Liturgical Calendar

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 11 November 2015 : TENTANG HIDUP DAN BERSAMA-SAMA SEBAGAI SEBUAH KELUARGA

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!

Selama hari-hari ini Gereja Italia sedang mengadakan Kongres Nasional-nya di Fiorentina - para kardinal, para uskup, para pelaku hidup bakti, dan kaum awam semuanya bersama-sama. Saya mengundang kalian untuk berdoa satu kali Salam Maria kepada Bunda Maria bagi mereka.

[Salam Maria.....]


Hari ini kita akan merenungkan sifat khusus kehidupan keluarga, yang dipelajari sejak tahun-tahun pertama kehidupan : pengikutsertaan, yaitu, sikap berbagi benda-benda kehidupan dan bahagia dapat melakukannya. Berbagi dan dapat berbagi adalah sebuah keutamaan yang berharga! Lambangnya, "ikon"-nya adalah keluarga yang berkumpul di sekitar meja keluarga. Berbagi santapan - dan, oleh karena itu, selain makanan, juga kasih sayang, menceritakan kembali peristiwa-peristiwa - adalah sebuah pengalaman dasariah. Ketika ada sebuah perayaan, sebuah ulang tahun, sebuah peringatan ulang tahun, ia mendapati kita di sekitar meja. Dalam beberapa budaya melakukan hal ini adalah khas juga saat berkabung,  dekat dengan keluarga dalam kesedihan oleh karena kehilangan seorang kerabat.

Pengikutsertaan adalah sebuah termometer yang meyakinkan untuk mengukur kesehatan hubungan : jika ada dalam keluarga sesuatu yang tidak baik, atau beberapa luka tersembunyi, di meja ia segera dipahami. Sebuah keluarga yang hampir tidak pernah makan bersama-sama, atau yang tidak berbicara di meja, tetapi menonton televisi, atau memandang telepon pintar, adalah sebuah keluarga yang "sangat sedikit merupakan sebuah keluarga". Ketika anak-anak melekat pada komputer-komputer mereka di meja, pada telepon-telepon seluler, dan tidak saling mendengarkan, ini bukanlah sebuah keluarga, ia adalah sebuah rumah pondokan.

Kekristenan memiliki sebuah panggilan khusus untuk pengikutsertaan; semua orang mengetahuinya. Tuhan Yesus dengan senang hati mengajar di meja, dan kadang-kadang memaparkan Kerajaan Allah sebagai sebuah undangan meriah. Yesus memilih meja juga untuk memberikan murid-murid-Nya wasiat rohani-Nya - Ia melakukannya saat makan malam - yang mengental dalam gerakan peringatan pengorbanan-Nya : karunia tubuh-Nya dan darah-Nya sebagai makanan dan minuman keselamatan, yang memelihara kasih sejati dan abadi.

Dalam sudut pandang ini, kita juga dapat mengatakan bahwa keluarga berada "di rumah" pada Misa, justru karena ia membawa ke Ekaristi pengalaman pengikutsertaannya sendiri dan membukakannya rahmat sebuah pengikutsertaan universal, rahmat kasih Allah bagi dunia.

Dengan ikut serta dalam Ekaristi, keluarga dimurnikan dari godaan menutup diri dalam dirinya sendiri, dibentengi dalam kasih dan kesetiaan, dan membentangkan batas-batas persaudaraannya menurut hati Kristus.

