1. Dari Paragraf 4 : "Terang iman adalah unik, karena mampu menerangi setiap aspek keberadaan manusia. Terang yang kuat ini tidak bisa datang dari diri kita sendiri tetapi dari sumber yang lebih primordial: dalam sebuah sabda, itu harus datang dari Allah. Iman lahir dari suatu perjumpaan dengan Allah yang hidup yang memanggil kita dan mengungkapkan kasih-Nya, suatu kasih yang mendahului kita dan yang di atasnya kita dapat bersandar untuk keamanan dan untuk membangun kehidupan kita. Diubah oleh kasih ini, kita memperoleh daya pandang yang menyegarkan, mata baru untuk memandang; kita menyadari bahwa itu berisi suatu janji agung penggenapan, dan maka daya pandang masa depan terbuka di hadapan kita".
2. Dari Paragraf 16: "Bila seseorang
memberikan nyawa bagi sahabat-sahabatnya adalah bukti teragung dari kasih (bdk.
Yoh 15:13), Yesus memberikan nyawa-Nya sendiri bagi semua orang, bahkan bagi
musuh-musuh-Nya, untuk mengubah hati mereka. Hal ini menjelaskan mengapa para penginjil
dapat melihat saat penyaliban Kristus sebagai puncak tatapan iman; pada saat
itu kedalaman dan keluasan kasih Allah tampak bersinar".
3. Dari Paragraf 18: "Di
banyak daerah dalam hidup kita kita mempercayai orang lain yang mengetahui
lebih banyak dari yang kita ketahui. Kita mempercayai arsitek yang membangun
rumah kita, apoteker yang memberikan kita obat untuk penyembuhan, pengacara
yang membela kita di pengadilan. Kita juga perlu seseorang yang bisa dipercaya
dan berpengetahuan sehubungan dengan Allah. Yesus, Putra Allah, adalah pribadi
yang membuat Allah dikenalkan kepada kita (bdk. Yoh 1:18). Kehidupan Kristus,
cara-Nya mengetahui Bapa dan hidup dalam hubungan penuh dan terus-menerus
dengan Dia, membuka pandangan baru dan mengundang bagi pengalaman manusia".
4. Dari Paragraf 25: "Dalam
budaya kontemporer, kita sering cenderung untuk mempertimbangkan satu-satunya
kebenaran nyata yaitu teknologi : kebenaran adalah apa yang membuat kita berhasil
dalam pembangunan dan ukuran berdasarkan kepandaian ilmu pengetahuan kita,
kebenaran adalah apa yang mengerjakan dan apa yang membuat hidup lebih mudah
dan lebih nyaman. Dewasa ini hal tersebut muncul sebagai satu-satunya kebenaran
yang pasti, satu-satunya kebenaran yang bisa dibagikan, satu-satunya kebenaran
yang dapat berfungsi sebagai dasar untuk diskusi atau untuk perbuatan umum.
Namun di ujung lain dari timbangan tersebut kita sedang berkehendak untuk
memungkinkan kebenaran subjektif secara perorangan, yang terdiri dalam ketaatan
kepada pendiriannya yang terdalam, namun ini adalah kebenaran yang hanya
berlaku untuk perorangan tersebut dan tidak mampu untuk ditawarkan kepada orang
lain dalam upaya untuk melayani kebaikan umum. Tetapi Kebenaran itu sendiri,
kebenaran yang secara menyeluruh akan menjelaskan kehidupan kita sebagai perorangan
dan dalam masyarakat, dipandang dengan prasangka".
5. Dari Paragraf 26: "Iman
mengubah seluruh pribadi justru kepada taraf sehingga ia menjadi terbuka akan
kasih. Melalui perpaduan iman dan kasih ini kita datang untuk melihat jenis
pengetahuan di mana iman diperlukan, kekuatannya meyakinkan dan kemampuannya menerangi
langkah kita. Iman memahami karena dipertalikan kepada kasih, karena kasih itu
sendiri membawa pencerahan. Pemahaman iman lahir ketika kita menerima kasih
Allah yang sangat besar yang mengubah kita dalam batin dan memampukan kita
untuk melihat kenyataan dengan mata baru".
6. Dari Paragraf 46: "Sepuluh
Perintah Allah bukanlah seperangkat perintah negatif, tetapi arah nyata bagi pemunculan
dari padang gurun keegoisan dan ketertutupan cinta diri untuk masuk ke dalam
dialog dengan Allah, dipeluk oleh rahmat-Nya dan kemudian membawa rahmat itu
bagi orang lain. Dengan demikian iman mengakui kasih Allah, asal dan penegak
segala hal, dan memungkinkan dirinya dipandu oleh kasih ini dalam rangka
perjalanan menuju kepenuhan persekutuan dengan Allah. Sepuluh Perintah Allah
muncul sebagai jalan syukur, tanggapan akan kasih, dimungkinkan karena dalam
iman kita menjadi cepat mengerti terhadap pengalaman pengubahan kasih Allah
bagi kita".
7. Dari Paragraf 52:
"Pengaturan pertama yang di dalamnya iman menerangi kota manusia adalah
keluarga. Saya memikirkan pertama-tama dan terutama persatuan teguh pria dan
wanita dalam perkawinan. Persatuan ini lahir dari kasih mereka, sebagai tanda
dan kehadiran kasih Allah sendiri, serta pengakuan dan penerimaan kebaikan perbedaan jenis
kelamin, di mana pasangan bisa menjadi satu daging (bdk. Kej 2:24) dan
dimampukan untuk melahirkan kehidupan baru, suatu pengejawantahan kebaikan,
kebijaksanaan dan rencana penuh kasih Sang Pencipta".
8. Dari Paragraf 57: "Iman
bukanlah terang yang menguraikan seluruh kegelapan kita, tetapi sebuah lampu
yang menuntun langkah kita di malam hari dan memadai untuk perjalanan. Bagi
mereka yang menderita, Allah tidak memberikan argumentasi yang menjelaskan
semuanya; sebaliknya, tanggapan-Nya yaitu suatu kehadiran yang menyertai, suatu
sejarah kebaikan yang menyentuh setiap kisah penderitaan dan menyingkapkan
suatu cahaya terang. Dalam Kristus, Allah sendiri ingin berbagi jalan ini
dengan kita dan menawarkan kita tatapan-Nya sehingga kita dapat melihat terang
di dalamnya. Kristus adalah pribadi yang, telah mengalami penderitaan, adalah
"pembuka jalan dan penyempurna iman kita" (Ibr 12:2)."
Sumber : Radio Vatikan
Sumber : Radio Vatikan