Liturgical Calendar

BELAJAR DARI BEATO CARLO ACUTIS : HIDUP KUDUS TIDAK HARUS MENUNGGU TUA


Ada jalan menuju kekudusan yang telah bekerja berulang kali. Jalan serupa memungkinkan Theresia dari Lisieux menjadi Santa dan Pujangga Gereja, meski hanya hidup sampai usia 24 tahun. Anda tidak pernah tahu berapa tahun yang akan Anda miliki, jadi waktunya selalu SEKARANG untuk menjadi orang kudus. Jadi apakah jalan paling cepat dan paling pasti menuju surga dan kekudusan? Jalan serupa ditempuh oleh Carlo Acutis, hamba Allah dalam hidupnya yang singkat. Meskipun hidupnya singkat, Carlo Acutis membawa Injil ke tempat-tempat yang sama sekali baru dan ke dalam bentuk yang sama sekali baru. Karena hal ini, suatu hari ia bisa disebut Santo Pelindung Internet dan bahkan mungkin media sosial.

 

Carlo Acutis: Lahir dari Keluarga Suam-suam Kuku

 

Carlo Acutis lahir di London pada tanggal 3 Mei 1991. Orangtuanya, Andrea dan Antonia, berada di sana untuk urusan bisnis. Mereka kembali ke rumah mereka di Milan pada bulan September 1991.

 

"Nyonya, putra Anda istimewa!" Hal ini sering didengar oleh ibu Carlo dari pastor paroki, guru, teman sekelas, dan bahkan penjaga pintu gedung mereka di Via Ariosto, tempat mereka pindah pada tahun 1994. Kualitas luar biasa bocah itu karena persahabatan yang sangat istimewa. Entah dari mana, karena keluarga Carlo tidak rajin ke gereja, Carlo terlihat mengembangkan persahabatan yang erat dengan Yesus.

 

Ibu Carlo, Antonia Acutis, ingat bagaimana Carlo kecil tidak bisa lewat di depan sebuah gereja tanpa meminta masuk dan menyapa Yesus. Ia terkejut menemukan putranya membaca biografi orang kudus dan Alkitab, serta bahkan lebih terkejut lagi ketika putranya mulai mengajukan pertanyaan yang begitu mendalam sehingga ia tidak dapat menjawab. “Saya bingung dengan devosinya. Ia masih sangat kecil dan begitu yakin. Saya mengerti bahwa itu adalah urusannya, tetapi ia juga menelepon saya. Jadi saya memulai perjalanan pemulihan hubungan saya dengan iman. Saya mengikutinya", kata Ibu Carlo.

 

Pada usia tujuh tahun dan atas prakarsanya sendiri, Carlo meminta untuk menerima Komuni Pertama. Setelah menanyai bocah yang dewasa sebelum waktunya tersebut, Monsinyur Pasquale Macchi menjamin kedewasaan dan tingkat pembentukan kristianinya. Namun, beliau mengajukan satu anjuran : perayaan harus dilakukan di tempat yang bebas dari gangguan. Karenanya, pada tanggal 16 Juni 1998, Carlo menerima Ekaristi di dalam keheningan biara Bernaga, dekat Lecco. “Sebagai seorang bocah, terutama setelah menerima Komuni Pertama, ia tidak pernah melewatkan pertemuan hariannya dengan Misa Kudus dan Rosario, diikuti dengan momen adorasi Ekaristi”, kenang ibu Carlo.


Carlo Acutis : Dipersatukan dalam Ekaristi Sejak Usia Belia

 

Carlo pertama kali bersekolah bersama Para Suster Marcelline. Ia menerima pendidikan menengahnya di tangan para Yesuit di Leo XIII Liceo classico. Liceo classico adalah bentuk sekolah menengah tertua di Italia, sekaligus yang paling ketat. Liceo classico untuk sementara waktu merupakan satu-satunya jalur untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Carlo berkembang pesat dalam lingkungan ini, menjadi orang muda yang penuh kasih sayang dan cemerlang.

