Saudara
dan saudari terkasih, selamat pagi dan selamat Hari Raya!
Hari
ini, Sabda Allah menghadirkan kepada kita sebuah alternatif. Dalam Bacaan
Pertama (Kej 3:9-15,20) ada orang yang, pada permulaan, mengatakan tidak kepada
Allah, dan dalam Bacaan Injil (Luk 1:26-38) ada Maria yang, pada saat Kabar
Sukacita, mengatakan ya kepada Allah. Dalam kedua bacaan tersebut Allahlah yang
mencari manusia. Tetapi dalam kasus pertama Allah pergi kepada Adam, setelah
dosa, dan bertanya kepadanya : “Di manakah engkau?” (Kej 3:9), dan Adam
menjawab : “Aku bersembunyi” (ayat 10). Namun, dalam kasus kedua, Allah pergi
kepada Maria, tanpa dosa, yang menjawab : “Sesungguhnya aku ini adalah hamba
Tuhan” (Luk 1:38). "Aku ini" adalah kebalikan dari "Aku
bersembunyi". "Aku ini" membuka kita kepada Allah, sementara dosa
menutup, mengasingkan, menyebabkan kita sendirian dengan diri kita.
"Aku
ini" adalah kata kunci bagi kehidupan. "Aku ini" menandai bagian
dari kehidupan yang mendatar, yang berpusat pada diri kita dan kebutuhan kita,
menuju kehidupan yang tegak lurus, menanjak menuju Allah. "Aku ini"
merupakan sedang tersedia bagi Tuhan; "Aku ini" adalah obat penawar
terhadap keegoisan, penangkal terhadap kehidupan yang tidak puas, yang selalu
kekurangan sesuatu. "Aku ini" adalah obat melawan penuaan dosa;
"Aku ini" adalah terapi untuk tetap berjiwa muda. "Aku ini"
adalah percaya bahwa Allah memperhitungkan lebih dari aku memperhitungkan
'diriku'. "Aku ini" adalah memilih untuk mempertaruhkan diri pada
Tuhan, patuh terhadap kejutan-kejutan-Nya. Inilah sebabnya mengatakan "Aku
ini" kepada-Nya adalah pujian tertinggi yang bisa kita tawarkan
kepada-Nya. Mengapa tidak memulai hari-hari kita dengan "Aku ini,
Tuhan"? Alangkah indahnya setiap pagi mengatakan : “Aku ini, Tuhan, hari
ini perkenankanlah kehendak-Mu sudi dilakukan dalam diriku”. Kita akan mengatakannya
dalam doa Malaikat Tuhan, tetapi kita dapat mengulanginya sekarang,
bersama-sama. Aku ini, Tuhan, hari ini perkenankanlah kehendak-Mu sudi
dilakukan dalam diriku!.
Maria
menambahkan: "Jadilah padaku menurut perkataanmu". Ia tidak
mengatakan "Jadilah padaku menurut keinginanku", tetapi "menurut
kehendak-Mu". Ia tidak menempatkan batasan apapun pada Allah. Ia tidak
berpikir : "Aku akan membaktikan sebagian diriku kepada-Nya, aku akan
berurusan dengannya dan kemudian aku akan melakukan apa yang kuinginkan".
Tidak, Maria tidak mengasihi Tuhan ketika ia merasakan seperti itu, ya dan
tidak. Ia hidup dengan mempercayakan dirinya kepada Allah dalam segala hal dan
untuk segala hal. Inilah rahasia kehidupan. Orang yang mempercayai Allah dalam
segala hal dapat melakukan segalanya. Namun, saudara dan saudari terkasih, Tuhan
menderita ketika kita menanggapi-Nya seperti yang dilakukan Adam : “Aku takut,
sebab itu aku bersembunyi". Allah adalah Bapa, yang paling lembut dari
para bapa, dan menginginkan kepercayaan anak-anak-Nya.
Betapa
seringnya, sebaliknya, kita tidak mempercayai-Nya; kita tidak mempercayai
Allah! Kita berpikir bahwa Ia mungkin mengirimkan kepada kita beberapa
pencobaan, mencabut kebebasan kita, meninggalkan kita. Tetapi ini adalah sebuah
kesalahan besar; godaan sejak permulaan, godaan iblis : menjalin
ketidakpercayaan kepada Allah. Maria mengatasi godaan pertama ini dengan
"Aku ini"-nya. Dan hari ini kita melihat keindahan Bunda Maria, lahir
dan hidup tanpa dosa, selalu patuh dan terus terang kepada Allah.
