Saudara
dan saudari terkasih, selamat pagi dan selamat hari raya!
Bacaan
Pertama hari ini, dari Kitab Wahyu (7:2-4,9-14), berbicara kepada kita tentang
Surga dan menempatkan di hadapan kita “suatu kumpulan besar orang banyak”,
tidak dapat terhitung banyaknya, "dari segala bangsa dan suku dan kaum dan
bahasa” (Why 7:9). Mereka adalah orang-orang kudus. Apa yang mereka lakukan
"di sana"? Mereka bernyanyi bersama; memuji Allah dengan sukacita.
Akan menyenangkan mendengarkan nyanyian mereka ... tetapi kita bisa
membayangkannya. Apakah kamu tahu kapannya? Selama Misa, ketika kita
menyanyikan “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan, Allah semesta alam ...“. Kitab Suci
mengatakan itu adalah nyanyian rohani yang berasal dari Surga, yang dinyanyikan
di sana (bdk. Yes 6:3; Why 4:8), sebuah madah pujian. Kemudian, menyanyikan
“Kudus”, kita bukan hanya memikirkan para kudus tetapi kita melakukan apa yang
mereka lakukan. Pada saat Misa tersebut, kita dipersatukan dengan mereka lebih
dari sebelumnya. Dan kita dipersatukan dengan semua orang kudus - tidak hanya
dengan orang-orang yang paling terkenal dalam penanggalan, tetapi juga dengan
orang-orang “dari pintu sebelah”, dengan kerabat dan kenalan kita, yang
sekarang menjadi bagian dari kelompok besar itu.
Hari
ini, kemudian, adalah hari raya keluarga. Orang-orang kudus dekat dengan kita,
sebaliknya, mereka adalah saudara dan saudari yang paling sejati. Mereka
memahami kita, mereka mengasihi kita, mereka tahu apa kebaikan kita yang
sesungguhnya; mereka membantu kita dan menanti kita. Mereka bahagia dan ingin
kita bahagia bersama mereka di Firdaus. Oleh karena itu, mereka mengundang kita
untuk <mengikuti> jalan kebahagiaan, yang ditunjukkan dalam Injil hari
ini, begitu indah dan terkenal : "Berbahagialah orang yang miskin di
hadapan Allah [...] Berbahagialah orang yang lemah lembut [...] Berbahagialah
yang suci hatinya ..." (Mat 5:3-8).
Tetapi,
bagaimana bisa? Injil mengatakan yang berbahagia adalah orang miskin, sedangkan
dunia mengatakan yang berbahagia adalah orang kaya. Injil mengatakan bahwa yang
berbahagia adalah orang yang lemah lembut, sedangkan dunia mengatakan yang
berbahagia adalah orang yang congkak. Injil mengatakan bahwa yang berbahagia
adalah suci hatinya, sedangkan dunia mengatakan bahwa yang berbahagia adalah
orang yang pintar dan bersukaria. Jalan berbahagia, jalan kekudusan ini,
tampaknya mengarah pada kekalahan. Namun - Bacaan Pertama kembali mengingatkan
kita - orang-orang kudus memegang "daun-daun palem di tangan mereka” (ayat
9), yaitu, lambang kemenangan. Mereka telah menang, bukan dunia. Dan mereka
menasehati kita untuk memilih berada di pihak mereka, yaitu Allah yang kudus.
Marilah
kita bertanya pada diri kita, di pihak apakah kita berada: pihak surga atau
pihak bumi? Apakah kita hidup untuk Tuhan atau untuk diri kita sendiri, untuk
kebahagiaan kekal atau untuk beberapa kepuasan sekarang? Marilah kita bertanya
kepada diri sendiri: apakah kita benar-benar menginginkan kekudusan atau apakah
kita puas menjadi umat Kristiani tanpa keburukan dan tanpa pujian, yang percaya
pada Allah dan menghargai sesama mereka tetapi tanpa melebih-lebihkan? Tuhan
“meminta semuanya, dan apa yang Ia tawarkan adalah kehidupan sejati, - Ia
menawarkan semuanya -, kebahagiaan yang untuknya kita diciptakan” (Seruan
Apostolik Gaudete ed Exsultate, 1).
Singkatnya,
kekudusan atau tidak sama sekali! Ada baiknya kita membiarkan orang-orang kudus
menantang kita, yang di sini tidak memiliki setengah ukuran dan “bersorak” bagi
kita karena kita memilih Allah, kerendahan hati, kelemahlembutan, belas kasih,
kemurnian, karena kita tertarik akan Surga ketimbang bumi.
Hari
ini saudara dan saudari kita tidak meminta kita untuk kembali mendengarkan
sebuah Injil yang indah, tetapi mengamalkannya, melaksanakan jalan Sabda
Bahagia. Jalan Sabda Bahagia bukan tentang melakukan hal-hal yang luar biasa,
tetapi tentang mengikuti jalan yang menuntun kita ke Surga ini setiap hari,
yang menuntun kita sebagai sebuah keluarga, yang menuntun kita pulang. Oleh
karena itu, hari ini kita melihat sepintas lalu masa depan kita dan merayakan
bahwa untuk itu kita dilahirkan : kita dilahirkan untuk tidak pernah mati lagi;
kita dilahirkan untuk menikmati kebahagiaan Allah! Tuhan mendorong kita dan
kepada orang yang memasuki jalan Sabda Bahagia, Ia mengatakan: “Bersukacita dan
bergembiralah, karena upahmu besar di sorga” (Mat 5:12).
Semoga
Bunda Allah, Ratu Para Kudus, membantu kita untuk mengikuti jalan kekudusan
dengan tekad; semoga ia, yang adalah Pintu Gerbang Surga, mengajukan
orang-orang yang kita sayangi yang telah meninggal ke dalam keluarga surgawi.
[Sambutan dalam bahasa Italia]
Saudara
dan saudari terkasih,
Saya
menyambut kalian semua dengan penuh kasih sayang, para peziarah dari Italia dan
dari berbagai negara, keluarga-keluarga, kelompok-kelompok paroki,
lembaga-lembaga dan anak-anak sekolah.
Sambutan
khusus diberikan kepada para peserta dalam "Race of Saints", yang
diselenggarakan oleh Yayasan “Misi Don Bosco”, untuk menghayati dimensi Hari
Raya Semua Orang Kudus dalam sebuah perayaan rakyat.
Terima
kasih atas prakarsa kalian yang indah dan atas kehadiran kalian!
Besok
sore saya akan pergi ke Kuburan Laurentino, Roma : Saya mengundang kalian untuk
menyertai saya dengan doa pada peringatan arwah orang beriman dalam tanda iman
dan beristirahat dalam damai.
Kepada
kalian semua saya mengucapkan selamat hari raya dalam persekutuan rohani para
kudus. Dan, tolong, jangan lupa mendoakan saya. Selamat menikmati makan siang
dan selamat tinggal!