 

Sejak masa kanak-kanaknya dan terutama setelah ia menerima Komuni Pertama, kehidupan Carlo berputar di sekitar titik yang pasti : Misa harian. "Ekaristi," katanya, "adalah jalan rayaku menuju surga". Ia juga sering menerima Sakramen Tobat. Sebagai seorang remaja, ia menambahkan ke dalam pola hidup rohaninya Rosario Harian dan Adorasi Ekaristi.

 

Ia berbicara demikian tentang Adorasi Ekaristi : "Jika kita berada di depan matahari, kita menjadi coklat ... tetapi ketika kita berada di depan Yesus dalam Ekaristi, kita menjadi orang kudus". Tetapi bagaimana bahkan seorang kudus bisa bertahan di sekolah menengah dewasa ini? Dan dengan kekudusan seutuhnya?

 

Carlo Acutis : Orang Kudus di Sekolah Menengah?

 

Carlo yakin bahwa ia tidak akan menjadi tua. "Aku akan mati muda", ia sering mengulangi. Mungkin inilah sebabnya ia mengisi hari-harinya dengan kegiatan yang begitu luar biasa, mengajarkan katekismus kepada anak-anak laki-laki, memberi makan kaum miskin di kafetaria Caritas, dan menghabiskan waktu bersama anak-anak ruang doa.

 

Seraya mencapai nilai yang sangat baik di sekolah menengah dan di antara seluruh karya amalnya, Carlo masih menyempatkan untuk bermain saksofon, bermain sepak bola, merancang program komputer, dan, seperti remaja berdarah merah lainnya, bermain video game. Ia secara alamiah cenderung ke arah ilmu komputer dan bahkan dianggap cemerlang oleh para insinyur terlatih yang menemukan intuisi dan kecerdasan teknisnya. Minat Carlo berkisar dari pemrograman komputer hingga mengedit film, dari membuat situs web hingga menulis majalah.

 

Teman-teman sekelasnya memandangnya, tidak hanya untuk meminta nasihat atau bantuan, tetapi juga karena caranya membuat orang merasa nyaman. Carlo tampaknya memiliki cara yang baik dengan orang-orang dari semua latar belakang.

 

Wajah ramah Carlo adalah pemandangan umum di lingkungannya. Ia berteman dengan semua orang, termasuk penjaga gerbang, petugas kebersihan, dan pembantu rumah tangga lainnya yang bekerja di lingkungannya. Para pekerja ini seringkali orang bukan Eropa dengan latar belakang Muslim dan Hindu. Carlo memberitahu semua orang tentang cintanya kepada Kristus, dan orang-orang mau tidak mau mendengarkan dan ambil bagian dalam kegembiraannya. Salah satu pekerja rumah tangga tersebut adalah Rajesh, seorang Hindu dari kasta Brahmana. Persahabatan berkembang antara Rajesh dan Carlo. Persahabatan itu begitu mendalam sehingga Rajesh masuk Katolik.

 

Inilah yang dikatakan Rajesh tentang temannya, Carlo : Ia mengatakan kepadaku bahwa aku akan lebih bahagia jika aku mendekati Yesus. Aku dibaptis sebagai orang Kristiani karena dialah yang begitu mempengaruhiku dengan imannya yang mendalam, amal kasihnya, dan kemurniannya. Saya selalu menganggapnya luar biasa karena seorang bocah yang sangat muda, sangat tampan, dan sangat kaya, biasanya lebih suka memiliki kehidupan yang berbeda.

 

Berbicara tentang kemakmuran Carlo, ia dengan cermat tidak menghambur-hamburkan uang. Ia diketahui menyumbangkan kantong tidur kepada para tunawisma dalam perjalanannya untuk menghadiri Misa di Santa Maria Segreta. Ia juga menyumbang kepada Kapusin Viale Piave untuk pelayanan makanan bagi para tunawisma.