Hal
ini tidak berarti hidup itu mudah baginya, tidak. Berada bersama Allah tidak
secara ajaib menyelesaikan berbagai masalah. Akhir perikop Injil hari ini
mengingatkannya : “Lalu malaikat itu meninggalkan dia” (ayat 38). Ia pergi :
sebuah kata kerja yang kuat. Malaikat meninggalkan Sang Perawan sendirian dalam
situasi yang sulit. Khususnya ia tahu bahwa ia akan menjadi Bunda Allah -
Malaikat telah mengatakan demikian - tetapi Malaikat tidak menjelaskannya
kepada orang lain, hanya kepadanya. Dan berbagai masalah segera dimulai :
marilah kita membayangkan situasi yang tidak beres menurut hukum, sengsaranya
Santo Yusuf, rencana kehidupan yang tercerabut, apa yang akan dikatakan
orang-orang ... Tetapi berhadapan dengan berbagai masalah, Maria menempatkan
kepercayaannya pada Allah. Ia ditinggalkan oleh Malaikat, tetapi percaya bahwa
Allah tetap bersamanya, di dalam dirinya. Dan ia percaya. Ia percaya kepada
Allah. Ia yakin bahwa bersama Tuhan, bahkan jika secara tak terduga, semuanya
akan baik-baik saja. Inilah pendekatan yang bijaksana : tidak hidup bergantung
pada masalah - ketika masalah berakhir, masalah lain muncul! - tetapi dengan
mempercayai Allah dan mempercayakan setiap hari kepada-Nya : "Aku
ini!". "Aku ini" adalah ungkapan. "Aku ini" adalah doa.
Kepada Bunda Maria yang dikandung tanpa noda, marilah kita memohon rahmat untuk
hidup dengan cara ini.
[Setelah pendarasan doa Malaikat
Tuhan]
Saudara
dan saudari terkasih, hari ini Uskup Pietro Claverie serta 18 orang biarawan
dan biarawati sejawatnya, yang terbunuh dalam kebencian akan iman,
dibeatifikasi di Kapel Notre Dame de Santa Cruz di Oran, Aljazair. Sembilan
belas beato/beata baru! Para martir di zaman kita ini adalah para pewarta Injil
yang setia, para pencipta perdamaian yang rendah hati dan para saksi yang
berjiwa pahlawan bagi cinta kasih Kristiani: seorang uskup, para imam, para
biarawan dan biarawati serta para awam. Kesaksian mereka yang berani adalah
sumber harapan bagi umat Katolik di Aljazair dan benih dialog bagi seluruh
masyarakat. Semoga beatifikasi ini menjadi ilham bagi semua orang untuk
menciptakan sebuah dunia yang bersaudara dan bersetiakawan. Marilah kita
memberikan tepuk tangan untuk para beato/beata baru tersebut, semuanya
bersama-sama!
Dalam
doa-doa saya, saya memastikan mengingat orang-orang muda dan ibu yang meninggal
semalam di sebuah klub malam di Corinaldo, dekat Ancona, maupun banyak orang
yang terluka. Saya memohonkan pengantaraan Bunda Maria untuk mereka semua.
Saya
menyampaikan salam sayang kepada kalian, para peziarah dari Italia dan dari
negara-negara lainnya, terutama keluarga-keluarga, kelompok-kelompok paroki,
dan lembaga-lembaga. Pada Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda
ini, dengan keanggotaan paroki-paroki di Italia, Aksi Katolik, sebuah lembaga
yang selama 150 tahun telah menjadi karunia dan sumber daya untuk perjalanan
Gereja di Italia, sedang dimulai kembali. Saya mendorong keuskupan dan
bagian-bagian parokinya untuk bertanggung jawab terhadap pembentukan kaum awam
yang mampu memberikan kesaksian bagi Injil, menjadi ragi bagi masyarakat yang
semakin adil dan bersetia kawan.
Saya
dengan sepenuh hati memberkati umat Rocca di Papa dan nyala api yang dengannya
mereka akan menerangi bintang besar di Benteng kota mereka yang indah, untuk menghormati
Bunda Maria yang dikandung tanpa noda.
Sore
ini saya akan pergi ke Basilika Santa Maria Magiore untuk berdoa kepada Bunda
Maria, dan setelah itu saya akan pergi ke Piazza di Spagna untuk memulai
kembali kegiatan tradisional penghormatan dan doa tradisional di kaki monumen
Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda. Saya meminta kalian untuk bergabung
dengan saya secara rohani dalam gerakan ini, yang mengungkapkan devosi bakti
kepada Bunda surgawi kita.
Kepada
semuanya saya mengucapkan selamat Hari Raya dan selamat menjalani Masa Adven
yang dibimbing oleh Perawan Maria. Tolong, jangan lupa untuk mendoakan saya.
Selamat menikmati makan siang kalian. Arrivederci!