagaimana Perintah ini mengungkapkan bahwa di mata Allah kehidupan manusia itu berharga, sakral dan tak bisa diganggu gugat. Tidak ada seorangpun yang bisa menghina kehidupan orang lain atau kehidupan kita sendiri. Manusia, pada kenyataannya, menyandang citra Allah di dalam dirinya dan merupakan sasaran dari kasih-Nya yang tak terbatas, apa pun keadaannya, yang di dalamnya ia dipanggil untuk berada.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 10 Oktober 2018 : TENTANG PERINTAH JANGAN MEMBUNUH

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Katekese hari ini didedikasikan untuk Perintah Kelima : Jangan membunuh. Perintah kelima adalah jangan membunuh. Kita sekarang berada di bagian kedua dari Dasa Firman, yang menyangkut hubungan dengan sesama manusia. Dan Perintah ini, dengan rumusan yang ringkas dan mutlak, berdiri sebagai dinding pertahanan nilai dasariah dalam hubungan manusia. Dan apa nilai dasar dalam hubungan manusia tersebut? Nilai kehidupan.[1] Oleh karena itu, jangan membunuh.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 7 Oktober 2018 : PERKAWINAN YANG TAK TERCERAIKAN ADALAH MAKSUD AWAL SANG PENCIPTA

Saudara-saudari terkasih, selamat pagi!

Injil hari Minggu ini (bdk. Mrk 10:2-16) menyajikan kepada kita perkataan Yesus tentang perkawinan. Kisah ini dibuka dengan pancingan orang-orang Farisi yang menanyakan kepada Yesus apakah sah menurut hukum seorang laki-laki menceraikan istrinya sebagaimana ditetapkan oleh hukum Musa (bdk. ayat 2-4). Dengan kebijaksanaan dan kewenangan yang berasal dari Bapa-Nya, Yesus, pertama-tama, mengkaji ulang anjuran Musa yang mengatakan : “Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa - yakni sang pemberi hukum terdahulu - menuliskan perintah ini untuk kamu” (ayat 5). Anjuran tersebut, yaitu, sebuah kelonggaran yang berfungsi untuk menutupi kegagalan egoisme kita, tetapi tidak sesuai dengan maksud asli Sang Pencipta.