Dalam waktu kita ini, yang ditandai oleh begitu banyak ketertutupan dan begitu banyak tembok, pengikutsertaan, yang dihasilkan oleh keluarga dan dilebarkan oleh Ekaristi, menjadi sebuah kesempatan yang sangat penting. Ekaristi dan keluarga-keluarga yang dipelihara olehnya dapat mengatasi ketertutupan dan membangun jembatan keramahan dan amal. Ya, Ekaristi dari sebuah Gereja keluarga-keluarga, mampu memulihkan bagi komunitas ragi aktif pengikutsertaan dan keramahan yang saling menguntungkan, adalah sebuah sekolah penyertaan manusia yang tidak takut akan bentrokan-bentrokan! Tidak ada anak-anak kecil, anak-anak yatim, orang-orang lemah, orang-orang rentan, orang-orang yang terluka dan kecewa, orang-orang yang putus asa dan ditinggalkan yang tidak bisa dipelihara, disegarkan, dilindungi dan dijamu oleh pengikutsertaan Ekaristis keluarga-keluarga.

Memori keutamaan-keutamaan keluarga membantu kita untuk memahami. Kita sendiri telah mengenal, dan masih mengenal, mukjizat-mukjizat apakah yang bisa terjadi ketika seorang ibu memiliki mata dan perhatian, kepedulian memberi dan kepedulian bagi anak-anak selain dirinya sendiri. Hingga kemarin, seorang ibu sudah cukup untuk semua anak-anak halaman ini! Dan hingga kini : kita mengenal dengan baik apa kekuatan sebuah umat yang mendapati para orang tuanya siap bergerak untuk melindungi anak-anak semua orang, karena mereka menganggap anak-anak sebagai sebuah kebaikan bersama, sehingga mereka bahagia dan bangga untuk melindungi.

Saat ini banyak konteks sosial menempatkan hambatan-hambatan bagi pengikutsertaan keluarga. Memang benar; hari ini tidaklah mudah. Kita harus menemukan cara untuk memulihkannya. Kita berbicara di meja, kita mendengarkan di meja. Tidak ada keheningan, bahwa keheningan itu bukanlah keheningan para biarawati tetapi keheningan egoisme, tempat setiap orang berbuat untuk dirinya sendiri, atau ada televisi atau komputer ... dan tidak ada percakapan. Tidak, tidak keheningan. Kita harus memulihkan pengikutsertaan keluarga itu meskipun mengadaptasinya hingga berkali-kali. Tampak bahwa pengikutsertaan telah menjadi sesuatu yang diperjualbelikan, tetapi kemudian itu merupakan sesuatu yang lain. Dan pemberian makanan tidak selalu merupakan lambang dari sebuah berbagi barang yang adil, mampu menjangkau orang yang tidak memiliki roti atau kasih sayang. Di negara-negara kaya kita terbujuk untuk membelanjakan makanan yang berlebihan, dan kemudian kita juga terbujuk untuk menyembuhkan kelebihan tersebut. Dan "bisnis" bodoh ini menghilangkan perhatian kita dari kelaparan nyata, kelaparan jiwa dan raga. Ketika tidak ada pengikutsertaan, di sana ada egoisme, masing-masing orang memikirkan dirinya. Sedemikian banyak sehingga iklan telah menguranginya menjadi sebuah kelemahan bagi makanan ringan dan sebuah keinginan bagi permen. Sementara begitu banyak, terlalu banyak saudara dan saudari, tetap berada di luar meja. Agak memalukan!

Marilah kita memandang misteri perjamuan Ekaristi. Tuhan memecah-mecah tubuh-Nya dan menumpahkan darah-Nya untuk semua orang. Sesungguhnya, tidak ada perpecahan yang bisa menghalangi pengorbanan persekutuan ini : hanya sebuah sikap palsu, sebuah sikap keterlibatan dengan kejahatan, bisa mengecualikan darinya. Setiap penjarakkan lainnya tidak bisa menghalangi kekuatan rentan roti yang dipecah-pecahkan dan anggur yang dicurahkan, Sakramen satu Tubuh Tuhan.

Ikatan keluarga yang hidup dan vital, yang mendahului, mendukung dan merangkul, dalam dinamika keramahannya, kerja keras harian dan sukacitanya, bekerja sama dengan rahmat Ekaristi, yang mampu menciptakan persekutuan yang selalu baru dengan kekuatan yang menyertakan dan menyelamatkan.