Carlo tidak pernah menyembunyikan apa yang membuatnya paling bahagia ... Carlo selalu mengundang teman-temannya untuk pergi bersamanya untuk menghadiri Misa. Agar teman-temannya berdamai dengan Allah, ini adalah sumber kegembiraannya. Carlo menulis yang berikut ini dalam jurnalnya : Kesedihan adalah pandangan yang mengarah pada diri sendiri, kebahagiaan adalah pandangan yang mengarah pada Allah. Pertobatan tidak lain adalah memindahkan pandangan dari bawah ke atas. Gerakan mata yang sederhana sudah memadai.

 

“Dengan intensitas kehidupan rohaninya, Carlo dengan sepenuhnya dan berlimpah menjalani lima belas tahun hidupnya, meninggalkan dampak yang mendalam pada orang-orang yang mengenalnya. Ia adalah ahli komputer, ia membaca buku-buku tentang teknik komputer dan membuat semua orang kagum, tapi ia memberikan bakatnya untuk melayani orang lain dan menggunakannya untuk membantu teman-temannya”, kata ibu Carlos.

 

Carlo Acutis : Tekstur Kehidupan dan Devosi Rohaninya

 

Kekudusan adalah tujuan sebenarnya, tetapi tidak hanya untuk dia saja. Kepada semua orang, ia memberikan perangkatnya untuk menjadi orang kudus : Misa harian, Komuni, Rosario, Kitab Suci, adorasi Ekaristi, Pengakuan Dosa Mingguan, dan kesediaan untuk menyerahkan sesuatu untuk orang lain. Carlo juga secara teratur mempersembahkan pengorbanannya serta berdoa untuk pemulihan dosa dan pelanggaran yang dilakukan terhadap Hati Kudus Yesus, yang ia rasakan hidup dan berdenyut dalam Hosti yang telah dikonsekrasi.

 

Carlo sering berdoa untuk Paus, kemudian Yohanes Paulus II, dan dengan semangat yang membuat kagum pastor parokinya. Mereka yang bertemu dengan pemuda itu mendapatkan kesan yang tak terhapuskan bahwa Yesus, seperti biasa, satu-satunya yang dapat memuaskan hati manusia.

 

Mustahil membicarakan Carlo tanpa menyebutkan devosinya yang kuat kepada Bunda Maria. Ia terpesona oleh penampakan Bunda Maria di Lourdes dan Fatima, serta sering berbicara tentang Santa Bernadette Soubirous dan Para Gembala Cilik Fatima. Pesan pertobatan, penebusan dosa, dan doa Bunda Maria - semua ini dihayati secara nyata dalam kehidupan sehari-harinya. Di dunia yang mengeras menentang kebenaran iman yang luar biasa, Carlo mengguncang hati nurani dan mengundang kita untuk memandang ke surga. Dalam keluarga, di sekolah, di tengah-tengah masyarakat, Carlo menjadi saksi keabadian. Mengutip Carlo : "Tujuan kita haruslah yang tak terbatas dan bukan yang terbatas. Yang Tak Terbatas adalah tanah air kita. Kita senantiasa diharapkanberada  di surga".


Carlo Acutis : Misionaris Media Baru

 

Carlo membuat beberapa situs terkenal, salah satunya didedikasikan untuk orang-orang kudus muda. Ia memiliki minat yang besar pada mereka yang mampu mencapai kekudusan dengan cepat. Situs web tersebut bahkan menyertakan bagian di mana orang dapat menemukan berapa banyak teman yang mereka miliki di surga. Seorang pemuda yang ramah, ia menemukan teman-teman bahkan di surga.

 

Carlo menunjukkan semangat dan kedewasaan yang luar biasa untuk karya misioner mengingat usianya, mungkin karena para sahabat baiknya yang lain berada di surga ... Upaya Carlo adalah sebagai misionaris sejati : menjangkau orang sebanyak mungkin orang dan memperkenalkan mereka pada keindahan dan kegembiraan persahabatan dengan Yesus. Carlo mengambil contoh Santo Paulus, Rasul untuk orang bukan Yahudi, yang berketetapan hati untuk membawa Injil ke setiap penjuru dunia bahkan sampai ke titik kemartiran.

