Liturgical Calendar

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 21 November 2018 : TENTANG PERINTAH KESEMBILAN (JANGAN MENGINGINI ISTRI SESAMAMU) DAN PERINTAH KESEPULUH (JANGAN MENGINGINI MILIK SESAMAMU DENGAN TIDAK ADIL)

Saudara-saudari terkasih, selamat pagi!

Pertemuan kita tentang Dasa Firman hari ini membawa kita ke kedua Perintah terakhir. Kita mendengarnya pada pembukaan. Kedua perintah tersebut bukan hanya kata-kata terakhir dari teks tetapi lebih dari itu : kedua Perintah tersebut adalah penggenapan perjalanan melalui Dasa Firman, menyentuh hati dari semua yang telah diberikan kepada kita di dalamnya. Bahkan, dengan pemahaman, kedua Perintah tersebut tidak menambahkan muatan baru : petunjuk "jangan mengingini istri sesamamu [...] atau apapun yang dipunyai sesamamu” (Kel 20:17) setidaknya termaktub dalam Perintah tentang perzinahan dan pencurian; lalu, apa fungsi dari kata-kata ini? Apakah kata-kata ini merupakan ringkasan? Apakah kata-kata ini lebih dari itu? Marilah kita tetap sungguh menyampaikan bahwa seluruh Perintah memiliki tugas untuk menunjukkan batasan kehidupan, batas agar manusia tidak menghancurkan dirinya sendiri dan sesamanya, merusak hubungannya dengan Allah. Jika kamu melampauinya, kamu menghancurkan dirimu sendiri; kamu juga menghancurkan hubungan dengan Allah dan hubungan dengan orang lain. Perintah-perintah tersebut menunjukkan hal ini. Kenyataan bahwa semua pelanggaran umumnya berakar dari dalam : keinginan jahat, disoroti melalui Perintah terakhir ini. Seluruh dosa dilahirkan dari keinginan jahat - seluruhnya. Hati mulai bergerak di sana, dan hati memasuki alunan itu dan berakhir dengan pelanggaran. Tetapi bukan pelanggaran hukum formal, legal : pelanggaran yang melukai diri sendiri dan orang lain. Tuhan Yesus mengatakannya secara sederhana dalam Injil : “Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang" (Mrk 7:21-23).


Kita memahami, oleh karena itu, bahwa seluruh perjalanan yang dilakukan dalam Dasa Firman tidak akan berguna jika tidak sampai menyentuh tingkatan ini : hati manusia. Dari mana semua hal buruk ini lahir? Dasa Firman jelas dan mendalam pada segi ini : titik kedatangan - Perintah terakhir - dari perjalanan ini adalah hati dan jika hal ini, jika hati tidak dibebaskan, selebihnya tidak ada gunanya. Inilah tantangannya : membebaskan hati dari semua hal jahat dan mengerikan ini. Pedoman-pedoman Allah dapat dikurangi hanya menjadi pemandangan luar yang indah dari suatu kehidupan, yang dalam hal apapun tetap merupakan keberadaan hamba dan bukan keberadaan anak-anak. Seringkali, di balik topeng kebenaran orang Farisi yang menyesakkan napas, sesuatu yang mengerikan dan tidak terselesaikan tersembunyi.

Sebaliknya, kita harus membiarkan diri kita berkeinginan membuka kedok dengan Perintah-perintah ini karena Perintah-perintah tersebut menunjukkan kepada kita kepapaan kita, untuk membawa kita pada kehinaan kudus. Kita masing-masing dapat bertanya pada diri sendiri: tetapi betapa buruknya keinginan-keinginan yang sering datang kepadaku? Iri hati, keserakahan, pergunjingan? - semua hal yang datang kepadaku ini berasal dari dalam. Kita masing-masing dapat bertanya kepada diri sendiri dan akan ada baiknya untuk kita. Manusia membutuhkan kehinaan yang terberkati ini, dengan <kehinaan> itu ia mendapati bahwa ia tidak dapat membebaskan dirinya sendiri; dengan <kehinaan> itu ia menangis kepada Allah untuk diselamatkan. Santo Paulus menjelaskannya dengan secara tak terbantahkan, tepatnya dengan mengacu pada Perintah untuk tidak mengingini (bdk. Rm 7:7-24).

Memikirkan kita dapat membetulkan diri sendiri tanpa karunia Roh Kudus sia-sia. Memikirkan kita dapat memurnikan hati kita hanya dengan usaha keras atas kehendak kita sendiri sia-sia : hal ini tidak mungkin. Membuka diri kita untuk menjalin hubungan dengan Allah, dalam kebenaran dan kebebasan, diperlukan : hanya dengan demikian usaha kita dapat berbuah karena Roh Kuduslah yang menuntun kita maju.

