Liturgical Calendar

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 18 September 2019 : TENTANG KISAH PARA RASUL (5:34-35.38-39) – BAGIAN 7


Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Kita melanjutkan katekese tentang Kisah Para Rasul. Menghadapi larangan orang-orang Yahudi untuk mengajar dalam nama Kristus, dengan berani Petrus dan para Rasul menanggapi bahwa mereka tidak sudi menaati orang-orang yang ingin menghentikan perjalanan Injil di dunia. Dengan demikian Dua Belas Rasul menunjukkan bahwa mereka memiliki "ketaatan iman" yang kemudian ingin mereka bangkitkan dalam diri semua manusia (bdk. Rm 1:5). Faktanya, sejak Pentakosta mereka bukan lagi manusia “sendirian”. Mereka mengalami sinergi khusus, yang membuat mereka tidak terpusat pada diri mereka sendiri dan membuat mereka berkata : “kami dan Roh Kudus” (Kis 5:32) atau "keputusan Roh Kudus dan keputusan kami” (Kis 15:28). Mereka merasa tidak bisa mengatakan hanya "aku", mereka adalah manusia yang tidak berpusat pada diri mereka sendiri. Dalam persekutuan yang kuat ini, para Rasul tidak membiarkan diri mereka diintimidasi oleh siapa pun. Mereka memiliki keberanian yang mengesankan! Marilah kita berpikir bahwa hal ini bersifat pengecut : mereka semua melarikan diri, mereka melarikan diri ketika Yesus ditangkap. Namun, dari bersifat pengecut mereka menjadi begitu berani. Mengapa? <Mereka menjadi berani> karena Roh Kudus menyertai mereka. Hal yang sama terjadi pada diri kita : jika kita memiliki Roh Kudus di dalam diri kita, kita akan memiliki keberanian untuk maju, keberanian untuk memenangkan begitu banyak perkelahian, bukan oleh diri kita sendiri tetapi oleh Roh Kudus yang bersama kita. Mereka tidak menarik mundur pawai mereka sebagai para saksi yang pemberani dari Yesus yang bangkit, sebagai para martir sepanjang masa, termasuk masa kita. Para martir memberikan nyawa mereka, mereka tidak menyembunyikan bahwa mereka adalah umat kristiani. Marilah kita pikirkan, beberapa tahun yang lalu - hari ini juga ada begitu banyak - tetapi marilah kita pikirkan empat tahun yang lalu, umat Gereja Kristen Ortodoks Koptik, para pekerja sejati, di pantai Libya : mereka semua digorok, tetapi kata terakhir yang mereka ucapkan adalah “Yesus, Yesus”. Mereka tidak menjual iman, karena Roh Kudus menyertai mereka. Inilah para martir dewasa ini!


Para Rasul adalah "pengeras suara" Roh Kudus, yang diutus oleh Yesus yang bangkit untuk dengan segera dan tanpa ragu-ragu menyebarkan Sabda yang memberikan keselamatan.

Dan tekad ini membuat "sistem keagamaan" Yahudi benar-benar bergetar, yang merasa terancam serta menanggapinya dengan kekerasan dan hukuman mati. Penganiayaan terhadap umat kristiani selalu sama : orang-orang yang tidak menginginkan kekristenan merasa terancam dan dengan demikian membawa kematian bagi umat kristiani. Namun, di tengah-tengah Mahkamah Agama, muncul suara yang berbeda dari seorang Farisi, yang memilih untuk membendung reaksi dari orang sebangsanya : namanya Gamaliel, seorang laki-laki yang bijaksana, "Ahli Taurat, dihargai oleh semua orang" Di sekolahnya, Santo Paulus belajar untuk mematuhi "hukum nenek moyang" (bdk. Kis 22:3). Gamaliel mengambil langkah dan menunjukkan kepada saudara-saudaranya cara melatih seni kearifan dalam menghadapi situasi yang melampaui skema biasa.

