Saudara
dan saudari yang terkasih, selamat pagi!
Liturgi
Hari Minggu Adven IV ini menempatkan pertama-tama sosok Maria, Bunda Perawan,
yang menantikan untuk melahirkan Yesus, Sang Juruselamat dunia. Kita
mengarahkan pandangan kita pada-Nya, sokoguru iman dan cinta kasih, serta kita
dapat bertanya pada diri kita sendiri: apa yang dipikirkannya selama
berbulan-bulan menanti? Jawabannya berasal, pada kenyataannya, dari perikop
Injil hari ini, kisah kunjungan Maria kepada Elisabet, saudara perempuannya
yang lebih tua (bdk. Luk 1:39-45). Malaikat Gabriel telah menyatakan kepadanya
bahwa Elisabet sedang menantikan seorang anak laki-laki dan ia sudah berada di
bulan yang keenam (bdk. Luk 1:26.36). Dan kemudian Perawan Maria, yang baru
saja mengandung Yesus oleh karya Allah, pergi dengan tergesa-gesa dari Nazaret di
Galilea menuju pegunungan Yudea dan bertemu dengan sepupunya.
Injil
mengatakan, "Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada
Elisabet" (ayat 40). Tidak diragukan lagi Maria memberi selamat kepadanya
atas kehamilannya, seperti Elisabet, pada gilirannya, menyapa Maria dengan
berkata, “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah
rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” (ayat
42-43). Dan, segera, Elisabet memuji imannya : “Dan berbahagialah ia, yang
telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana”
(ayat 45). Pertentangan yang mencolok antara Maria, yang beriman, dan Zakharia,
suami Elisabet, yang ragu-ragu dan tidak memercayai janji Malaikat adalah
jelas, dan karenanya Zakharia tetap bisu sampai kelahiran Yohanes. Ini adalah
sebuah perbandingan.
Kisah
ini membantu kita membaca dengan sangat khusus terang misteri perjumpaan
manusia dengan Allah; sebuah perjumpaan yang tidak ditandai dengan
mukjizat-mukjizat yang luar biasa, melainkan ditandai dengan iman dan cinta
kasih. Maria, sesungguhnya, berbahagia karena ia telah percaya; perjumpaan
dengan Allah adalah buah iman. Sebaliknya, Zakharia, yang ragu-ragu dan tidak
percaya untuk bertumbuh dalam iman, tetap bisu tuli selama keheningan yang
panjang : tanpa iman, kita tetap tidak bisa mendengar suara Allah yang sedang
menghibur. Dan kita tetap tidak mampu mengucapkan kata-kata penghiburan dan
harapan bagi saudara-saudara kita. Dan kita melihatnya setiap hari : orang-orang
yang tidak memiliki iman atau yang memiliki sangat sedikit iman, ketika mereka
harus mendekati seseorang yang sedang menderita mengucapkan kata-kata yang
bersifat sambil lalu tetapi tidak dapat menjamah hati karena kata-kata tersebut
tidak memiliki kekuatan. Kata-kata tersebut tidak memiliki kekuatan karena
mereka tidak memiliki iman, dan jika mereka tidak memiliki iman, kata-kata
tersebut tidak datang untuk menjamah hati orang lain. Iman, pada gilirannya,
dipupuk dalam cinta kasih. Penginjil menceritakan bahwa "Maria bangkit dan
berjalan dengan tergesa-gesa" (ayat 39) menuju rumah Elisabet : dengan
tergesa-gesa, bukan dalam kecemasan, tidak gelisah, tetapi dengan tergesa-gesa,
dalam damai. "Ia bangkit" - suatu gerakan yang penuh kepedulian. Ia
bisa saja tinggal di rumah, untuk mempersiapkan kelahiran Putranya, sebaliknya,
ia lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri, menunjukkan
kenyataan bahwa ia sudah menjadi murid Tuhan yang sedang ia bawa di dalam
rahimnya. Peristiwa kelahiran Yesus dimulai secara demikian, dengan gerakan
cinta kasih yang sederhana; akhirnya, cinta kasih yang tulus selalu merupakan
buah cinta Allah.