Pada kenyataannya sebuah keluarga Kristiani akan menunjukkan dengan tepat dengan cara ini luasnya cakrawalanya yang sebenarnya, yang merupakan cakrawala Gereja Bunda semua orang, Gereja Bunda semua orang yang ditinggalkan dan dikucilkan, dalam semua bangsa.

Marilah kita berdoa agar pengikutsertaan keluarga ini akan dapat tumbuh dan matang dalam saat rahmat Yubileum Kerahiman mendatang.

[Sambutan dalam Bahasa Inggris oleh Penutur]

Saudara dan saudari terkasih : Dalam katekese lanjutan kita tentang keluarga, hari ini kita memikirkan pentingnya kebersamaan. Duduk di meja untuk makan malam keluarga, berbagi santapan kita dan pengalaman-pengalaman hari kita, adalah sebuah gambaran dasariah kebersamaan dan kesetiakawanan. Karena Yesus memberi kita Ekaristi sebagai sebuah santapan, ada sebuah hubungan erat antara keluarga-keluarga dan Misa. Kebersamaan yang kita alami dalam keluarga-keluarga kita dimaksudkan, dalam keluarga Gereja, untuk memperluas ke semua orang sebagai tanda kasih Allah yang universal. Dengan cara ini Ekaristi menjadi sebuah sekolah penyertaan, yang di dalamnya kita belajar penuh perhatian terhadap kebutuhan setiap orang. Sayangnya, santapan keluarga, lambang besar kebersamaan ini, sedang menghilang dalam beberapa masyarakat. Makanan itu sendiri, tanda sesungguhnya berbagi kita dengan orang lain, dengan tanpa beralasan terbuang di beberapa tempat, sementara saudara dan saudari kita kelaparan di tempat lain. Ekaristi mengingatkan kita bahwa roti dimaksudkan untuk dibagikan dengan semua orang. Semoga keluarga-keluarga kita, dan seluruh Gereja, menjadi tanda-tanda kebersamaan dan kesetiakawanan untuk kebaikan seluruh keluarga manusia, terutama selama Yubileum Kerahiman mendatang.

Saya menyambut para peziarah dan para pengunjung berbahasa Inggris yang ambil bagian dalam Audiensi hari ini, termasuk dari Inggris, Denmark, Belanda, Ghana, Jepang, Korea dan Amerika Serikat. Atas kalian dan keluarga-keluarga kalian saya memohonkan berkat sukacita dan damai sejahtera Tuhan. Tuhan memberkati kalian semua!

[Sambutan Paus Fransiskus dalam Bahasa Italia]

Sambutan ramah untuk para peziarah berbahasa Italia! Saya menyambut Kelompok Ekumenis Farfa Sabina; para peserta dalam Rapat Tentang Perawatan yang Meringankan; Ordo Pembantu Sosial dan Koordinasi Lembaga-lembaga Profesional Bebas.

Hari ini kita merayakan peringatan liturgi Santo Martinus, Uskup Tours, sosok yang sangat populer terutama di Eropa, model berbagi dengan orang miskin. Tahun depan, dalam kebetulan yang membahagiakan bertepatan dengan Yubileum Kerahiman, 17 abad kelahirannya akan diperingati.

Saya menyambut orang-orang muda, orang-orang sakit dan para pengantin baru. Semoga Tuhan membantu kalian, orang-orang muda yang terkasih, untuk menjadi para penggalak belas kasih dan pendamaian; semoga Ia mendukung kalian, orang-orang sakit yang terkasih, agar tidak kehilangan kepercayaan, bahkan di saat-saat pencobaan yang kejam; dan semoga Ia menganugerahkan kepada kalian, para pengantin baru yang terkasih, untuk menemukan dalam Injil sukacita menerima setiap kehidupan manusia, terutama semua orang yang lemah dan rentan.