Ia menunjukkan, menyebutkan beberapa pribadi yang menjajakan diri mereka sebagai Mesias, bahwa setiap rancangan manusia pada awalnya dapat memperoleh persetujuan dan kemudian gagal, sedangkan semua yang datang dari atas dan membawa "tanda tangan" Tuhan ditakdirkan tiada berkesudahan. Rancangan manusia selalu gagal; rancangan tersebut ada masanya, seperti yang kita lakukan. Pikirkan banyak rancangan politik, dan bagaimana rancangan tersebut berubah dari satu sisi ke sisi lain, di semua negara. Pikirkan berbagai kekaisaran besar, pikirkan berbagai kediktatoran abad terakhir : mereka merasa sangat kuat, mereka berpikir untuk menguasai dunia. Dan kemudian mereka semua runtuh. Pikirkan juga tentang berbagai kekaisaran dewasa ini: mereka akan runtuh, jika Allah tidak bersama mereka, karena kekuatan yang dimiliki manusia dalam diri mereka sendiri tidak bertahan lama. Hanya kekuatan Allah yang bertahan. Kita memikirkan sejarah umat kristiani, juga sejarah Gereja, dengan begitu banyak dosa, dengan begitu banyak skandal, dengan begitu banyak hal mengerikan dalam dua ribu tahun ini. Dan mengapa sejarah itu tidak runtuh? - <sejarah tersebut tidak runtuh> karena Allah ada di sana. Kita adalah orang-orang berdosa dan sering kali kita juga membuat skandal, tetapi Allah beserta kita. Dan Allah menyelamatkan kita terlebih dahulu, lalu mereka, tetapi Tuhan senantiasa menyelamatkan. Kekuatannya adalah “Tuhan beserta kita”. Menyebutkan beberapa pribadi yang menjajakan diri mereka sebagai Mesias, Gamaliel menunjukkan bahwa setiap rancangan manusia pertama-tama dapat memperoleh persetujuan dan kemudian gagal. Karena itu, Gamaliel menyimpulkan bahwa, jika murid-murid Yesus dari Nazaret mempercayai seorang penipu, mereka ditakdirkan hilang lenyap di udara. Sebaliknya, jika mereka mengikuti seseorang yang berasal dari Allah, lebih baik untuk menyerah memerangi mereka dan, ia menasihati, ”mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah" (Kis 5:39). Ia mengajarkan kita untuk melakukan kearifan ini. Kata-kata Gamliel tersebut merupakan kata-kata yang menenangkan dan berpandangan jauh ke depan, yang memungkinkan mereka untuk melihat peristiwa kristiani secara baru dan menawarkan kriteria agar "mengenal Injil", karena kata-kata tersebut mengundang untuk mengenali pohon dari buahnya (bdk. Mat 7:16). Kata-kata Gamliel tersebut menyentuh hati dan mendapatkan pengaruh yang diharapkan : para anggota Mahkamah Agama yang lain mengikuti pendapatnya dan tidak berniat menghukum mati, yaitu, membunuh para Rasul.

Marilah kita memohon kepada Roh Kudus untuk bertindak dalam diri kita sehingga, baik secara pribadi maupun bersama, kita dapat memperoleh kebiasaan kearifan. Marilah kita memohon kepada-Nya untuk membuat kita selalu melihat kesatuan sejarah keselamatan melalui tanda-tanda peristiwa Allah dalam hal ini, zaman kita, dan pada wajah orang-orang di sebelah kita, sehingga kita memahami bahwa waktu dan wajah manusia adalah utusan Allah yang hidup.

[Himbauan Bapa Suci]

Tanggal 21 September mendatang diperingati sebagai Hari Alzheimer Sedunia, suatu penyakit yang menyerang begitu banyak pria dan wanita yang, karena penyakit ini, sering menjadi korban kekerasan, penganiayaan, dan pelecehan yang merusak martabat mereka. Marilah kita berdoa untuk pertobatan hati dan untuk semua orang yang terkena Alzheimer, untuk keluarga mereka dan untuk orang-orang yang merawat mereka dengan penuh kasih. Saya juga mengaitkannya dengan doa, mengingat semua orang yang terkena patologi kanker, sehingga mereka semua semakin didukung, baik dalam pencegahan atau dalam penyembuhan penyakit ini.

