Liturgical Calendar

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 30 Agustus 2023 : HASRAT PENGINJILAN : SEMANGAT KERASULAN ORANG PERCAYA (BAGIAN 20) - BEATO JOSÉ GREGORIO HERNÁNDEZ CISNEROS, DOKTER KAUM MISKIN DAN RASUL PERDAMAIAN

Saudara-saudari terkasih, selamat pagi!

 

Dalam katekese kita, kita terus bertemu dengan saksi-saksi yang penuh semangat bagi pewartaan Injil. Marilah kita ingat bahwa ini adalah serangkaian katekese tentang semangat kerasulan, tentang kemauan dan bahkan semangat batin untuk meneruskan Injil. Hari ini kita berangkat ke Amerika Latin, tepatnya ke Venezuela, untuk mengenal sosok seorang awam, Beato José Gregorio Hernández Cisneros. Ia dilahirkan pada tahun 1864 dan belajar keimanan terutama dari ibunya, sebagaimana diceritakannya, “Ibuku mengajariku kebajikan sejak lahir, membuat aku bertumbuh dalam pengetahuan tentang Allah dan memberiku cinta kasih sebagai panduanku”. Marilah kita perhatikan : para ibulah yang mewariskan iman. Iman disampaikan melalui logat, yaitu, bahasa para ibu, yaitu logat yang dipahami para ibu untuk berbicara dengan anak-anaknya. Dan kepada kamu para ibu : rajinlah mewariskan iman dalam logat keibuan tersebut.

 

Sungguh, cinta kasih adalah bintang utara yang mengarahkan keberadaan Beato José Gregorio : seorang yang baik dan riang dengan watak ceria, ia diberkahi dengan kecerdasan yang luar biasa; ia menjadi seorang dokter, profesor universitas, dan ilmuwan. Namun ia adalah seorang dokter yang paling dekat dengan orang-orang yang paling lemah, sehingga dia dikenal di kampung halamannya sebagai “dokter kaum miskin”. Ia selalu memperhatikan kaum miskin. Dibandingkan dengan kekayaan uang, ia lebih memilih kekayaan Injil, menghabiskan hidupnya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Dalam diri kaum miskin, orang sakit, migran, orang menderita, José Gregorio melihat Yesus. Ia menerima keberhasilan yang tidak pernah ia cari di dunia, dan terus menerimanya, dari orang-orang, yang menjulukinya “santo umat”, “rasul cinta kasih”, “misionaris pengharapan”. Nama-nama yang indah: “santo umat”, “rasul cinta kasih”, “misionaris pengharapan”.

 

José Gregorio adalah orang yang rendah hati, baik hati, dan suka menolong. Dan pada saat yang sama ia didorong oleh api batin, keinginan untuk hidup dalam pelayanan kepada Allah dan sesama. Didorong oleh semangatnya tersebut, ia beberapa kali mencoba untuk menjadi seorang rohaniwan dan imam, namun berbagai masalah kesehatan menghalanginya untuk melakukannya. Namun kelemahan fisiknya tidak membuatnya menutup diri, melainkan menjadi dokter yang semakin peka dengan kebutuhan orang lain; ia berpegang teguh pada Allah dan, tempaan jiwa membuatnya semakin melangkah menuju hal-hal yang penting. Inilah semangat kerasulan: tidak mengikuti keinginan sendiri, melainkan keterbukaan terhadap rencana Allah. Maka ia memahami bahwa, dengan merawat orang sakit, beliau dapat mengamalkan kehendak Allah, menghibur orang-orang yang menderita, memberikan harapan kepada kaum miskin, memberikan kesaksian tentang iman bukan dengan kata-kata melainkan melalui keteladanan. Jadi, melalui jalan batin ini, ia menerima obat sebagai sebuah imamat: “imamat penderitaan manusia” (M. Yaber, José Gregorio Hernández: Médico de los Pobres, Apóstol de la Justicia Social, Misionero de las Esperanzas, 2004, 107). Betapa pentingnya untuk tidak menderita secara pasif, namun, seperti dikatakan Kitab Suci, melakukan segala sesuatu dengan semangat yang baik, untuk melayani Tuhan (bdk. Kol 3:23).

