Liturgical Calendar

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 10 November 2013 : HIDUP DALAM KEKEKALAN

Saudara dan saudari terkasih, halo!

Injil hari Minggu ini (Luk 20:27-38) menyajikan kita Yesus berdebat dengan orang-orang Saduki, yang menyangkal kebangkitan. Dan justru pada pokok pembicaraan ini bahwa mereka mengajukan sebuah pertanyaan kepada Yesus untuk memberi-Nya kesulitan dan mengolok-olok iman tentang kebangkitan orang mati. Mereka mengajukan sebuah keadaan  pengandaian : "Seorang perempuan memiliki tujuh suami, yang meninggal satu demi satu", dan mereka bertanya kepada Yesus : "Siapakah yang akan menjadi suami perempuan itu setelah kematiannya?". Yesus, yang selalu lemah lembut dan sabar, pertama-tama menjawab bahwa kehidupan setelah kematian tidak memiliki patokan yang sama seperti kehidupan di bumi. Kehidupan kekal adalah kehidupan yang lain, dalam dimensi lain, di mana, antara lain, tidak akan ada pernikahan, yang terkait dengan keberadaan kita di dunia ini. Orang yang dibangkitkan, Yesus berkata, akan menjadi seperti malaikat, dan mereka akan hidup dalam keadaan yang berbeda yang tidak bisa kita alami atau bayangkan sekarang. Dan inilah bagaimana Yesus menjelaskan hal-hal tersebut.

Tetapi kemudian Yesus, boleh dikatakan demikian, meluncurkan serangan balasan. Dan Ia melakukan hal ini dengan mengutip Kitab Suci dengan sebuah kesederhanaan dan keaslian yang memenuhi kita dengan kekaguman pada Guru kita, Guru satu-satunya! Yesus menemukan bukti kebangkitan dalam perikop tentang Musa dan semak yang terbakar (Kel 3:1-6), di mana Allah menyatakan diri-Nya sebagai Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Nama Allah terhubung kepada laki-laki dan perempuan yang kepadanya Ia mengikatkan diri-Nya, dan ikatan ini lebih kuat daripada kematian. Dan kita juga dapat mengatakan hubungan Allah dengan kita, dengan kita masing-masing : Ia adalah Allah kita! Ia adalah Allah kita masing-masing! Seolah-olah Ia menyandang nama kita. Mengatakannya menyenangkan Dia, dan inilah perjanjian. Inilah sebabnya mengapa Yesus berkata : "Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup" (Luk 20:38). Dan ini adalah ikatan yang menentukan, perjanjian dasariah, perjanjian dengan Yesus : Ia sendiri adalah Perjanjian, Ia sendiri adalah Kehidupan dan Kebangkitan karena, dengan kasih-Nya yang disalibkan, Ia mengatasi kematian. Dalam Yesus, Allah memberikan kita hidup yang kekal, Ia memberikannya kepada setiap orang, dan bersyukur kepada-Nya setiap orang memiliki pengharapan akan sebuah kehidupan masih lebih hakiki daripada yang satu ini. Kehidupan yang dipersiapkan Allah bagi kita bukan sekedar sebuah hiasan kehidupan saat ini : itu melampaui daya khayal kita, karena Allah terus membangkitkan ketakjuban dalam diri kita dengan kasih-Nya dan dengan rahmat-Nya.

