Liturgical Calendar

SAKRAMENTALI

Sakramentali ialah tanda-tanda suci, yang memiliki kemiripan dengan sakramen-sakramen dan menandakan kurnia-kurnia, terutama yang bersifat rohani, dan yang diperoleh berkat doa permohonan Gereja (bdk SC 60). Istilah sakramentali muncul pada abad XII (pada tulisan Petrus Lombardus), bersamaan dengan pembakuan istilah sakramen bagi ketujuh ritus Gereja.

Sakramentali Terarah dan Bersumber pada Sakramen
Sakramentali sebagai tanda suci berhubungan erat dengan sakramen. Konstitusi Liturgi menyatakan bahwa sakramentali memiliki kemiripan dengan sakramen. Sakramentali dalam arti tertentu menghadirkan perayaan sakramen Gereja. Perayaan sakramentali adalah perayaan kerinduan akan sakramen dan perayaan yang diarahkan kepada perayaan sakramen. Perayaan sakramentali dapat mengantar dan mempersiapkan orang beriman kepada sakramen-sakramen Gereja. Dengan sakramentali, misteri yang dirayakan dalam sakramen semakin diperjelas dan disposisi umat bagi penerimaan sakramen dipersiapkan secara optimal. Hal ini tampak pada berbagai upacara sakramentali. Pemberkatan air suci, pemberkatan dengan tanda salib pada dahi anak-anak atau katekumen merupakan upacara dalam rangka menuju atau mengenangkan sakramen baptis; pemberkatan roti, buah atau doa sebelum dan sesudah makan berhubungan dengan sakramen Ekaristi; berbagai doa untuk orang sakit merupakan kerinduan dan perwujudan sakramen pengurapan orang sakit; upacara pertunangan merupakan perayaan kerinduan akan sakramen perkawinan; upacara tobat terarah pada sakramen tobat.

Sakramentali sebagai Doa Permohonan Gereja
Sakramentali dibedakan dengan sakramen menurut daya guna atau akibat sakramentalnya. Daya guna sakramen terjadi secara ex opere operate (berkat tindakan yang dilakukan oleh Kristus). Artinya, sakramen pertama-tama tindakan Kristus. Dalam sakramen, Kristuslah yang melayani dan menguduskan si penerima. Jadi, dengan istilah ex opere operate ini mau ditekankan bahwa sakramen merupakan karya Allah dan bukan usaha manusia. Karya Allah ini tidak bersangkut paut dengan keadaaan moral si pelayan. Lepas dari disposisi dan keadaan si pelayan manusia, sakramen tetap berlangsung dan berdaya guna. Misalnya, meskipun imam yang memimpin misa itu berdosa, tetapi Perayaan Ekaristi yang dirayakan tetap sah dan di sana benar-benar terjadi Tubuh dan Darah Kristus karena Kristuslah yang berkarya.

Berbeda dengan sakramen, daya guna sakramentali terjadi secara ex opere operantis (berkat tindakan manusia yang mengerjakan). Itu berarti sakramentali pertama-tama karya, tindakan dan usaha manusia, yaitu Gereja. Sakramentali adalah doa permohonan Gereja agar Allah memberkati dan menguduskan orang atau benda itu. Kalau dalam sakramen rahmat pengudusan terjadi secara tidak tergantung pada disposisi dan usaha si pelayan manusia, dalam sakramentali pemberkatan dan pengudusan itu terjadi sejauh itu dimohonkan oleh Gereja.

Sakramentali dipahami Gereja tidak secara magis, bahwa seolah-olah sesudah orang atau barang itu diberkati, maka orang atau barang itu menjadi sakti. Dengan ungkapan sakramentali sebagai "doa permohonan Gereja" itu, mau dinyatakan bahwa orang atau barang yang diberkati oleh Allah melalui doa permohonan Gereja kini memiliki arah dan nilai baru yang terarahkan kepada Allah Sang Pencipta dan Penebus.

Pelayan Sakramentali
Pelayan sakramentali tidak harus seorang klerus atau orang tertahbis, tetapi dapat juga awam. Pelayan awam dalam upacara sakramentali dimungkinkan atas dasar imamat umum yang diperolehnya dalam sakramen baptis dan krisma. Lain halnya dengan sakramen, pelayan sakramen (kecuali baptisan darurat) adalah pimpinan jemaat yang resmi, yaitu uskup, imam, diakon, sebab dalam sakramen ditampakkan dan dilaksanakan hakikat dan diri Gereja sendiri.

Struktur Pokok Upacara Sakramentali
Struktur dasar upacara pemberkatan dan sakramentali terdiri atas dua unsur pokok yang harus selalu ada, yaitu anamnese dan epiklese. Struktur anamnesis memberi dasar seluruh perayaan, yaitu kenangan akan karya keselamatan Allah dalam Kristus. Kenangan itu merangkum pujian dan syukur. Sedangkan, struktur epiklesis memberi orientasi doa permohonan Gereja, yakni doa seruan akan kedatangan Roh Kudus agar Roh Kudus memberkati dan menguduskan orang atau barang itu. Justru dengan struktur epiklesis perayaan liturgi dan sakramentali dijamin dari penyelewengan praktek magis.

Ada beraneka ragam jenis sakrarnentali. Misalnya pentahbisan abas, segala macam ibadat berkat, pengusiran setan, prosesi, berbagai ibadat dan doa.