 

Tetapi marilah kita bertanya pada diri kita sendiri: dari mana José Gregorio mendapatkan seluruh antusiasme dan semangat ini? Seluruh antusiasme dan semangat ini datang dari suatu kepastian dan kekuatan. Kepastiannya adalah rahmat Allah : ia menulis bahwa “jika ada orang baik dan orang jahat di dunia ini, maka orang jahat itu ada karena ia sendiri yang menjadi jahat: tetapi orang baik itu ada karena pertolongan Allah” (27 Mei 1914). Dan ia menganggap dirinya pertama-tama membutuhkan rahmat, mengemis di jalanan dan sangat membutuhkan cinta. Dan inilah kekuatan yang ia peroleh: keintiman dengan Allah. Ia adalah orang yang suka berdoa – ini adalah rahmat Allah dan keintiman dengan Tuhan. Ia adalah seorang pendoa yang ikut serta dalam Misa.

 

Dan dalam kontak dengan Yesus, yang mempersembahkan diri-Nya di altar bagi semua orang, José Gregory merasa terpanggil untuk mempersembahkan hidupnya demi perdamaian. Perang Dunia I sedang berlangsung. Jadi, kita sampai pada tanggal 29 Juni 1919: seorang sahabat datang mengunjunginya dan mendapati ia sangat bahagia. José Gregorio memang mengetahui bahwa perjanjian yang mengakhiri perang telah ditandatangani. Persembahannya telah diterima, dan seolah-olah ia meramalkan bahwa pekerjaannya di bumi telah selesai. Pagi itu, seperti biasa, ia menghadiri Misa, dan sekarang ia turun ke jalan untuk membawakan obat bagi orang yang sakit. Namun saat menyeberang jalan, ia ditabrak oleh sebuah kendaraan; dibawa ke rumah sakit, ia meninggal sambil mengucapkan nama Bunda Maria. Jadi, perjalanannya di dunia berakhir, di jalan sambil melakukan karya belas kasihan, dan di rumah sakit, tempat ia menjadikan karyanya sebuah mahakarya, sebagai seorang dokter.

 

Saudara-saudari, dengan adanya kesaksian ini marilah kita bertanya pada diri kita : apakah aku, ketika berhadapan dengan Allah yang hadir dalam diri kaum miskin di dekatku, ketika berhadapan dengan orang-orang di dunia yang paling menderita, bagaimana aku harus bereaksi? Dan teladan José Gregorio: bagaimana pengaruhnya terhadapku? Ia mendorong kita untuk terlibat dalam menghadapi permasalahan sosial, ekonomi, dan politik yang besar saat ini. Begitu banyak orang yang membicarakannya, begitu banyak yang mengeluh, begitu banyak yang mengkritik dan mengatakan bahwa semuanya tidak berjalan baik. Namun orang Kristiani tidak dipanggil untuk melakukan hal itu; sebaliknya, ia dipanggil untuk menghadapinya, untuk mengotori tangannya : pertama-tama, sebagaimana dikatakan Santo Paulus kepada kita, berdoalah (bdk. 1 Tim 2:1-4), dan kemudian jangan terlibat obrolan kosong – ngobrol yang tidak berguna adalah sebuah wabah – justru harus mengembangkan kebaikan, dan membangun perdamaian dan keadilan dalam kebenaran. Ini juga merupakan semangat kerasulan; pewartaan Injil; dan inilah Sabda Bahagia Kristiani : “Berbahagialah orang yang membawa damai” (Mat 5:9).

 

Marilah kita berkembang mengikuti jalan Beato [José] Gregorio: seorang awam, seorang dokter, seorang pekerja sehari-hari yang didorong oleh semangat kerasulan menjalani cinta kasih sepanjang hidupnya.