 

Carlo terinspirasi oleh karya beato asal Italia lainnya, James Alberione, yang juga terinspirasi oleh Rasul Paulus. Beato James adalah Pendiri Paulinus dan Putri Santo Paulus. Beato James maupun serikat-serikat religius yang ia dirikan diakui karena menempatkan bentuk-bentuk media baru untuk melayani Injil.


Ekaristi

 

Carlo mempertahankan rasa ingin tahunya tanpa menyerah pada minat arus utama : "Semua orang dilahirkan sebagai yang asli tetapi banyak yang meninggal sebagai fotokopi". Untuk bergerak menuju tujuan ini dan tidak “meninggal sebagai fotokopi”, Carlo mengatakan bahwa kompas kita haruslah Sabda Allah. Ekaristi adalah kutub utaranya yang sesungguhnya. Carlo menempatkan Sakramen Ekaristi di pusat hidupnya dan ia menyebutnya "jalan rayaku menuju surga".

 

Pada tahun 2002, Carlo menemani kedua orangtuanya untuk mendengarkan seorang teman imam berbicara pada presentasi Katekismus Ekaristi Kecil. Ia terpesona dengan apa yang dipelajarinya. Carlo punya ide ... Ia akan membuat pameran tentang mukjizat Ekaristi. Ia berkata, "Mereka harus bisa melihat". Carlo ingin orang-orang memahami bahwa Kristus benar-benar hadir dalam Ekaristi dengan menunjukkan momen-momen sepanjang sejarah ketika Ekaristi tampak menjadi daging dan darah.

 

Ini adalah tumpuan dari semua cinta Carlo yang luar biasa : Ia ingin orang-orang menjumpai Ekaristi dan didamaikan dengan Allah dengan memperbarui Mukjizat Kehadiran Sejati. Carlo ingin menunjukkan kepada orang-orang bahwa Ekaristi benar-benar merupakan Yesus, sahabat baiknya.

 

Carlo segera mulai bekerja dengan mendokumentasikan sendiri berbagai mukjizat Ekaristi. Ia mulai memaksa orang tuanya pergi ke seluruh Eropa untuk mengumpulkan foto-foto mukjizat tersebut.

 

Setelah dua setengah tahun, pameran pun siap. Ia telah membuat katalog seluruh mukjizat Ekaristi di sejarah dunia. Dengan segera, berbagai keuskupan di seluruh dunia mulai meminta pameran.

 

Carlo telah meneliti lebih dari "136 mukjizat Ekaristi yang terjadi selama berabad-abad di berbagai negara di seluruh dunia, dan telah diakui oleh Gereja" dan mengumpulkannya ke dalam sebuah museum virtual. Ia tidak hanya membuat situs web untuk menampung museum virtual ini, tetapi juga presentasi panel, yang telah berkeliling dunia. Di Amerika Serikat saja, berkat bantuan dari Knights of Columbus, The Cardinal Newman Society dan The Real Presence Association, dengan dukungan dari Raymond L. Kardinal Burke, pameran pendahuluan telah diselenggarakan di ribuan paroki dan lebih dari 100 universitas. Pameran Carlo segera menyebar ke seluruh dunia. Pameran tersebut menjangkau semua tempat yang tidak akan pernah ia kunjungi dalam hidupnya.

Carlo Acutis : Sebuah Kematian yang Terlalu Cepat

 

Pada awal Oktober 2006, Carlo jatuh sakit. Ia baru saja menyelesaikan sebuah video, sebuah karya cinta, bersama para siswa SMA Leo XIII. Beberapa hari kemudian, ia dibawa ke Rumah Sakit San Gerardo, Monza, Italia, sebuah rumah sakit yang didirikan oleh Santo Gerardus.

