Dalam katekese hari ini saya ingin merenungkan bersama kalian sosok seorang perempuan yang berbicara kepada kita tentang pengharapan yang dihayati dalam tangisan - pengharapan yang dihayati dalam tangisan. Itu adalah tangisan Rahel, istri Yakub serta ibu dari Yusuf dan Benyamin, dia itu, sebagaimana diceritakan oleh Kitab Kejadian (35:18-19), meninggal ketika melahirkan putra keduanya, yaitu, Benyamin.
Nabi Yeremia mengacu pada Rahel ketika menyampaikan pesan kepada orang-orang Israel di pembuangan untuk menghibur mereka, dengan kata-kata penuh emosi dan puisi; yaitu, ia mengambil tangisan Rahel kendatipun demikian memberikan pengharapan:
Beginilah firman TUHAN : "Dengar! Di Rama terdengar ratapan, tangisan yang pahit pedih: Rahel menangisi anak-anaknya, ia tidak mau dihibur karena anak-anaknya, sebab mereka tidak ada lagi" (Yer 31:15). Dalam ayat-ayat ini, Yeremia memaparkan perempuan dari umatnya ini, perempuan pemimpin besar sukunya, dengan sebuah kenyataan kesedihan dan tangisan, tetapi pada saat yang sama dengan sebuah kemungkinan kehidupan yang tak terbayangkan. Rahel, yang dalam Kitab Kejadian meninggal saat melahirkan dan dianggap meninggal sehingga anaknya bisa hidup itu sekarang, sebaliknya, dilukiskan oleh nabi ketika hidup di Rama, di sanalah tempat orang-orang buangan berkumpul, menangisi anak-anaknya yang dalam arti tertentu meninggal dengan pergi ke pembuangan; anak-anak yang, seperti dikatakannya sendiri, "tidak ada lagi", telah pergi untuk selama-lamanya.
Dan, oleh karena hal ini, Rahel tidak ingin dihibur. Penolakannya mengungkapkan kedalaman kesedihannya dan kepahitan tangisan. Dalam menghadapi tragedi hilangnya anak-anak, seorang ibu tidak dapat menerima kata-kata atau gerak isyarat penghiburan, yang selalu tidak memadai, tetapi mampu menenangkan rasa sakit dari sebuah luka yang tidak dapat dan tidak akan sembuh - sebuah kesedihan sepadan dengan kasih.
Setiap ibu mengetahui semua ini; dan ada begitu banyak ibu, juga hari ini, yang menangis, yang tidak menerima nasib terhadap kehilangan seorang anak, yang tak dapat terhibur hatinya dalam menghadapi sebuah kematian yang tidak mungkin untuk diterima. Rahel melingkupi di dalam dirinya kesedihan semua ibu di dunia, semua ibu sepanjang masa, dan air mata setiap manusia yang menangis karena kehilangan yang tidak dapat diperbaiki.
Penolakan Rahel ini, yang tidak ingin dihibur, mengajarkan kita juga berapa banyak kegembiraan diperlukan dalam menghadapi kesedihan orang lain. Membicarakan pengharapan kepada orang yang putus asa membutuhkan pengikutsertaan keputusasaannya, mengeringkan air mata dari wajah orang yang sedang menderita membutuhkan penyatuan kesedihan kita dengan kesedihannya. Hanya dengan demikian kata-kata kita akan benar-benar mampu memberikan beberapa pengharapan. Dan jika saya tidak bisa mengatakan kata-kata seperti itu - menangis, berduka, maka lebih baik diam - sebuah belaian, sebuah gerak isyarat dan tanpa kata-kata.
Dan Allah, dengan kegembiraan-Nya dan kasih-Nya, bahkan menanggapi tangisan Rahel dengan kata-kata yang sesungguhnya bukan berpura-pura, demikian lanjut teks Yeremia :
"Beginilah firman TUHAN : Cegahlah suaramu dari menangis, dan matamu dari mencucurkan air mata, sebab untuk jerih payahmu ada ganjaran, demikianlah firman TUHAN; mereka akan kembali dari negeri musuh. Masih ada harapan untuk hari depanmu, demikianlah firman TUHAN: anak-anak akan kembali ke daerah mereka" (Yer 31:16-17). Bahkan, oleh karena tangisan sang ibu, ada harapan lagi untuk anak-anak tersebut, yang akan hidup lagi.
