Hari ini kita kembali bercermin pada
Surat Rasul Paulus kepada Jemaat Galatia yang di dalamnya Santo Paulus menulis
kata-kata abadi tentang kemerdekaan Kristiani. Apa itu kemerdekaan Kristiani?
Hari ini, kita akan bercermin pada tema ini : kemerdekaan Kristiani.
Kemerdekaan adalah harta yang benar-benar
dihargai hanya ketika ia lenyap. Bagi kebanyakan dari kita yang terbiasa dengan
kemerdekaan, seringkali kemerdekaan tampak sebagai hak yang diperoleh ketimbang
karunia dan warisan yang harus dipertahankan. Berapa banyak kesalahpahaman yang
ada di sekitar tema kemerdekaan, dan berapa banyak pandangan berbeda yang
berbenturan selama berabad-abad!
Dalam perkara Jemaat Galatia, Rasul
Paulus tidak tahan karena umat Kristiani tersebut, setelah mengetahui dan
menerima kebenaran Kristus, membiarkan diri mereka tertarik pada
tawaran-tawaran yang memperdaya, bergerak dari kemerdekaan menuju perbudakan:
dari kehadiran Yesus yang memerdekakan menuju perbudakan dosa, menuju
legalisme, dan lain sebagainya. Bahkan dewasa ini, legalisme adalah salah satu
persoalan kita karena begitu banyak umat Kristiani berlindung dalam legalisme,
dalam cara berpikir yang menyesatkan. Oleh karena itu Paulus mengundang umat
Kristiani untuk berdiri teguh dalam kemerdekaan yang telah mereka terima dalam
baptisan, tanpa membiarkan diri mereka sekali lagi ditempatkan di bawah
"kuk perhambaan" (Gal 5:1). Ia benar-benar iri dengan kemerdekaan
ini. Ia sadar bahwa beberapa “saudara palsu” – ia menyebut mereka – telah
menyelinap ke dalam jemaat untuk “memata-matai” – inilah apa yang ia katakan –
“kemerdekaan yang kita miliki di dalam Kristus Yesus, agar mereka dapat membawa
kita ke perhambaan” (Gal 24) – berbalik ke belakang. Dan Paulus tidak bisa
mentolerir hal ini. Sebuah pemberitaan yang akan menghalangi kemerdekaan dalam
Kristus tidak akan pernah injili. Saya mungkin penganut Pelagian atau Jansenis
atau semacamnya, tetapi tidak injili. Kamu tidak akan pernah bisa memaksa dalam
nama Yesus; kamu tidak dapat menjadikan siapa pun hamba di dalam nama Yesus
yang memerdekakan kita. Kemerdekaan adalah karunia yang diberikan kepada kita
dalam baptisan.
Tetapi terutama, ajaran Santo Paulus
tentang kemerdekaan adalah positif. Rasul Paulus mengusulkan ajaran Yesus yang
kita temukan juga dalam Injil Yohanes : "Jikalau kamu tetap dalam
firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran,
dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu" (8:31-32). Oleh karena itu,
panggilan terutama adalah tetap tinggal di dalam Yesus, sumber kebenaran yang
memerdekakan kita. Oleh karena itu, kemerdekaan Kristiani berlandaskan dua
pilar dasariah : pertama, kasih karunia Tuhan Yesus; kedua, kebenaran yang
dinyatakan Kristus kepada kita dan yaitu diri-Nya sendiri.
Pertama-tama, kemerdekaan adalah
karunia dari Tuhan. Kemerdekaan yang telah diterima Jemaat Galatia – dan kita
seperti mereka dalam baptisan kita – adalah buah wafat dan kebangkitan Yesus.
