Liturgical Calendar

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 1 November 2018 : SABDA BAHAGIA, JALAN MENUJU KEKUDUSAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi dan selamat hari raya!

Bacaan Pertama hari ini, dari Kitab Wahyu (7:2-4,9-14), berbicara kepada kita tentang Surga dan menempatkan di hadapan kita “suatu kumpulan besar orang banyak”, tidak dapat terhitung banyaknya, "dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa” (Why 7:9). Mereka adalah orang-orang kudus. Apa yang mereka lakukan "di sana"? Mereka bernyanyi bersama; memuji Allah dengan sukacita. Akan menyenangkan mendengarkan nyanyian mereka ... tetapi kita bisa membayangkannya. Apakah kamu tahu kapannya? Selama Misa, ketika kita menyanyikan “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan, Allah semesta alam ...“. Kitab Suci mengatakan itu adalah nyanyian rohani yang berasal dari Surga, yang dinyanyikan di sana (bdk. Yes 6:3; Why 4:8), sebuah madah pujian. Kemudian, menyanyikan “Kudus”, kita bukan hanya memikirkan para kudus tetapi kita melakukan apa yang mereka lakukan. Pada saat Misa tersebut, kita dipersatukan dengan mereka lebih dari sebelumnya. Dan kita dipersatukan dengan semua orang kudus - tidak hanya dengan orang-orang yang paling terkenal dalam penanggalan, tetapi juga dengan orang-orang “dari pintu sebelah”, dengan kerabat dan kenalan kita, yang sekarang menjadi bagian dari kelompok besar itu.


Hari ini, kemudian, adalah hari raya keluarga. Orang-orang kudus dekat dengan kita, sebaliknya, mereka adalah saudara dan saudari yang paling sejati. Mereka memahami kita, mereka mengasihi kita, mereka tahu apa kebaikan kita yang sesungguhnya; mereka membantu kita dan menanti kita. Mereka bahagia dan ingin kita bahagia bersama mereka di Firdaus. Oleh karena itu, mereka mengundang kita untuk <mengikuti> jalan kebahagiaan, yang ditunjukkan dalam Injil hari ini, begitu indah dan terkenal : "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah [...] Berbahagialah orang yang lemah lembut [...] Berbahagialah yang suci hatinya ..." (Mat 5:3-8).

Tetapi, bagaimana bisa? Injil mengatakan yang berbahagia adalah orang miskin, sedangkan dunia mengatakan yang berbahagia adalah orang kaya. Injil mengatakan bahwa yang berbahagia adalah orang yang lemah lembut, sedangkan dunia mengatakan yang berbahagia adalah orang yang congkak. Injil mengatakan bahwa yang berbahagia adalah suci hatinya, sedangkan dunia mengatakan bahwa yang berbahagia adalah orang yang pintar dan bersukaria. Jalan berbahagia, jalan kekudusan ini, tampaknya mengarah pada kekalahan. Namun - Bacaan Pertama kembali mengingatkan kita - orang-orang kudus memegang "daun-daun palem di tangan mereka” (ayat 9), yaitu, lambang kemenangan. Mereka telah menang, bukan dunia. Dan mereka menasehati kita untuk memilih berada di pihak mereka, yaitu Allah yang kudus.

Marilah kita bertanya pada diri kita, di pihak apakah kita berada: pihak surga atau pihak bumi? Apakah kita hidup untuk Tuhan atau untuk diri kita sendiri, untuk kebahagiaan kekal atau untuk beberapa kepuasan sekarang? Marilah kita bertanya kepada diri sendiri: apakah kita benar-benar menginginkan kekudusan atau apakah kita puas menjadi umat Kristiani tanpa keburukan dan tanpa pujian, yang percaya pada Allah dan menghargai sesama mereka tetapi tanpa melebih-lebihkan? Tuhan “meminta semuanya, dan apa yang Ia tawarkan adalah kehidupan sejati, - Ia menawarkan semuanya -, kebahagiaan yang untuknya kita diciptakan” (Seruan Apostolik Gaudete ed Exsultate, 1).

Singkatnya, kekudusan atau tidak sama sekali! Ada baiknya kita membiarkan orang-orang kudus menantang kita, yang di sini tidak memiliki setengah ukuran dan “bersorak” bagi kita karena kita memilih Allah, kerendahan hati, kelemahlembutan, belas kasih, kemurnian, karena kita tertarik akan Surga ketimbang bumi.

Hari ini saudara dan saudari kita tidak meminta kita untuk kembali mendengarkan sebuah Injil yang indah, tetapi mengamalkannya, melaksanakan jalan Sabda Bahagia. Jalan Sabda Bahagia bukan tentang melakukan hal-hal yang luar biasa, tetapi tentang mengikuti jalan yang menuntun kita ke Surga ini setiap hari, yang menuntun kita sebagai sebuah keluarga, yang menuntun kita pulang. Oleh karena itu, hari ini kita melihat sepintas lalu masa depan kita dan merayakan bahwa untuk itu kita dilahirkan : kita dilahirkan untuk tidak pernah mati lagi; kita dilahirkan untuk menikmati kebahagiaan Allah! Tuhan mendorong kita dan kepada orang yang memasuki jalan Sabda Bahagia, Ia mengatakan: “Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga” (Mat 5:12).

Semoga Bunda Allah, Ratu Para Kudus, membantu kita untuk mengikuti jalan kekudusan dengan tekad; semoga ia, yang adalah Pintu Gerbang Surga, mengajukan orang-orang yang kita sayangi yang telah meninggal ke dalam keluarga surgawi.

[Sambutan dalam bahasa Italia]

Saudara dan saudari terkasih,

Saya menyambut kalian semua dengan penuh kasih sayang, para peziarah dari Italia dan dari berbagai negara, keluarga-keluarga, kelompok-kelompok paroki, lembaga-lembaga dan anak-anak sekolah.

Sambutan khusus diberikan kepada para peserta dalam "Race of Saints", yang diselenggarakan oleh Yayasan “Misi Don Bosco”, untuk menghayati dimensi Hari Raya Semua Orang Kudus dalam sebuah perayaan rakyat.

Terima kasih atas prakarsa kalian yang indah dan atas kehadiran kalian!

Besok sore saya akan pergi ke Kuburan Laurentino, Roma : Saya mengundang kalian untuk menyertai saya dengan doa pada peringatan arwah orang beriman dalam tanda iman dan beristirahat dalam damai.

Kepada kalian semua saya mengucapkan selamat hari raya dalam persekutuan rohani para kudus. Dan, tolong, jangan lupa mendoakan saya. Selamat menikmati makan siang dan selamat tinggal!