Perempuan ini, menerima kematian pada saat melahirkan, sehingga anaknya bisa hidup ... ia dan tangisannya sekarang merupakan asal mula sebuah kehidupan baru bagi anak-anaknya yang diasingkan, [yang merupakan] orang-orang tahanan, jauh dari tanah air mereka. Terhadap kesedihan dan tangisan pahit Rahel, Tuhan menanggapinya dengan sebuah janji yang kini baginya dapat menjadi sebuah motif untuk penghiburan sejati: orang-orang akan dapat kembali dari pembuangan dan menghayati dalam iman, serta bebas, hubungan mereka dengan Allah. Air mata membangkitkan pengharapan. Dan ini tidak mudah dimengerti, tetapi benar. Kerap kali dalam kehidupan kita air mata menabur pengharapan; mereka adalah benih-benih pengharapan.
Seperti kita ketahui, teks Yeremia ini kemudian diambil oleh penginjil Matius dan dipergunakan pada Pesta Kanak-kanak Suci (bdk. 2:16-18). Sebuah teks yang menempatkan kita di hadapan tragedi pembunuhan manusia yang tak berdaya, pada kengerian kekuasaan yang memandang rendah dan menyingkirkan kehidupan. Anak-anak Betlehem meninggal oleh karena Yesus. Dan Ia, Sang Anak Domba yang tidak berdosa, kemudian akan wafat pada gilirannya bagi kita semua. Putra Allah memasuki kepedihan manusia. Kita tidak boleh melupakan hal ini.
Ketika seseorang beralih kepada saya dan mengajukan kepada saya pertanyaan-pertanyaan yang sulit, misalnya : "Beritahu saya, Pastor, mengapa anak-anak menderita?" Saya benar-benar tidak tahu harus menjawab apa. Saya hanya mengatakan : "Lihatlah Dia yang Tersalib : Allah telah memberi kita Putra-Nya, Ia menderita, dan mungkin kalian akan menemukan sebuah jawaban di sana. "Tetapi jawaban-jawaban dari sini [beliau menunjuk ke kepalanya] tidak ada seorang pun. Hanya dengan memandang kasih Allah yang memberikan Putra-Nya, yang menawarkan nyawa-Nya untuk kita, dapat menunjukkan beberapa jalan penghiburan. Dan oleh karena hal ini kita mengatakan bahwa Putra Allah masuk ke dalam penderitaan manusia; Ia ikut serta dan menerima kematian; Sabda-Nya secara pasti merupakan sabda penghiburan, karena ia lahir dari tangisan.
Dan di kayu salib Dialah, Sang Putra yang wafat, yang memberi kesuburan baru kepada Ibu-Nya, mempercayakan dia kepada Yohanes sang murid dan menjadikan dia ibu dari orang-orang percaya. Kematian ditaklukkan, dan dengan demikian nubuat Yeremia mencapai penggenapannya. Air mata Maria juga, seperti air mata Rahel, membangkitkan pengharapan dan kehidupan baru. Terima kasih.
[Sambutan dalam bahasa Italia]
Sambutan hangat tertuju kepada para peziarah berbahasa Italia, dan saya mengharapkan bagi semua orang ketenangan dan kedamaian selama Tahun Baru. Saya senang menerima para anggota Kelompok "Keluarga yang akrab dengan Doa dan Amal", yang merayakan ulang tahun ke-45 berdirinya dan para perwakilan Pusat Apostolik Beato Vincenzo Romano, yang berkumpul di sini untuk 25 tahun pelayanannya kepada karisma formasi kejuruan, dan saya berterima kasih kepada mereka atas hadiah patung Sang Pendiri mereka.
Saya menyambut saudara-saudara dina Provinsi Santo Antonius dan Gerakan Orang Muda Persaudaraan Fransiskan Betani : Saya menasihati masing-masing orang untuk menggiatkan doanya untuk bertumbuh dalam sebuah persahabatan sejati dan mendalam dengan Yesus.