Rasul Paulus memusatkan seluruh pewartaannya pada Kristus, yang telah
memerdekakannya dari ikatan kehidupan masa lalunya : hanya dari Dialah
buah-buah kehidupan baru menurut aliran Roh. Sesungguhnya, kemerdekaan paling
sejati, yaitu dari perhambaan dosa, mengalir dari Salib Kristus. Kita merdeka
dari perbudakan dosa berkat Salib Kristus. Di sanalah, di mana Yesus membiarkan
diri-Nya dipaku, menjadikan diri-Nya seorang hamba, Allah menempatkan sumber
pembebasan pribadi manusia. Hal ini tidak pernah berhenti membuat kita heran :
tempat di mana kebebasan kita masing-masing dilucuti, yaitu kematian, bisa
menjadi sumber kemerdekaan. Tetapi inilah misteri kasih Allh! Tidak mudah
dipahami, tetapi dihayati. Yesus sendiri telah menyatakannya ketika Ia
mengatakan, "Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk
menerimanya kembali. Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku
memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan
berkuasa mengambilnya kembali" (Yoh 10:17-18). Yesus mencapai kemerdekaan
penuh dengan menyerahkan diri-Nya hingga wafat; Ia tahu bahwa hanya dengan cara
inilah Ia dapat memperolehkan kehidupan bagi semua orang.
Paulus, kita tahu, telah mengalami
secara langsung misteri kasih ini. Karena alasan ini, ia mengatakan kepada
Jemaat Galatia, dengan menggunakan ungkapan yang sangat berani: "Aku telah
disalibkan dengan Kristus" (Gal 2:19). Dalam tindakan kesatuan tertinggi
dengan Tuhan, ia tahu bahwa ia telah menerima karunia terbesar dalam hidupnya :
kemerdekaan. Di kayu Salib, sesungguhnya, ia telah menyalibkan “dagingnya
dengan segala hawa nafsu dan keinginannya” (5:24). Kita memahami betapa iman
memenuhi Rasul Paulus, betapa besar keintimannya dengan Yesus. Dan sementara,
di satu sisi, kita tahu hal ini adalah apa yang kita lewatkan, di sisi lain,
kesaksian Rasul Paulus mendorong kita untuk berkembang dalam kehidupan
kemerdekaan ini. Umat Kristiani merdeka, seharusnya merdeka, dan dipanggil
untuk tidak kembali menjadi hamba peraturan dan hal-hal yang aneh.
Pilar kemerdekaan yang kedua adalah
kebenaran. Dalam hal ini juga perlu diingat bahwa kebenaran iman bukanlah teori
abstrak, melainkan kenyataan Kristus yang hidup, yang menyentuh makna kehidupan
pribadi sehari-hari dan menyeluruh. Berapa banyak orang yang tidak pernah
belajar, yang bahkan tidak tahu membaca dan menulis, tetapi telah memahami
pesan Kristus dengan baik, yang memiliki kemerdekaan yang membuat mereka
merdeka. Hikmat Kristus telah memasuki mereka melalui Roh Kudus dalam baptisan.
Berapa banyak orang yang kita temukan yang menjalani kehidupan Kristus lebih
baik daripada para teolog besar, misalnya, memberikan kesaksian yang luar biasa
tentang kemerdekaan Injil. Kemerdekaan membuat merdeka sejauh mengubah hidup
seseorang dan mengarahkannya ke arah yang baik. Agar benar-benar merdeka, kita
tidak hanya perlu mengenal diri kita sendiri pada tingkat psikologis, tetapi
terutama mengamalkan kebenaran tersebut dalam diri kita pada tingkat yang lebih
mendalam — dan di sana, di dalam hati kita, membuka diri kita kepada rahmat
Kristus. Kebenaran harus mengganggu kita – marilah kembali ke kata yang sangat
kristiani ini : kegelisahan. Kita tahu bahwa ada umat Kristiani yang tidak
pernah gelisah : hidup mereka selalu sama, tidak ada gerakan di dalam hati
mereka, mereka tidak memiliki kegelisahan. Mengapa? Karena kegelisahan adalah
tanda bahwa Roh Kudus bekerja di dalam diri kita dan kemerdekaan adalah kemerdekaan
aktif, yang berasal dari rahmat Roh Kudus. Inilah sebabnya mengapa saya
mengatakan bahwa kemerdekaan harus mengganggu kita, kemerdekaan harus
terus-menerus mempertanyakan kita, sehingga kita dapat selalu semakin terjun ke
dalam diri kita yang sesungguhnya. Dengan cara ini kita akan menemukan bahwa
perjalanan kebenaran dan kemerdekaan adalah perjalanan yang sulit yang
berlangsung seumur hidup. Tetap merdeka itu sulit, tetap merdeka adalah
perjuangan; tetapi tetap merdeka bukan tidak mungkin. Keberanian, marilah kita
membuat kemajuan tentang hal ini, itu akan baik untuk diri kita. SEbuah
perjalanan di mana Kasih yang berasal dari Salib membimbing dan menopang kita :
Kasih yang mengungkapkan kebenaran kepada kita dan memberi kita kemerdekaan.
