Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!
Hari Raya Pentakosta membuat kita menghidupkan kembali permulaan Gereja. Kitab Kisah Para Rasul mengatakan bahwa, lima puluh hari setelah Paskah, di dalam tempat para murid berada, Yesus, "tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras .... penuhlah mereka dengan Roh Kudus". Sejak pencurahan ini, para murid benar-benar berubah: rasa takut digantikan oleh keberanian, ketertutupan memberikan jalan kepada pewartaan, dan keraguan apapun dihalau oleh iman, penuh kasih. Dan '"baptisan" Gereja, pada hakekatnya sedang mengawali perjalanannya dalam sejarah, dikendalikan oleh kekuatan Roh Kudus.
Hari Raya Pentakosta membuat kita menghidupkan kembali permulaan Gereja. Kitab Kisah Para Rasul mengatakan bahwa, lima puluh hari setelah Paskah, di dalam tempat para murid berada, Yesus, "tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras .... penuhlah mereka dengan Roh Kudus". Sejak pencurahan ini, para murid benar-benar berubah: rasa takut digantikan oleh keberanian, ketertutupan memberikan jalan kepada pewartaan, dan keraguan apapun dihalau oleh iman, penuh kasih. Dan '"baptisan" Gereja, pada hakekatnya sedang mengawali perjalanannya dalam sejarah, dikendalikan oleh kekuatan Roh Kudus.
Peristiwa itu, yang mengubah hati dan kehidupan para Rasul dan murid-murid lainnya, tercermin langsung di luar Ruang Atas. Bahkan, pintu yang tertutup selama lima puluh hari akhirnya terbuka dan jemaat Kristen perdana, tidak lagi tertutup dalam dirinya sendiri, mulai berbicara kepada orang banyak dari latar belakang yang berbeda tentang hal-hal besar yang telah dilakukan Allah (bdk. ayat 11), yaitu, Kebangkitan Yesus, yang disalibkan. Dan semua orang yang hadir mendengar dari para murid dalam bahasa mereka sendiri. Karunia Roh mengembalikan keselarasan bahasa-bahasa yang telah hilang di Babel dan memprarupakan dimensi universal perutusan para Rasul. Gereja universal lahir, satu, Katolik, dengan sebuah jatidiri yang tepat, tetapi terbuka, yang mencakup seluruh dunia, tanpa kecuali. Gereja Bunda tidak menutup pintu di wajah siapapun, tidak seorang pun! Bahkan orang yang paling berdosa sekalipun, tidak seorangpun! Dan ini karena kekuatan, kasih karunia Roh Kudus. Gereja Bunda terbuka, membuka pintunya untuk semua orang karena ia adalah Bunda.
Roh Kudus yang dicurahkan pada hari Pentakosta dalam hati para murid adalah awal sebuah masa baru: masa kesaksian dan persaudaraan. Ia adalah sebuah masa yang datang dari atas, dari Allah, seperti nyala api yang datang untuk bercokol di kepala masing-masing murid. Ia adalah api cinta yang membakar segala kepahitan; ia adalah bahasa Injil yang melintasi batas-batas yang ditempatkan oleh manusia dan menyentuh hati semua orang, tanpa membedakan bahasa, ras atau kebangsaan. Pada hari Pentakosta, Roh Kudus dicurahkan terus menerus, bahkan hari ini, pada Gereja dan pada kita semua karena kita pergi keluar dari biasa-biasa sajanya kita dan ketertutupan kita dari diri kita sendiri dan mengkomunikasikan kepada dunia kasih Tuhan yang penuh belas kasih. Ini adalah perutusan kita! Kita juga diberi karunia 'bahasa' Injil dan 'api' Roh Kudus, agar kita memberitakan Yesus yang bangkit, hidup dan hadir di tengah-tengah kita, dan menghangatkan hati orang-orang, membawa mereka lebih dekat kepada-Nya, Sang Jalan, Kebenaran dan Hidup.
Kita mempercayakan kepada pengantaraan keibuan Maria, yang hadir sebagai Bunda di tengah-tengah para murid di Ruang Atas : ia adalah Bunda Gereja, bunda Yesus menjadi Bunda Gereja. Kita mempercayakan kepadanya agar Roh Kudus turun secara melimpah atas Gereja zaman kita, memenuhi hati semua orang beriman dan menyalakan di dalam diri mereka api cinta-Nya.
[Setelah pendarasan Doa Ratu Surga]
Saudara dan saudari terkasih,
Saya terus mengikuti dengan keprihatinan besar peristiwa-peristiwa dari banyak pengungsi di Teluk Benggala dan Laut Andaman. Saya menyampaikan penghargaan saya untuk upaya-upaya yang dilakukan oleh negara-negara yang telah menyatakan kesediaannya untuk menyambut orang-orang yang sedang menghadapi penderitaan dan bahaya berat itu. Saya mendorong masyarakat internasional untuk memelihara mereka dengan bantuan kemanusiaan yang diperlukan.
Kemarin, di El Salvador dan Kenya, seorang uskup dan seorang biarawati dibeatifikasi. Yang pertama adalah Uskup Agung San Salvador Oscar Romero, yang tewas dalam odium fide (kebencian iman), ketika ia sedang merayakan Ekaristi. Gembala yang bersemangat ini, mengikuti teladan Yesus, memilih berada di antara umatnya, terutama kaum miskin dan tertindas, bahkan ketika nyawanya terancam. Biarawati itu adalah suster berkebangsaan Italia, Irene Stefani dari Misionaris Penghiburan, yang melayani orang-orang Kenya dengan sukacita, belas kasih dan kasih sayang yang lembut. Teladan kepahlawanan beato/beata ini mengilhami di dalam diri kita masing-masing memiliki keinginan kuat untuk bersaksi bagi Injil dengan keberanian dan pengorbanan diri.
Saya menyambut Anda semua, orang-orang Roma dan para peziarah terkasih: keluarga-keluarga, kelompok-kelompok paroki, lembaga-lembaga. Secara khusus, umat dari Brittany, dari Barcelona, dari Freiburg, dan paduan suara anak laki-laki dari Herxheim. Saya menyambut jemaat Dominika di Roma, umat Cervaro (Frosinone), militer Angkatan Udara yang bermarkas di Napoli, Sacra Corale Jonica dan calon penerima Sakramen Krisma dari Pievidizzio (Brescia).
Saya mengharapkan Anda semua Hari Minggu Pentakosta yang baik. Jangan lupa mendoakan saya. Selamat makan siang dan sampai jumpa.