Akhirnya, saya gembira menyambut orang-orang muda, orang-orang sakit dan para pengantin baru. Saya berharap agar kalian, orang-orang muda yang terkasih, akan dapat memikirkan setiap hari Tahun Baru hadiah dari Allah, hidup dengan rasa syukur dan kejujuran, dan selalu berjalan maju! Selalu. Semoga Tahun Baru membawakan kalian, orang-orang sakit yang terkasih, penghiburan dalam jiwa dan raga. Semoga Tuhan mendekat kepada kalian dan Bunda Maria menghibur kalian. Dan kalian, para pengantin baru yang terkasih, komitmenkanlah diri kalian untuk mewujudkan sebuah persekutuan kehidupan yang tulus dan hidup sesuai dengan rencana Allah.
[Seruan Bapa Suci]
Kemarin, dari Brasil berita menjangkau kami tentang pembantaian tragis yang terjadi di penjara Manaus, di mana sebuah bentrokan dengan kekerasan antar komplotan yang bersaing menyebabkan puluhan orang tewas. Saya mengungkapkan kesedihan dan keprihatinan atas apa yang telah terjadi. Saya mengundang kalian untuk mendoakan orang-orang yang meninggal, keluarga-keluarga mereka dan semua tahanan di dalam penjara itu dan semua orang yang bekerja di sana. Dan saya memperbaharui seruan saya untuk penjara-penjara agar menjadi tempat-tempat pendidikan kembali dan penggabungan kembali ke dalam masyarakat, dan agar kondisi-kondisi kehidupan para tahanan menjadi layak akan pribadi-pribadi manusia.
Saya mengundang kalian untuk mendoakan para tahanan yang meninggal dan masih hidup ini, dan juga untuk semua tahanan di dunia, sehingga para tahanan ditempatkan kembali dan tidak penuh sesak; agar penjara-penjara menjadi tempat penempatan kembali. Marilah kita berdoa kepada Bunda Maria, Bunda para tahanan : Salam Maria ...
[Ringkasan dalam bahasa Inggris yang disampaikan oleh seorang penutur]
Saudara dan saudari terkasih : Dalam katekese lanjutan kita tentang pengharapan kristiani, kita sekarang beralih ke sosok Rahel, istri Yakub, yang meninggal saat melahirkan anak keduanya. Nabi Yeremia membangkitkan air mata Rahel - air mata seorang ibu yang menangis karena anak-anaknya dan tidak mau dihibur - untuk menggambarkan kesedihan Umat Terpilih pada saat Pembuangan. Siapa pun yang akrab dengan kesedihan seorang ibu yang telah kehilangan anak memahami kekuatan gambaran ini. Menanggapi air mata Rachel, Allah menawarkan sepatah kata penghiburan dengan menjanjikan kehidupan baru pada saat kembalinya orang-orang buangan (bdk Yer 31:15-17). Dalam Masa Natal ini, kita membaca nubuat nabi Yeremia pada Pesta Kanak-kanak Suci. Dalam Injil untuk hari itu, Santo Matius juga membangkitkan air mata Rahel untuk menggambarkan kesedihan para ibu yang melihat anak-anak mereka terbunuh di depan mata mereka, para korban tirani yang membenci dan menghancurkan kehidupan. Namun di dalam diri Marialah, yang berdiri di kaki salib, nubuat itu benar-benar tergenapi. Air mata Bunda Maria karena wafat Putranya berbuah dalam pengharapan baru dan kehidupan baru bagi semua orang yang, melalui iman, menjadi anak-anaknya dalam tubuh Kristus yang bangkit, yang adalah Gereja.
[Penutur]
Saya menyambut para peziarah dan para pengunjung berbahasa Inggris yang ambil bagian dalam Audiensi saat ini, terutama yang berasal dari Australia, Kanada dan Amerika Serikat. Semoga kalian masing-masing, dan keluarga-keluarga kalian, menghargai sukacita Masa Natal ini, dan mendekat dalam doa kepada Sang Juruselamat yang telah datang untuk tinggal di antara kita. Tuhan memberkati kalian!