Liturgical Calendar

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 27 Maret 2019 : TENTANG DOA "BAPA KAMI" - BERILAH KAMI REJEKI PADA HARI INI (MAT 14:15-19)

Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Kita melewatkan hari ini dengan membahas bagian kedua dari doa "Bapa Kami", yang di dalamnya kita memaparkan kebutuhan-kebutuhan kita kepada Allah. Bagian kedua ini dimulai dengan sebuah kata yang beraroma setiap hari : rejeki.

Doa Yesus dimulai dengan permohonan yang mendesak, yang sangat mirip dengan permohonan seorang pengemis : "Berilah kami rejeki pada hari ini!". Doa ini berasal dari fakta yang sering kita lupakan, yaitu, bahwa kita bukanlah makhluk yang dapat mencukupi diri, dan bahwa setiap hari kita perlu makan.


Kitab Suci menunjukkan kepada kita bahwa bagi banyak orang perjumpaan dengan Yesus dimulai dari sebuah permintaan. Yesus tidak meminta permohonan yang dibesut, melainkan, segenap keberadaan manusia, dengan masalah-masalah sehari-harinya yang paling nyata, dapat menjadi doa. Kita menemukan dalam Injil sejumlah pengemis, yang memohon pembebasan dan keselamatan. Pengemis yang meminta roti, pengemis lainnya memohon kesembuhan, beberapa pengemis memohon pentahiran, pengemis lainnya memohon penglihatan, atau orang yang mereka kasihi dihidupkan kembali ... Yesus tidak pernah pergi dengan acuh tak acuh terhadap permohonan ini dan duka lara ini.

Oleh karena itu, Yesus mengajarkan kita untuk memohon rejeki setiap hari kepada Bapa. Ia mengajarkan kita untuk melakukan hal tersebut bersatu dengan begitu banyak orang yang mendoakannya dengan tangisan - sering dilakukan di dalam hati - yang menyertai kecemasan sehari-hari. Berapa banyak ibu dan berapa banyak ayah, juga hari ini, tidur dengan tersiksa karena tidak memiliki cukup rejeki pada hari berikutnya untuk anak-anak mereka! Marilah kita membayangkan doa ini didaraskan bukan dalam keamanan sebuah apartemen yang nyaman, tetapi dalam kerawanan sempitnya sebuah ruangan, kurangnya keperluan hidup. Kata-kata Yesus membawa kekuatan baru. Doa kristiani dimulai dari tingkatan ini. Doa kristiani bukan latihan untuk bertapa; doa kristiani dimulai dari kenyataan, dari hati dan dari daging kebutuhan hidup orang-orang, atau dari ambil bagian dengan keadaan orang-orang yang tidak memiliki apa yang diperlukan untuk hidup. Bahkan para mistikus kristiani terkemuka pun tidak dapat melakukannya tanpa kesederhanaan permohonan ini . “Bapa, berilah kami rejeki pada hari ini”. Dan “rejeki” juga berarti air, obat-obatan, rumah, pekerjaan ... Memohon apa yang diperlukan untuk hidup. Rejeki yang diminta umat kristiani dalam doa bukanlah rejeki-"ku" tetapi "rejeki kami". Demikianlah yang diinginkan Yesus. Ia mengajarkan kita untuk memintanya, tidak hanya untuk diri kita sendiri tetapi untuk segenap persaudaraan dunia. Jika kita tidak berdoa dengan cara ini, doa "Bapa Kami" tidak lagi menjadi doa kristiani. Jika Allah adalah Bapa kita, bagaimana kita dapat menyerahkan diri kepada-Nya tanpa saling bergandengan tangan? - kita semua. Dan jika di antara kita sendiri, kita mencuri roti yang Ia berikan kepada kita, bagaimana kita dapat mengatakan bahwa kita adalah anak-anak-Nya? Doa ini mengandung sikap empati dan kesetiakawanan. Dalam kelaparanku, aku merasakan kelaparan orang banyak, dan kemudian aku akan berdoa kepada Allah sampai doa mereka didengar. Beginilah cara Yesus mendidik umat-Nya, Gereja-Nya, membawa kepada Allah kebutuhan semua orang : “Kami semua adalah anak-anak-Mu, ya Bapa, kasihanilah kami!” Dan sekarang akan ada baiknya bagi kita untuk berhenti sejenak dan memikirkan anak-anak yang sedang menderita kelaparan. Marilah kita memikirkan anak-anak yang berada di negara-negara yang berperang : anak-anak Yaman yang sedang menderita kelaparan, anak-anak yang yang sedang menderita kelaparan di Suriah, anak-anak yang sedang menderita kelaparan di banyak negara yang tidak memiliki makanan, di Sudan Selatan. Marilah kita memikirkan anak-anak ini dan, memikirkan mereka, marilah kita bersama-sama mendoakan dengan lantang : “Bapa, berilah kami rejeki pada hari ini” - semuanya.

Roti yang kita mohonkan kepada Tuhan dalam doa adalah roti yang suatu hari akan menggugat kita. Roti tersebut akan menegur kebiasaan kecil kita memecah-mecahkannya dengan orang yang dekat dengan kita, kebiasaan kecil kita membagikannya. Roti tersebut adalah roti yang diberikan untuk umat manusia dan, malahan, hanya seseorang yang memakannya : kasih tidak bisa menanggung hal ini. Kasih kita tidak bisa menanggung hal ini; kasih Allah juga tidak bisa menanggung egoisme karena tidak berbagi roti ini.