[Sambutan dalam bahasa Italia]

Sambutan hangat tertuju kepada para peziarah berbahasa Italia.

Saya senang menerima kaum religius dan para peserta dalam kursus pembaruan Hukum Kanonik Universitas Kepausan Salib Suci.

Saya menyambut tim sepakbola Nazionale Sacerdoti Italia; paroki-paroki, khususnya Paroki Prosdocimus serta Paroki Donatus di Cittadella dan Paroki Santa Lusia di Palermo; Lembaga Emigran dan Pelayanan Pengungs Comboni; Federasi Olahraga Canine Italia; dan anggota Kampanye Pendidikan untuk Keamanan di Jalan.

Saya memikirkan khususnya kaum muda, kaum tua, orang-orang sakit, dan para pengantin baru. Sabtu depan adalah hari raya Santo Matius, Rasul dan Penginjil. Teladanlah kesiapannya untuk segera mengikuti Yesus. Ia melekat pada uang dan menjual tanah airnya sendiri untuk mendapatkan uang! Tuhan memanggilnya dan ia meninggalkan semua uang untuk mengikuti Yesus. Semoga pertobatannya menjadi teladan bagi semua orang, sehingga, seperti dia, kita dapat hidup sebagai murid Tuhan yang sejati, dapat meninggalkan perhitungan dunia.

[Ringkasan dalam bahasa Inggris yang disampaikan seorang penutur]

Saudara dan saudari yang terkasih : Dalam katekese lanjutan kita tentang Kisah Para Rasul, kita sekarang merenungkan bagaimana dengan berani Santo Petrus dan para Rasul menanggapi orang-orang yang ingin menghentikan penyebaran Injil. Diperkuat oleh pengalaman Pentakosta, para Rasul menjadi “alat pengeras suara” Roh Kudus, memberitakan sabda Allah yang menyelamatkan yang tidak bisa dibungkam. Di tengah-tengah Mahkamah Agama, yang merasa terancam oleh pewartaan para Rasul, suara yang berbeda terdengar. Seorang ahli hukum yang sangat dihormati, Gamaliel, mempertunjukkan “seni kebijaksanaan”. Dipenuhi dengan kebijaksanaan kenabian, ia mengajak para pemimpin rakyat untuk tidak tergesa-gesa menyerah, tetapi menunggu perkembangan dari waktu ke waktu. Kearifan semacam ini sangat berharga bagi Gereja karena mengajak kita untuk berpandangan jauh ke depan, untuk merenungkan berbagai peristiwa dan tidak tergesa-gesa membuat penilaian. Kearifan merupakan seni yang tidak memberikan penyelesaian baku. Kearifan adalah latihan kecerdasan rohani yang dilakukan oleh anak-anak Allah yang belajar melihat jejak-jejak kehadiran Bapa dalam sejarah. Marilah kita memohon kepada Roh Kudus agar membantu kita memperoleh kebiasaan kearifan untuk mempelajari bahwa baik waktu maupun wajah saudara-saudari kita adalah utusan Allah yang hidup.

Saya menyambut para peziarah dan para pengunjung berbahasa Inggris yang ambil bagian dalam Audiensi hari ini, terutama dari Inggris, Skotlandia, Irlandia, Denmark, Norwegia, Swedia, Jepang, Malaysia, Filipina, Vietnam, Kanada, dan Amerika Serikat. Secara khusus, saya menyapa para anggota Akademi Bedah Saraf Amerika yang hadir di Roma untuk pertemuan tahunan mereka. Atas kalian dan keluarga kalian, saya memohonkan sukacita dan damai Tuhan. Semoga Allah memberkati kalian!