 

Carlo segera menerima diagnosisnya ... Saat melintasi ambang pintu rumah sakit, Carlo berkata kepada ibunya, "Dari sini aku tidak keluar lagi!". Diagnosisnya adalah leukemia promielositik akut. Beberapa hari sebelumnya, Carlo memberitahu kedua orang tuanya : "Saya mempersembahkan apa yang harus saya derita kepada Tuhan untuk Paus dan Gereja, untuk melewati Api Penyucian dan langsung pergi ke surga". Tak lama setelah menerima diagnosisnya, Carlo meninggal pada tanggal 12 Oktober 2006. Ia meninggal dengan senyum cerah di wajahnya serta mempersembahkan hidupnya untuk Paus dan Gereja.

 

Ia dimakamkan di Asisi, kota Santo Fransiskus. Pada hari pemakamannya, gereja dan halaman gereja dibanjiri oleh banyak sahabat dan pengagumnya. Ibunya menggambarkan kejadian itu : "Saya belum pernah melihat orang-orang seperti ini sebelumnya". Orang-orang memenuhi telinga sang ibu yang berduka dengan cerita tentang apa yang telah dilakukan Carlo, cerita yang belum pernah ia dengar.


Apa yang Istimewa dari Carlo Acutis? Dampak Kehidupan

 

Setelah menjangkau begitu banyak orang melalui pameran internasional dan pelayanan internetnya, kematian Carlo memiliki dampak langsung. Ribuan surat dan email sampai ke keluarga itu.

 

Pameran mukjizat Ekaristi Carlo telah mencapai ujung bumi berkali-kali, disajikan di Rusia, Amerika Latin, dan bahkan Tiongkok. Di Amerika Serikat, berkat bantuan Knights of Columbus, acara ini telah diselenggarakan oleh ribuan paroki dan ratusan universitas.

 

Apa yang istimewa dari Carlo? Ia menyambut dan mencintai Yesus sebagai seorang sahabat, sementara masih hidup tenggelam dalam dunia saat ini, menguasai pemrograman komputer, mengedit film, membuat situs web, dan bahkan mengedit komik pada usia 15 tahun. Meskipun tenggelam dalam media yang sarat dengan godaan, Injil berkembang pesat dengan sentuhannya dan sedemikian rupa sehingga ia mungkin dapat menjadi Pelindung Internet.

 

Carlo tetap menjadi inspirasi, terutama bagi remaja yang berjuang untuk menjadi kudus dan "normal", sekaligus tetap unik sebagai individu. Carlo menulis bahwa "Kita semua dilahirkan seperti aslinya, tetapi banyak yang meninggal sebagai fotokopi". Ia selamat dari mesin modernitas Xerox dan internet serta benar-benar berkembang di dalamnya. Dengan melakukan hal itu, ia menunjukkan kepada kita masing-masing jalan ke depan, memberi kita sarana untuk menentukan haluan : kompas kita, katanya, haruslah sabda Allah, yang harus kita pertahankan terus-menerus di hadapan kita. Juga, "Tujuan kita haruslah yang tak terbatas, bukan yang terbatas. Yang Tak Terbatas adalah tanah air kita. Kita selalu diharapkan berada di surga".


Hari ini, Sabtu, 10 Oktober 2020, Carlo Acutis dinyatakan sebagai Beato.

 (Peter Suriadi - Bogor, 10 Oktober 2020)

Sumber

·         "The Saint of the Month: Blessed Carlo Acutis, possible future patron of the web," Parrocchia Santa Maria Assunta

·         "Italy moved by teen who offers life for the Church and the Pope," Catholic News Agency, 14 Oktober 2007.

·         "Biografi", Yayasan Carlo Acutis dan Penyebab Beatifikasi Hamba Allah Carlo Acutis, official website.

·         “Computer geek” takes one more step toward sainthood", oleh Philip Kosloski, 3 Desember 2016.