Pernah ada orang banyak di hadapan Yesus; mereka adalah orang-orang yang lapar. Yesus bertanya apakah ada memiliki sesuatu, dan hanya seorang anak yang didapati siap untuk membagikan persediaannya : lima roti dan dua ikan. Yesus melipatgandakan sikap murah hati itu (bdk. Yoh 6:9). Anak itu telah memahami pelajaran dari doa "Bapa Kami": bahwa makanan bukanlah milik pribadi - marilah kita mengingat hal ini : makanan bukanlah milik pribadi -, tetapi pemeliharaan yang harus dibagikan, dengan rahmat Allah.

Sesungguhnya mukjizat yang dilakukan Yesus pada hari itu bukanlah penggandaan - yang benar -, tetapi berbagi : berikanlah apa yang kamu miliki dan Aku akan melakukan mukjizat. Ia sendiri, dengan menggandakan roti yang dipersembahkan, mengantisipasi persembahan diri-Nya dalam Roti Ekaristi. Faktanya, hanya Ekaristi yang mampu memuaskan rasa lapar terhadap tak terbatasnya keinginan akan Allah yang menjiwai setiap orang, juga dalam mencari rejeki setiap hari.

[Sambutan dalam bahasa Italia]

Sebagaimana setiap tahun, kita akan bertemu Jumat dan Sabtu depan untuk prakarsa tradisional : "24 Jam untuk Tuhan". Pada hari Jumat pukul 17.00 saya akan merayakan Liturgi Tobat di Basilika Santo Petrus. Betapa pentingnya jika, pada kesempatan khusus ini, gereja-gereja kita juga akan buka lebih lama, untuk berdoa memohonkan kerahiman Allah dan menerimanya dalam Sakramen Tobat.

Sambutan hangat tertuju kepada para peziarah berbahasa Italia.

Saya senang menerima para peziarah dari Keuskupan Palermo dan Keuskupan Piazza Armerina, bersama para Uskup mereka, Monsinyur Corrado Lorefice dan Monsinyur Rosario Gisana, serta kelompok-kelompok paroki, khususnya, Paroki Chiusi Stazione, yang didampingi oleh uskupnya, Monsinyur Stefano Manetti.

Saya menyambut Gerakan United Dependents 118 Sisilia; Lembaga yang Kuat dan Bebas Pontinia dan sekolah-sekolah, khususnya Sekolah Ladispoli, Fasano, Corropoli, dan Napoli.

Secara khusus saya memikirkan kaum muda, kaum tua, orang-orang sakit, dan para pengantin baru. Semoga kunjungan ke Makam Para Rasul menjadi sebuah kesempatan untuk bertumbuh dalam kasih Allah dan memperkenankan dirimu diubahkan oleh rahmat ilahi, yang lebih kuat dari dosa apa pun.

[Ringkasan dalam bahasa Inggris yang disampaikan oleh seorang penutur]

Saudara dan saudari yang terkasih : Dalam katekese lanjutan kita tentang doa "Bapa Kami", kita sekarang beralih ke bagian kedua dari doa tersebut, di mana kita menyampaikan berbagai kebutuhan kita kepada Allah. Permohonan pertama yakni agar Allah “memberikan rejeki pada hari ini”, berasal dari kenyataan, yang sering kali terlupakan, bahwa kita tidak bisa mencukupi diri kita sendiri. Kita perlu dipelihara setiap hari. Namun Yesus mengajarkan kita untuk mempersatukan permohonan ini dengan banyak orang yang juga mendoakan permohonan ini, ditempa di tengah perjuangan sehari-hari untuk kebutuhan hidup yang paling dasariah. Dilihat dalam terang ini, kata-kata Yesus muncul dengan kekuatan yang lebih besar, mengingatkan kita bahwa doa kristiani bukanlah latihan untuk bertapa, tetapi muncul dari kebutuhan orang-orang yang sesungguhnya. Rejeki yang harus kita usahakan, bukan rejekiku melainkan rejeki kita. Yesus menginginkan kita berdoa, bukan untuk diri kita sendiri tetapi untuk saudara-saudari kita. Dengan cara ini doa "Bapa Kami" menjadi sebuah doa empati dan kesetiakawanan. Kita melihat keinginan untuk membantu orang lain tersebut dalam mukjizat memberi makan lima ribu orang, di mana Yesus juga mengantisipasi persembahan pamungkas diri-Nya dalam roti Ekaristi, yang semata-mata mampu sepenuhnya memuaskan rasa lapar kita akan Allah.

Saya menyambut para peziarah dan para pengunjung berbahasa Inggris yang mengambil bagian dalam Audiensi hari ini, terutama yang berasal dari Inggris, Irlandia, Denmark, Jepang dan Amerika Serikat. Semoga perjalanan Prapaskah membawa kita menuju Paskah dengan hati dimurnikan dan diperbarui oleh rahmat Roh Kudus. Atas kalian, dan keluarga-keluarga kalian, saya memohonkan sukacita dan kedamaian di dalam Kristus Sang Penebus kita!