Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!
Orang-orang yang berdoa tidak pernah
berpaling dari dunia. Jika doa tidak mengumpulkan suka dan duka, harapan dan
keresahan umat manusia, doa menjadi kegiatan "dekoratif", cara
berperilaku yang dangkal, teatrikal, dan menyendiri. Kita semua membutuhkan hal
batiniah : pengunduran diri dalam ruang dan waktu yang didedikasikan untuk
hubungan kita dengan Allah. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa kita menghindari
kenyataan. Dalam doa, Allah “mengambil kita, memberkati kita, kemudian
memecah-mecahkan kita dan memberikan kita”, untuk memuaskan rasa lapar semua
orang. Di dalam tangan Allah, setiap umat Kristiani dipanggil untuk menjadi
roti yang dipecah-pecahkan dan dibagikan. Artinya, doa itu nyata, bukan
pelarian.
Jadi, manusia pendoa mencari kesunyian
dan keheningan, bukan agar tidak terganggu, tetapi untuk mendengarkan suara
Allah dengan lebih baik. Kadang-kadang mereka sama sekali menarik diri dari
dunia, secara diam-diam di kamar mereka, sebagaimana dianjurkan Yesus (lihat
Mat 6:6). Tetapi di mana pun mereka berada, mereka selalu membuka pintu hati
mereka lebar-lebar : sebuah pintu terbuka bagi mereka yang berdoa meski tidak
tahu bagaimana berdoa; bagi mereka yang tidak berdoa sama sekali tetapi yang
membawa dalam diri mereka jeritan yang menyesakkan, permohonan yang
tersembunyi; bagi mereka yang telah berbuat salah dan tersesat… Barangsiapa
dapat mengetuk pintu seseorang yang berdoa menemukan hati yang welas asih yang
tidak mengecualikan siapa pun. Doa berasal dari hati dan suara kita serta
memberikan hati dan suara tersebut kepada begitu banyak orang yang tidak tahu
bagaimana berdoa atau yang tidak ingin berdoa atau kepada orang yang tidak sudi
berdoa : kita adalah hati dan suara orang-orang ini, melambungkan kepada Yesus,
melambungkan kepada Bapa sebagai pengantara. Dalam kesendirian mereka yang
berdoa, entah kesendirian tersebut berlangsung lama atau hanya setengah jam,
berdoa, mereka yang berdoa memisahkan diri dari segalanya dan dari setiap orang
untuk menemukan segalanya dan setiap orang di dalam Allah. Orang-orang ini
mendoakan seluruh dunia, memikul kesedihan dan dosanya di pundak mereka. Mereka
mendoakan setiap orang : mereka seperti "antena" Allah di dunia ini.
Orang yang berdoa melihat wajah Kristus dalam setiap orang miskin yang mengetuk
pintu, dalam setiap orang yang telah kehilangan makna. Dalam Katekismus kita
membaca : “doa pengantaraan - yang dimohonkan atas nama orang lain (…) telah
menjadi ciri khas hati yang sesuai dengan kerahiman Allah”. Hal ini indah.
Ketika kita berdoa, kita sesuai dengan kerahiman Allah; memiliki kerahiman atas
dosa-dosa kita, penuh kerahiman dengan diri kita sendiri, tetapi juga penuh
kerahiman terhadap semua orang yang telah meminta untuk didoakan, mereka yang
ingin kita doakan sesuai dengan hati Allah. Inilah doa yang benar : sesuai dengan
kerahiman Allah, dengan hati-Nya yang rahim. “Pada masa Gereja, doa
pengantaraan orang Kristen mengambil bagian dalam doa pengantaraan Kristus;
ialah ungkapan persekutuan orang-orang kudus” (no. 2635). Apa artinya mengambil
bagian dalam doa pengantaraan Kristus? Ketika saya menjadi pengantara untuk
seseorang atau mendoakan seseorang : karena Kristus ada di hadapan Bapa Ia
adalah Pengantara, Ia mendoakan kita, Ia berdoa dengan menunjukkan kepada Bapa
luka-luka tangan-Nya karena secara fisik Yesus hadir di hadapan Bapa dengan
tubuh-Nya. Dan Yesus adalah Pengantara kita dan berdoa adalah menjadi sedikit
seperti Yesus : menjadi pengantara di dalam Yesus kepada Bapa, demi orang lain.
Hal ini sangat indah.
Hati manusia cenderung ke arah doa.
Hanya hati manusia. Barangsiapa tidak mengasihi saudara atau saudarinya tidak
berdoa dengan sungguh-sungguh. Seseorang mungkin berkata: ia tidak bisa berdoa
jika diliputi kebencian; ia tidak bisa berdoa ketika diliputi ketidakpedulian.
Doa dipersembahkan hanya dalam semangat kasih. Mereka yang tidak suka
berpura-pura berdoa, mereka yakin bahwa mereka sedang berdoa, tetapi mereka
tidak sedang berdoa karena ketiadaan semangat yang tepat, yaitu kasih. Di dalam
Gereja, mereka yang terbiasa dengan kesedihan dan kegembiraan orang lain
menggali lebih dalam dibandingkan orang-orang yang menyelidiki “sistem utama”
dunia. Oleh karena hal ini, pengalaman manusiawi hadir dalam setiap doa, karena
apa pun kesalahan yang dilakukan orang, kesalahan-kesalahan tersebut tidak
boleh ditiadakan atau disingkirkan.
Ketika orang percaya, digerakkan oleh
Roh Kudus, mendoakan orang-orang berdosa, tidak ada pilihan yang dibuat, tidak
ada penghakiman atau penghukuman yang diucapkan : mereka mendoakan semua orang.