Inilah jalan menuju kebahagiaan. Kemerdekaan membuat kita merdeka, membuat kita
penuh sukacita, membuat kita bahagia.
[Imbauan]
Kemarin, Konferensi Waligereja dan
Konferensi Hidup Bakti di Prancis menerima laporan Komisi Independen mengenai
pelecehan seksual dalam Gereja yang ditugaskan untuk mengevaluasi sejauh mana
fenomena penyerangan dan kekerasan seksual yang dilakukan terhadap anak di
bawah umur sejak tahun 1950 hingga sekarang. Sayangnya, sejumlah besar tidak
terungkap. Kepada para korban, saya ingin mengungkapkan kesedihan dan rasa
sakit saya atas trauma yang mereka alami dan rasa malu saya, rasa malu kami,
rasa malu saya karena begitu lama Gereja tidak mampu menempatkan hal ini di
pusat perhatiannya, meyakinkan mereka akan doa saya. Saya berdoa, dan marilah
kita semua berdoa bersama : "Kemuliaan bagi Allah, rasa malu bagi
kita" : inilah saat yang memalukan. Saya
mendorong para uskup dan kamu, saudara-saudara terkasih yang telah datang ke
sini untuk berbagi momen ini, saya mendorong para uskup dan para pemimpin agama
untuk terus melakukan segala kemungkinan agar tragedi serupa tidak terulang.
Saya mengungkapkan kedekatan dan dukungan kebapaan saya kepada para imam di
Prancis dalam menghadapi cobaan yang sulit tetapi bermanfaat ini, dan saya
mengundang umat Katolik Prancis untuk memikul tanggung jawab guna menjamin
kemungkinan Gereja menjadi rumah yang aman bagi semua orang. Terima kasih.
[Sapaan Khusus]
Saya menyapa para peziarah dan para
pengunjung berbahasa Inggris yang ambil bagian dalam Audiensi hari ini,
terutama kelompok-kelompok dari Amerika Serikat. Atas kamu semua, dan
keluargamu, saya memohonkan sukacita dan damai sejahtera Tuhan. Semoga Allah
memberkatimu!
[Ringkasan dalam bahasa Inggris yang
disampaikan oleh seorang penutur]
Saudara dan saudari terkasih : Dalam
katekese lanjutan kita tentang Surat Santo Paulus kepada Jemaat Galatia,
sekarang kita membahas ajaran Rasul Paulus tentang kemerdekaan Kristiani. Bagi
Paulus, kemerdekaan adalah karunia, buah kehidupan baru kita di dalam Kristus.
Melalui baptisan, kita telah dimerdekakan dari belenggu dosa dan dimerdekakan
untuk hidup berlimpah kasih dalam ketaatan kepada Injil. Yesus memberitahu
kita, “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku ... kamu akan mengetahui kebenaran,
dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu" (Yoh 8:31-32). Kemerdekaan
Kristiani dengan demikian berlandaskan rahmat Allah yang tidak sepantasnya dan
kebenaran Kristus. Melalui sengsara, wafat, dan kebangkitan-Nya, Kristus
mengungkapkan kedalaman kasih Allah, dan mengajar kita bahwa pemberian diri
kita sepenuhnya untuk melayani sesama, bahkan hingga wafat, adalah ciri
kemerdekaan yang paling utama. Kebenaran yang dibawa Kristus sesungguhnya
adalah kebenaran tentang diri kita. Perjalanan kita di sepanjang jalan
kemerdekaan Kristiani tidak mudah, tetapi dibimbing dan ditopang oleh kasih
Tuhan yang tersalib, dan oleh kebenaran-Nya yang memerdekakan, kita akan
menemukan pemenuhan kita yang paling utama seturut rencana penyelamatan Allah.
_____
(Peter Suriadi - Bogor, 6 Oktober
2021)