Hukum biblis bertanggung jawab untuk tidak memperdaya manusia di mana ketaatan harafiah akan menuntunnya kepada keselamatan yang terpalsukan dan, bahkan, tidak dapat dicapai. Hukum biblis bertanggung jawab untuk mengarahkan manusia kepada kebenarannya, yaitu, kepada kepapaannya, yang menjadi awal yang sesungguhnya dan awal pribadi terhadap belas kasihan Allah, yang mengubah kita dan memperbarui kita. Allah sajalah yang dapat memperbaharui hati kita, dengan syarat kita membuka hati kita kepada-Nya : itulah satu-satunya syarat. Ia melakukan segalanya, tetapi kita harus membuka hati kita kepada-Nya. Kedua Perintah terakhir dari Dasa Firman mendidik kita semua untuk mengakui diri kita para pengemis; kedua Perintah terakhir membantu menempatkan diri kita di hadapan ketidakteraturan hati kita, untuk berhenti hidup secara egois dan menjadi miskin di hadapan Allah, otentik di hadapan Bapa, membiarkan diri kita ditebus oleh Sang Putra dan diajar oleh Roh Kudus. Roh Kudus adalah Guru yang membimbing kita : kita harus membiarkan diri kita dibantu. Kita adalah para pengemis; marilah kita memohon rahmat ini. “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga” (Mat 5:3). Ya, berbahagialah orang-orang yang berhenti memperdaya diri mereka sendiri, berhenti mempercayai bahwa mereka dapat menyelamatkan diri dari kelemahan-kelemahan mereka tanpa belas kasihan Allah, yang semata-mata dapat menyembuhkan. Hanya belas kasih Allah yang menyembuhkan hati. Berbahagialah orang-orang yang mengakui keinginan jahat mereka dan dengan hati yang menyesal dan terhina tidak berada di hadapan Allah dan orang lain sebagai orang-orang yang benar tetapi sebagai orang-orang berdosa. betapa indahnya apa yang dikatakan Petrus kepada Tuhan : “Enyahlah daripadaku, karena aku adalah orang berdosa, ya Tuhan”. Ini adalah doa yang indah : “Enyahlah daripadaku, karena aku adalah orang berdosa, ya Tuhan”.

Mereka adalah orang-orang yang mampu memiliki rasa iba, yang mampu mengasihani orang lain karena mereka mengalaminya dalam diri mereka.

[Sambutan dalam bahasa Italia]

Salam hangat tertuju kepada para peziarah berbahasa Italia.

Saya senang menerima kelompok-kelompok umat paroki, terutama umat Santo Elpidio a Mare dan umat Salerno; serta kelompok Laboratorium Keberanian, yang ditemani oleh sang uskup agung, Monsinyur Renato Boccardo.

Saya menyapa Delegasi Proyek Keranjang di Tanah Suci; Bank Makanan; Lembaga Kepolisian Internasional Puglia dan Institut Garibaldi-Leone Trinitapoli.

Pemikiran khusus tertuju kepada kaum muda, orang-orang dan para pengantin baru.

Hari ini kita merayakan Peringatan wajib Santa Perawan Maria Dipersembahkan Kepada Allah. Kita memandang kepada dia yang melahirkan Kristus dan kita menghormati dia sebagai bunda dan penolong umat Kristiani yang ampuh. Dari dia, kita belajar apa artinya dikuduskan sepenuhnya terhadap rencana yang dimiliki Allah bagi kita masing-masing dan bagi seluruh dunia.

[Himbauan Bapa Suci]

Hari ini, Peringatan wajib Santa Perawan Maria Dipersembahkan Kepada Allah, kita memperingati Hari Pro Orantibus, yang didedikasikan untuk mengingat komunitas-komunitas rohani kontemplatif : ada begitu banyak! Hari ini adalah kesempatan yang lebih layak untuk bersyukur kepada Tuhan atas karunia begitu banyak orang yang, dalam biara-biara dan pertapaan-pertapaan, membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah dalam doa, dalam keheningan, dan dalam ketersembunyian. Semoga komunitas-komunitas ini tidak kekurangan kasih sayang, kedekatan, dan dukungan, juga material, dari seluruh Gereja!

[Ringkasan dalam bahasa Inggris yang disampaikan oleh seorang penutur]

Saudara dan saudari terkasih: Dalam lanjutan katekese kita tentang Dasa Firman, sekarang kita beralih ke kedua perintah terakhir : "Jangan mengingini istri sesamamu ... Jangan mengingini milik sesamamu dengan tidak adil". Kedua Perintah terakhir ini dalam arti tertentu merangkum seluruh isi Dasa Firman. Karena segenap dosa, seperti yang diajarkan Yesus (bdk. Mrk 7:23), pada akhirnya lahir dari keserakahan : keinginan jahat yang mengintai di dalam hati manusia.

Dasa Firman, dengan mengajarkan kita bagaimana hidup benar dengan orang lain dan dengan Allah, menunjukkan kepada kita kebutuhan kita akan perubahan hati yang membebaskan yang hanya bisa diterima melalui karunia Roh Kudus. Kedua perintah itu mengundang kita untuk meninggalkan pengusahaan diri dan angan-angan kecukupan diri kita, dan menyadari kebutuhan kita akan keselamatan. Pengakuan yang rendah hati terhadap kepapaan rohani kita membuka hati kita bagi belas kasih Allah, yang mengubah dan memperbarui kita, memungkinkan kita untuk menjalani kehidupan yang benar di mata Bapa, ditebus oleh Sang Putra dan diajar oleh Roh Kudus. Dengan cara ini, kita belajar untuk menunjukkan kepada orang lain belas kasih yang telah kita terima dalam Kristus.