Kunjungan
Maria kepada Elisabet dalam Injil, yang kita dengar hari ini dalam Misa,
mempersiapkan kita untuk menghayati Natal dengan baik, saling menyampaikan
dinamika iman dan cinta kasih. Dinamika ini adalah karya Roh Kudus : Roh Cinta
yang membuahi rahim Perawan Maria dan yang mendorongnya untuk berlari melayani
kerabat perempuannya yang lebih tua. Sebuah dinamika yang penuh sukacita,
seperti terlihat dalam pertemuan antara kedua ibu tersebut, yang sama sekali
merupakan madah pujian yang penuh sukacita dalam Tuhan, yang melakukan hal-hal
besar dengan orang-orang kecil yang percaya kepada-Nya.
Semoga
Perawan Maria mendapatkan bagi kita rahmat untuk menjalani Natal yang terbuka
dan ramah, tetapi bukan terpencar-pencar, terbuka dan ramah : semoga “aku” kita
tidak berada di pusat, tetapi “Kamu” Yesus dan “kamu” saudara-saudara kita,
terutama "kamu" dari mereka yang membutuhkan pertolongan. Maka kita
akan meninggalkan ruang untuk Sang Kasih yang, juga hari ini, berkeinginan
untuk menjadi manusia dan berdiam di tengah-tengah kita.
[Setelah pendarasan doa Malaikat
Tuhan]
Saudara
dan saudari yang terkasih!
Pikiran
saya pada saat ini tertuju kepada penduduk Indonesia, yang terkena dampak
bencana alam yang hebat, yang menyebabkan hilangnya nyawa manusia, banyak yang
terlantar dan kehilangan tempat tinggal serta kerusakan materi yang sangat
besar. Saya mengajak semuanya bergabung dengan saya dalam doa untuk para korban
dan orang-orang yang mereka kasihi. Saya secara rohani dekat dengan orang-orang
yang terlantar dan semua orang yang letih, memohonkan pertolongan Allah dalam
penderitaan mereka. Saya mengimbau agar saudara dan saudari ini tidak
kekurangan kesetiakawanan dan dukungan dari komunitas internasional kita.
Marilah
kita berdoa bersama-sama.
Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan
sertamu, terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu,
Yesus. Santa Maria, bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan
waktu kami mati. Amin.
Saya
menyambut kalian semua, umat Roma dan para peziarah dari Italia dan dari
berbagai negara. lusa adalah Natal, dan pikiran saya terutama tertuju kepada
keluarga-keluarga yang datang bersama-sama dalam hari-hari ini : orang-orang
yang tinggal jauh dari orang tua berangkat dan pulang ke rumah, saudara-saudara
yang ingin kembali bertemu ... Bersama-sama dalam keluarga pada Natal sangat
menyenangkan dan penting.
Namun,
banyak orang, karena berbagai alasan, tidak memiliki kemungkinan ini. Dan hari
ini, saya ingin memberi amanat terutama kepada semua orang yang jauh dari
keluarga dan negeri mereka. Saudara dan saudari yang terkasih, Bapa Surgawi
kita tidak melupakan kalian dan tidak meninggalkan kalian. Jika kalian umat
Kristiani, saya mengharapkan kalian menemukan sebuah keluarga sejati dalam
Gereja, di mana kalian mengalami kehangatan cinta persaudaraan. Dan kepada
semua orang yang jauh dari keluarga, umat Kristiani dan umat bukan Kristiani,
saya katakan : pintu-pintu jemaat Kristiani terbuka; Yesus dilahirkan untuk
semua orang dan memberikan segenap kasih Allah. Saya mengucapkan selamat hari
Minggu. Jangan lupa untuk mendoakan saya. Nikmatilah makan siang kalian dan
selamat tinggal.