 

[Sapaan Khusus]

 

Saya menyampaikan sapaan hangat kepada para peziarah dan para pengunjung berbahasa Inggris yang ambil bagian dalam Audiensi hari ini, khususnya kelompok dari Inggris, Skotlandia, Belanda, Senegal, Korea Selatan, Malaysia, Filipina dan Amerika Serikat. Kepadamu dan keluargamu, saya memohonkan sukacita dan damai Tuhan kita Yesus Kristus. Allah memberkati kamu semua!

 

[Imbauan]

 

Pikiran saya tertuju kepada rakyat Libya, yang dilanda hujan lebat yang menyebabkan banjir dan genangan, menyebabkan banyak kematian dan cidera, serta kerusakan parah. Saya mengundangmu untuk bergabung dalam doa saya bagi orang-orang yang kehilangan nyawa, keluarga mereka, dan para pengungsi. Mohon jangan mengurungkan kesetiakawanan kita terhadap saudara-saudari yang telah berjuang keras menghadapi bencana ini. Dan pikiran saya juga tertuju kepada rakyat Maroko yang mulia yang telah menderita akibat pergerakan bumi ini, gempa bumi ini. Marilah kita berdoa untuk Maroko, marilah kita berdoa untuk penduduknya. Semoga Tuhan memberi mereka kekuatan untuk pulih, untuk pulih setelah bencana yang mengerikan ini yang telah menimpa mereka.


* * *

 

Akhirnya, pikiran saya tertuju kepada kaum muda, orang-orang sakit, kaum tua, dan para pengantin baru. Besok Gereja merayakan Pesta Salib Suci. Janganlah kita bosan setia pada Salib Kristus, sebuah tanda kasih dan keselamatan.

 

Dan tolong, saudara-saudarai, marilah kita terus berdoa untuk perdamaian dunia, khususnya di Ukraina yang tersiksa, yang penderitaannya selalu hadir dalam pikiran dan hati kita.

 

Dan untuk kamu semua, berkatku.

 

[Ringkasan dalam Bahasa Inggris yang disampaikan oleh seorang penutur]

 

Saudara-saudari terkasih: Dalam katekese lanjutan kita mengenai semangat kerasulan, kita telah merenungkan penyebaran Injil melalui kesaksian pria dan wanita di setiap waktu dan tempat. Hari ini kita beralih ke Amerika Latin dan teladan Beato José Gregorio Hernández. Lahir di Venezuela pada tahun 1864, José Gregorio tidak dapat melanjutkan studi menjadi imam karena alasan kesehatan. Menerima hal ini sebagai kehendak Allah, ia belajar kedokteran dan mengabdikan hidupnya untuk merawat orang-orang yang membutuhkan. Karena pengabdiannya yang mendalam kepada Kristus, yang terungkap dalam pelayanan cinta kasih kepada saudara-saudari kita yang paling hina, ia dikenal sebagai “dokter kaum miskin”. Semangat kerasulannya lahir dari pengalaman pribadi akan belas kasihan Allah serta persatuan sehari-hari dengan Tuhan dalam Misa Kudus dan doa pribadi. Saat pecahnya Perang Dunia I, ia mempersembahkan dirinya sebagai korban pengurbanan dalam persatuan dengan Kristus, menjadi perantara bagi fajar perdamaian, dan meninggal tak lama setelah mengetahui berakhirnya perang. Kehidupan Beato José Gregorio Hernández dapat mengilhami kita, dalam keadaan nyata kehidupan kita, untuk mendekat kepada Tuhan dalam doa, untuk melayani Dia dalam diri kaum miskin, serta bekerja untuk menyebarkan Injil-Nya dan pertumbuhan kerajaan kekudusan, keadilan dan perdamaian-Nya.
_______

(Peter Suriadi - Bogor, 14 September 2023)