Maka, apa yang akan terjadi justru sebaliknya dari apa yang diharapkan orang-orang Saduki. Ini bukanlah kehidupan yang menerangi kekekalan, kehidupan yang lain, yang menanti kita, tetapi kekekalan – kehidupan itu - yang menerangi dan memberikan harapan bagi kehidupan duniawi kita masing-masing! Jika kita melihat segala sesuatu hanya dengan mata manusia, kita dibawa untuk mengatakan bahwa perjalanan manusia berjalan dari kehidupan hingga kematian. Hal ini jelas! Tetapi hal ini hanya terjadi jika kita melihat segala sesuatu dengan mata manusia. Yesus mempertahankan pandangan ini hanya di kepala saja dan mengatakan bahwa peziarahan kita berjalan dari kematian menuju kehidupan : menuju kepenuhan hidup! Kita berada pada sebuah perjalanan, pada peziarahan menuju kepenuhan kehidupan, dan kehidupan itulah yang menerangi kita pada perjalanan kita! Maka, kematian berada di belakang kita, di punggung kita, bukan di depan kita. Di hadapan kita ada Allah yang hidup, Allah perjanjian, Allah yang menyandang nama saya, nama kita, ketika Ia berkata : "Akulah Allah Abraham, Ishak dan Yakub", juga Allah dengan nama saya, dengan nama Anda, dengan nama Anda..., dengan nama kita. Allah orang-orang hidup! ... Di hadapan kita adalah kekalahan akhir dari dosa dan kematian, permulaan saat baru sukacita dan terang tanpa akhir. Tetapi sudah di bumi ini, dalam doa, dalam Sakramen-sakramen, dalam persaudaraan, kita bertemu Yesus dan kasih-Nya, dan dengan cara ini kita dapat memiliki sebuah rasa pendahuluan hidup yang dibangkitkan. Pengalaman kita akan kasih-Nya dan kesetiaan-Nya menyalakan api dalam hati kita dan meningkatkan iman kita akan kebangkitan. Pada kenyataannya, jika Allah setia dan mengasihi, itu tidak dapat untuk waktu yang terbatas : kesetiaan itu kekal, tidak dapat berubah. Kasih Allah itu kekal, tidak dapat berubah! Itu bukan untuk waktu yang terbatas : selamanya! Dan majulah! Ia setia selamanya dan Ia menanti kita, kita masing-masing, Ia menyertai kita masing-masing dengan kesetiaan kekal ini.

[Setelah pendarasan Doa Malaikat Tuhan, Bapa Suci menyapa mereka yang hadir di Lapangan Santo Petrus]
Hari ini di Paderborn, Jerman, Maria Theresia Bonzel akan dinyatakan sebagai Beata. Pendiri Suster-suster Fransiskan dari Adorasi Abadi, ia hidup pada abad ke-19. Ekaristi adalah sumber yang darinya ia menarik energi rohani untuk mengabdikan dirinya dengan amal yang tak kenal lelah bagi orang-orang yang paling lemah. Mari kita memuji Tuhan untuk kesaksiannya!

Saya ingin kembali meyakinkan rakyat Filipina dan wilayah itu, yang telah dilanda topan besar, akan kedekatan saya kepada mereka. Sayangnya, ada banyak korban dan kerusakan besar. Mari kita berdoa sejenak dalam keheningan dan kemudian kepada Bunda Maria bagi saudara dan saudari kita dan marilah kita mencoba juga untuk membantu mereka secara nyata. Mari kita berdoa dalam keheningan. [Dan kemudian setelah jeda sejenak] Salam Maria ...

Hari ini adalah peringatan ke-75 dari yang disebut "Kristallnacht", malam kekerasan terhadap orang-orang Yahudi, sinagoga, rumah dan tempat usaha mereka [di Jerman dan Austria] 9-10 November 1938. Ini menandai sebuah langkah menyedihkan terhadap tragedi Shoah tersebut. Mari kita memperbaharui kedekatan dan solidaritas dengan orang-orang Yahudi, saudara-saudara besar kita. Dan kita berdoa kepada Allah agar ingatan masa lalu, ingatan dosa masa lalu membantu kita untuk semakin waspada terhadap setiap bentuk kebencian dan intoleransi.

Hari Minggu ini di Italia Hari Thanksgiving dirayakan. Saya menggabungkan suara saya kepada Thanksgiving para uskup, mengungkapkan kedekatan saya kepada dunia pertanian, khususnya kepada orang-orang muda yang telah memilih untuk mengusahakan tanah. Saya mendorong mereka yang bekerja untuk memastikan bahwa tidak seorang pun yang bekerja tanpa makanan yang menyehatkan dan memadai.

Saya menyapa semua peziarah yang datang dari berbagai negara, keluarga-keluarga, kelompok-kelompok paroki, lembaga-lembaga, khususnya saya menyapa umat dari keuskupan Liguria, yang disertai oleh Kardinal Bagnasco dan oleh para uskup lainnya dari wilayah tersebut.

Saya menyapa Istituto Secolare Operaie Parrocchiali, Centro Romano Académico Fundación, umat dari Amerika Serikat dan dari Tahiti, bersama dengan orang-orang dari Riccione, Avezzano, Torino, Bertonico e Celano. Pikiran khusus tertuju kepada orang-orang muda dari Masyarakat Misionaris Kepausan, orang-orang muda dari Pescara dan Monte San Savino serta Palang Hijau dari Alessandria.

Saya mengharapkan setiap orang hari Minggu yang baik. Sampai jumpa dan selamat makan siang!