Liturgical Calendar

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 2 Februari 2014 : TENTANG PESTA YESUS DIPERSEMBAHKAN DI KENISAH

Saudara dan saudari terkasih, halo!
Hari ini kita merayakan pesta Yesus dipersembahkan di kenisah. Hari ini juga merupakan Hari Hidup Bakti, yang mengingatkan pentingnya bagi Gereja mereka yang telah menerima panggilan untuk mengikuti Yesus secara dekat sepanjang jalan nasehat-nasehat Injil. Injil hari ini (Luk 2:22-32) memberikan sebuah laporan bagaimana Maria dan Yusuf membawa Yesus ke Bait Allah 40 hari setelah kelahiran-Nya untuk mempersembahkan dan menguduskan diri-Nya kepada Allah sesuai dengan peraturan Hukum Yahudi. Kisah Injil ini juga merupakan sebuah ikon karunia kehidupan mereka yang dibuat oleh mereka yang, oleh suatu karunia Allah, beranggapan ciri-ciri Yesus sebagai perawan, miskin dan taat.

Karunia diri kita kepada Allah ini menghargai setiap orang Kristiani karena kita semua dikuduskan kepada-Nya melalui baptisan kita. Kita semua dipanggil untuk memberikan diri kita kepada Bapa bersama Yesus dan seperti Yesus, menjadikan sebuah karuniakehidupan kita yang murah hati, dalam keluarga, di tempat kerja, dalam pelayanan bagi Gereja, dalam karya-karya belas kasih. Namun demikian, pengudusan seperti itu dihayati dengan cara khusus oleh kaum religius, oleh para biarawan dan oleh para pelaku hidup bakti, yang, dengan pengucapan kaul mereka, menjadi milik Allah dengan sebuah cara yang total dan eksklusif. Kepemilikan Tuhan ini mengijinkan mereka menghayatinya dalam sebuah cara yang otentik untuk menawarkan sebuah kesaksian khusus Injil Kerajaan Allah. Benar-benar dikuduskan bagi Allah, mereka benar-benar diberikan kepada saudara-saudara mereka, membawa terang Kristus di mana kegelapan adalah harapan yang paling sulit ditembus dan menyebar bagi hati yang kecil.

Para pelaku hidup bakti adalah sebuah tanda Allah dalam berbagai bidang kehidupan, mereka adalah ragi untuk pertumbuhan sebuah masyarakat yang adil dan bersaudara, mereka adalah suatu kenabian berbagi dengan orang-orang kecil dan miskin. Dengan demikian dipahami dan dihayati, hidup bakti tampak pada kita apa adanya : sebuah karunia Allah, sebuah karunia Allah bagi Gereja, sebuah karunia Allah bagi umat-Nya! Setiap pelaku hidup bakti adalah sebuah karunia, sebuah karunia bagi Umat Allah dalam perjalanannya. Ada kebutuhan besar akan kehadiran ini yang memperkuat dan memperbaharui komitmen untuk menyebarkan Injil, pendidikan Kristiani, amal terhadap yang paling membutuhkan, doa kontemplatif; komitmen bagi pembentukan manusia, pembentukan rohani orang-orang muda dan keluarga-keluarga; komitmen terhadap keadilan dan perdamaian dalam keluarga manusia. Tetapi pikirkanlah tentang apa yang akan terjadi jika tidak ada para biarawati di rumah sakit, para biarawati di perutusan, para biarawati di sekolah-sekolah. Pikirkanlah sebuah Gereja tanpa para biarawati! Anda tidak bisa. Mereka adalah karunia ini, ragi ini yang menggerakkan umat Allah ke depan. Inilah perempuan-perempuan hebat yang menguduskan hidup mereka bagi Allah, yang mengedepankan pesan Yesus.

Gereja dan dunia membutuhkan saksi kasih dan belas kasih Allah ini. Pelaku hidup bakti dan kaum religius adalah Allah yang baik dan berbelas kasih itu. Jadi, perlulah menghargai dengan rasa syukur pengalaman-pengalaman hidup bakti dan memperdalam pengetahuan kita tentang karisma-karisma dan spiritualitas-spiritualitas yang berbeda. Kita harus berdoa agar banyak orang muda menjawab "ya" bagi panggilan Tuhan untuk menguduskan diri mereka sepenuhnya bagi-Nya dalam pandangan sebuah pelayanan yang tidak memihak bagi saudara-saudara mereka, dalam pandangan menguduskan hidup mereka untuk melayani Allah dan saudara-saudara mereka.

Karena semua alasan ini, seperti yang baru saja diumumkan, tahun depan akan didedikasikan secara khusus bagi hidup bakti. Mulai saat ini mari kita mempercayakan prakarsa ini kepada perantaraan Bunda Maria dan Santo Yusuf, sebagai orang tua Yesus, yang pertama dikuduskan bagi-Nya dan menguduskan hidup mereka bagi-Nya.

[Setelah Doa Malaikat Tuhan, Bapa Suci berbicara lebih lanjut kepada mereka yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus]

Saya menyapa keluarga-keluarga, paroki-paroki, lembaga-lembaga dan semua peziarah yang telah datang ke Roma dari Italia dan dari berbagai belahan dunia. Secara khusus saya menyapa para siswa Spanyol dari Villafranca de los Barros e Zafra; para pelaku devosi kepada Beato Stefano Bellesini, yang telah datang dari Verona, umat beriman dari Taranto, paduan suara dari Turriaco, Modena dan provinsi Taranto.

Hari ini di Italia kita merayakan Hari untuk Kehidupan, yang tahun ini bertema "Membangkitkan Masa Depan". Saya menawarkan sambutan dan dorongan saya untuk lembaga-lembaga, gerakan-gerakan dan pusat-pusat kebudayaan yang terlibat dalam pembelaan dan promosi kehidupan. Saya bergabung dengan para uskup Italia dalam mengulangi bahwa "setiap anak merupakan roman wajah Tuhan pencinta kehidupan, sebuah karunia bagi keluarga dan bagi masyarakat" (Pesan untuk Hari Nasional untuk Kehidupan ke-36). Setiap orang, dalam perannya yang tepat dan dalam lingkupnya yang tepat, harus merasa terpanggil untuk mengasihi dan melayani kehidupan, untuk menyambutnya, untuk menghormatinya dan untuk mempromosikannya, terutama ketika itu rapuh dan membutuhkan perhatian dan kepedulian, dari rahim ibu hingga kesudahannya di bumi ini.

Saya menyapa Vikaris Kardinal dan mereka yang berkarya di Keuskupan Roma untuk mengatur Hari untuk Kehidupan. Saya menyampaikan penghargaan saya untuk para pengajar universitas yang, pada kesempatan ini, telah mengadakan konferensi tentang masalah-masalah masa kini terkait dengan laju kelahiran. Terima kasih banyak.

Pikiran saya beralih kepada penduduk Roma dan Tuscany yang terkasih yang telah terkena dampak hujan yang menyebabkan banjir. Semoga saudara-saudara kita ini yang sedang menderita tidak kekurangan kesetiakawanan nyata dan doa kita. Saudara dan saudara terkasih, saya sangat dekat dengan Anda!

Saya berharap semua orang mengalami hari Minggu yang baik dan makan siang yang baik. Sampai jumpa!