Dan mereka mendoakan diri mereka sendiri. Pada saat itu mereka tahu bahwa
mereka tidak jauh berbeda dari orang yang mereka doakan. Mereka menyadari bahwa
mereka adalah orang-orang berdosa di antara orang-orang berdosa dan mereka
mendoakan semua orang. Pelajaran dari perumpamaan orang Farisi dan pemungut
cukai selalu hidup dan selalu relevan (lihat Luk 18:9-14) : kita tidak lebih
baik dari siapa pun, kita semua adalah saudara dan saudari yang menanggung
kerapuhan, penderitaan dan sama-sama berdosa. Oleh karena itu, kita dapat
mengucapkan doa ini kepada Allah : “Tuhan, di antara yang hidup tidak seorang
pun yang benar di hadapan-Mu" (lihat Mzm 143:2). Inilah apa yang dikatakan
dalam salah satu Mazmur : “Tuhan, di antara yang hidup tidak seorang pun yang
benar di hadapan-Mu, tak seorang pun dari kita : kita semua adalah orang
berdosa - kita semua memiliki hutang, masing-masing dengan saldo terhutang yang
harus dibayar; tak seorang pun tanpa dosa di mata-Mu. Tuhan, kasihanilah kami!".
Dan dengan semangat ini, doa berbuah karena dengan rendah hati kita berjalan ke
hadapan Allah dan mendoakan semua orang. Sebaliknya, orang Farisi berdoa dengan
angkuh : “Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama
seperti semua orang lain, bukan pendosa : aku orang benar, selalu selalu
melakukan …”. Hal ini bukan doa : hal ini adalah melihat diri sendiri dalam
sebuah cermin, hal ini tidak melihat kenyataan diri sendiri, tidak. Seperti
melihat dirimu dibuat-buat dalam sebuah cermin karena harga dirimu.
Dunia terus berjalan berkat rantai
orang-orang yang berdoa ini, yang menjadi pengantara, dan yang sebagian besar
tidak dikenal… tetapi bukan tidak dikenal oleh Allah! Ada banyak umat Kristiani
tanpa nama yang, pada saat penganiayaan, telah mengulangi perkataan Tuhan kita
: “ "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka
perbuat" (Luk 23:34).
Sang Gembala yang baik tetap setia
bahkan di hadapan kesadaran akan dosa umat-Nya : Sang Gembala yang baik terus
menjadi Bapa bahkan ketika anak-anak-Nya menjauhkan diri dan meninggalkan-Nya.
Ia bertekun dalam pelayanan-Nya sebagai Gembala bahkan bersama orang-orang yang
telah menumpahkan darah tangan-Nya; Ia tidak menutup hati-Nya terhadap mereka
yang bahkan telah membuat-Nya menderita.
Gereja, dalam semua anggotanya,
memiliki perutusan untuk melaksanakan doa pengantaraan : menjadi pengantara
bagi orang lain. Hal ini terutama berlaku bagi mereka yang menjalankan peran
tanggung jawab : para orangtua, para guru, para pelayan tertahbis, para pembesar
komunitas… Seperti Abraham dan Musa, mereka kadang-kadang harus
"membela" orang-orang yang dipercayakan kepada mereka di hadapan
Allah. Pada kenyataannya, kita sedang berbicara tentang melindungi mereka
dengan mata dan hati Allah, dengan kasih sayang dan kelembutan-Nya yang tiada
tandingannya. Berdoa dengan kelembutan demi orang lain.
Saudara dan saudari, kita semua
adalah daun di pohon yang sama : setiap daun yang jatuh mengingatkan kita akan
kesalehan besar yang harus saling dipelihara dalam doa. Jadi marilah kita
saling mendoakan. Saling mendoakan akan baik untuk kita dan semua orang. Terima
kasih.
[Sapaan khusus]
Dengan hormat saya menyapa umat
berbahasa Inggris. Dalam perjalanan Adven kita, semoga terang Kristus menerangi
jalan kita serta mengenyahkan seluruh kegelapan dan ketakutan dari hati kita.
Atas kalian dan keluarga kalian, saya memohonkan sukacita dan damai Tuhan kita
Yesus Kristus. Allah memberkati kalian!
[Ringkasan dalam bahasa Inggris yang
disampaikan oleh seorang penutur]
Saudara dan saudari yang terkasih, dalam rangkaian katekese kita tentang doa Kristiani, sekarang kita beralih ke doa pengantaraan. Seturut teladan dan ajaran Yesus, setiap kali kita berdoa dalam keheningan dan kesendirian, alangkah lebih baik untuk mendengarkan Tuhan, kita tidak bersembunyi dari kebutuhan orang lain, tetapi membuka hati kita terhadap kesedihan dan ketakutan mereka. Katekismus mengajarkan bahwa doa pengantaraan kita, dalam persekutuan dengan segenap orang kudus, mengambil bagian dalam doa pengantaraan Kristus (bdk. No. 2635). Sementara seluruh Gereja diutus untuk menjadi pengantara bagi semua orang - terutama bagi mereka yang menderita, mereka yang tidak tahu bagaimana berdoa atau telah tersesat dalam kehidupan mereka - tugas ini jatuh terutama pada mereka yang memegang posisi tanggung jawab, seperti para orangtua, para guru atau para imam. Meski sering tersembunyi dari dunia, pengantaraan kita tidak pernah tersembunyi dari Allah, yang selalu mendengarkan orang-orang yang berseru kepada-Nya. Seperti Kristus Sang Gembala yang baik bersama Bapa surgawi-Nya menjadi Pengantara bagi seluruh anak-anak-Nya, semoga doa pengantaraan kita selalu memperhatikan mereka yang paling membutuhkan, dan dengan demikian memberi sumbangan pada jaringan pengantaraan besar yang menopang kehidupan dunia.