Liturgical Calendar

9 HAL UNTUK DIKETAHUI DAN DIBAGIKAN MENGENAI RABU ABU

1. Apa Rabu Abu?
Rabu Abu adalah hari awal Masa Prapaskah. Nama Rabu Abu berasal dari fakta bahwa sebuah ritual tertentu selalu dirayakan pada hari Rabu ini yang di dalamnya umat beriman mendapati abu diletakkan di dahi mereka. Menurut Pedoman Umum Misale Romawi : Dalam perjalanan Misa hari ini, abu diberkati dan diterimakan. Abu ini terbuat dari ranting pohon palma atau ranting pohon lainnya yang diberkati tahun sebelumnya [pada Hari Minggu Palma/Minggu Sengsara Tuhan].

2. Melambangkan Apa Penerimaan Abu pada Hari Rabu Abu?
Dalam Ritus Romawi, awal empat puluh hari pertobatan ditandai dengan lambang sederhana berupa abu yang digunakan dalam Liturgi Rabu Abu. Penggunaan abu merupakan kesinambungan sebuah ritus kuno yang berdasarkan pada ritus itu para pendosa yang bertobat menyerahkan diri mereka untuk penebusan dosa secara kanonik. Tindakan mengenakan abu melambangkan kerapuhan dan kematian, dan kebutuhan untuk ditebus oleh belas kasih Allah. Melebihi dari sekedar tindakan lahiriah, Gereja telah mempertahankan penggunaan abu untuk melambangkan sikap pertobatan batin tersebut yang kepadanya semua orang yang dibaptis dipanggil selama masa Prapaskah. Umat beriman yang datang untuk menerima abu harus dibantu dalam memahami pentingnya tindakan batin ini, yang membawa mereka kepada pertobatan dan memperbaharui komitmen Paskah (Direktori Kesalehan Populer dan Liturgi No. 125).

3. Bagaimana Pemberian Abu Terjadi?
Pedoman Umum Misale Romawi menyatakan bahwa setelah homili, imam memberkati abu dan memerciki abu dengan air suci. Kemudian imam meletakkan abu di kepala semua yang hadir yang datang kepadanya, dan mengatakan kepada masing-masing orang : “Bertobatlah dan percayalah kepada Injil” atau “Ingatlah, engkau berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu”. Sementara itu sebuah antifon atau nyanyian lain yang sesuai dinyanyikan.

4. Apakah Ada Cara Tertentu Abu Harus Diletakkan Pada Dahi/Kepala?
Tidak ada aturan yang mengatur mengenai hal ini, dan itu sangat tergantung pada kebiasaan setempat. Di sebagian besar negara-negara berbahasa Inggris kebiasaan yang berlaku tampaknya yaitu imam menempatkan air suci secukupnya ke dalam abu untuk membentuk semacam pasta. Abu kemudian dipulas dalam bentuk salib di dahi. Banyak umat Katolik melihat praktek ini sebagai sarana publik menunjukkan iman mereka dan meninggalkan noda pada dahi mereka sepanjang Rabu Abu. Di negara-negara lain, seperti Spanyol, Italia dan sebagian Amerika Latin, kebiasaan yang berlaku tampaknya abu yang telah diperciki yang cukup kering pada mahkota kepala. Tetapi bahkan dalam daerah-daerah geografis ini, kedua kebiasaan tersebut dipraktekkan dan mungkin juga ada tradisi lain yang sah.

5. Dapatkah Penerimaan Abu Dilakukan di Luar Misa?
Dapat. Pedoman Umum Misale Romawi menyatakan : Berkat dan penerimaan abu dapat juga dilakukan di luar Misa. Dalam kasus ini, ritual didahului oleh Liturgi Sabda, dengan Antifon Pembuka, Kolekte, dan bacaan-bacaan dengan nyanyian-nyanyiannya seperti pada Misa. Lalu dilanjutkan dengan Khotbah, serta berkat dan penerimaan abu. Ritual ini diakhiri dengan Doa Umat, Berkat dan Pengutusan umat.

6. Bolehkan Seseorang Selain Imam Memberikan Penerimaan Abu?
Boleh. Ritus ini dapat dirayakan oleh seorang imam atau diakon yang dapat dibantu oleh para pelayan awam dalam penerimaan abu. Tetapi berkat abu diperuntukkan bagi seorang imam atau diakon (Buku Aneka Berkat No. 1659).

7. Berapa Lama Anda Membiarkan Abu Menempel di Dahi/Kepala?
Tidak ada aturan tentang hal ini. Ini adalah masalah keputusan pribadi berdasarkan kecenderungan dan keadaan pribadi itu sendiri. Abu dapat dibiarkan sampai abu itu hilang secara alamiah ataupun abu itu dapat dicuci atau dihapus berdasarkan pilihan yang bersangkutan.

8. Bisakah Abu Dibagikan Kepada Orang sakit yang Tidak Bisa Menghadiri Misa?
Bisa. Aturan penerimaan abu di luar misa juga dapat diterapkan ketika abu dibawa kepada orang sakit yang tidak dapat menghadiri misa. Berdasarkan keadaan, ritual dapat disingkat oleh pelayan. Namun demikian, setidaknya salah satu bacaan Kitab Suci harus dimasukkan dalam pelayanan (Buku Aneka Berkat No. 1657). Jika abu yanf sudah diberkati dibawa kepada orang sakit, ibadat pemberkatan dihilangkan dan penerimaan abu langsung dilaksanakan segera setelah khotbah. Khotbah harus diakhiri dengan mengajak pribadi yang sakit mempersiapkan dirinya sendiri untuk penerimaan abu (Buku Aneka Berkat No. 1658).

9. Apakah Rabu Abu Disamakan dengan Hari Minggu?
Tidak. Tidak ada kewajiban untuk menghadiri Misa Rabu Abu. Namun, Rabu Abu adalah hari tobat dan (bersama-sama dengan Jumat Agung) adalah salah satu dari dua hari dalam setahun di mana pantang dan puasa diwajibkan.

Satu Hal Lain...
Jika saya diizinkan untuk mengamati secara pribadi, Rabu Abu adalah sebuah pemasaran rohani yang jenius. Memberikan barang gratis - atas dasar waktu yang terbatas - dan orang-orang akan muncul berbondong-bondong. Tidak mengherankan umat yang mengikuti Misa Rabu Abu membludak, meskipun bukan perayaan wajib.