Liturgical Calendar

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 20 September 2023 : HASRAT PENGINJILAN : SEMANGAT KERASULAN ORANG PERCAYA (BAGIAN 22) - SANTA JOSEPHINE BAKHITA: SAKSI KUASA PENGAMPUNAN KRISTUS YANG MENGUBAH RUPA

Saudara-saudari terkasih, selamat pagi!

 

Dalam perjalanan katekese kita tentang semangat kerasulan – kita sedang merenungkan semangat apostolik – hari ini kita akan terilhami oleh kesaksian Santa Josephine Bakhita, seorang santa asal Sudan. Sayangnya, selama berbulan-bulan Sudan dilanda pertikaian bersenjata yang mengerikan, yang jarang dibicarakan saat ini; marilah kita mendoakan rakyat Sudan, agar mereka bisa hidup damai! Tetapi ketenaran Santa Bakhita telah melampaui segala batasan dan menjangkau semua orang yang jatidiri dan martabatnya tidak diakui.

 

Lahir di Darfur – Darfur yang bermasalah! – pada tahun 1869, ia diculik dari keluarganya pada usia tujuh tahun, dan dijadikan budak. Para penculiknya memanggilnya “Bakhita”, yang berarti “beruntung”. Ia mengabdi pada delapan majikan – ia dijual dari satu majikan ke majikan berikutnya. Penderitaan fisik dan moral yang dideritanya semasa kecil membuatnya tidak memiliki jatidiri. Ia menderita kekejaman dan kekerasan: tubuhnya memiliki lebih dari seratus bekas luka. Tetapi ia sendiri bersaksi : “Sebagai seorang budak aku tidak pernah putus asa, karena aku merasakan kekuatan misterius yang mendukungku”.

 

Menghadapi hal ini, saya bertanya-tanya : apa rahasia Santa Bakhita? Kita tahu sering kali orang yang terluka justru pada gilirannya melukai : orang yang tertindas dengan mudahnya menjadi penindas. Sebaliknya, panggilan kaum tertindas adalah membebaskan diri mereka dan para penindasnya, serta menjadi pemulih kemanusiaan. Hanya dalam kelemahan kaum tertindas barulah kekuatan kasih Allah, yang memerdekakan keduanya, dapat terungkap. Santa Bakhita mengungkapkan kebenaran ini dengan sangat baik. Suatu hari gurunya memberinya sebuah salib kecil dan ia, yang tidak pernah memiliki apa pun, menyimpan benda tersebut dengan hati-hati. Memandang salib tersebut, ia mengalami pembebasan batin, karena ia merasa dipahami dan dicintai sehingga mampu memahami dan mencintai : inilah awalnya. Ia merasa dimengerti, ia merasa dicintai, dan akibatnya ia mampu memahami dan mencintai orang lain. Bahkan, ia melanjutkan dengan berkata, “Kasih Allah selalu menemaniku secara misterius… Tuhan mengasihiku: kamu harus mengasihi semua orang… kamu harus merasa kasihan!”. Inilah jiwa Bakhita. Sungguh, mengasihani berarti menderita bersama para korban ketidakmanusiawian besar di dunia, serta juga mengasihani mereka yang melakukan kesalahan dan ketidakadilan, bukan membenarkan, tetapi memanusiawikan. Inilah kasih sayang yang diajarkannya kepada kita: memanusiawikan. Ketika kita memasuki nalar pertengkaran, perpecahan di antara kita, perasaan buruk, satu orang melawan orang lainnya, kita kehilangan rasa kemanusiaan kita. Dan seringkali kita berpikir bahwa kita membutuhkan kemanusiaan, untuk menjadi lebih manusiawi. Dan inilah karya yang diajarkan Santa Bakhita kepada kita : memanusiawikan, memanusiawikan diri sendiri, dan memanusiawikan orang lain.

 

Santa Bakhita, yang menjadi orang kristiani, diubah rupa oleh kata-kata Kristus yang direnungkannya setiap hari : “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk 23:34). Maka ia berkata, “Jika Yudas memohon pengampunan dari Yesus, ia juga akan mendapatkan kerahiman”. Kita dapat mengatakan bahwa kehidupan Santa Bakhita menjadi perumpamaan pengampunan yang nyata. Alangkah baiknya mengatakan kepada seseorang, “kamu mampu mengampuni, selalu”. Dan ia selalu mampu mengampuni; sungguh, hidupnya adalah perumpamaan pengampunan yang nyata. Mengampuni karena dengan demikian kita akan diampuni. Jangan melupakan hal ini: pengampunan, yang merupakan kasih sayang Allah kepada kita semua.

 

Pengampunan membebaskannya. Pengampunan pertama-tama diterima melalui kasih Allah yang maharahim, dan kemudian pengampunan yang diberikan tersebut menjadikannya perempuan yang bebas, penuh sukacita, dan mampu mencintai.

 

Bakhita mampu merasakan pelayanan bukan sebagai perbudakan, tetapi sebagai ungkapan pemberian diri secara cuma-cuma. Dan ini sangat penting: dijadikan pelayan tanpa disengaja – ia dijual sebagai budak – ia kemudian dengan bebas memilih menjadi pelayan, memikul beban orang lain di pundaknya.

Santa Josephine Bakhita, melalui keteladanannya, menunjukkan kepada kita cara untuk pada akhirnya terbebas dari perbudakan dan ketakutan kita. Ia membantu kita mengungkap kemunafikan dan keegoisan kita, mengatasi kebencian dan pertikaian. Dan ia selalu menyemangati kita.

 

Saudara-saudari terkasih, pengampunan tidak mengenyahkan apa pun kecuali menambah – apa yang ditambahkan oleh pengampunan? – martabat: mengampuni tidak mengambil apa pun dari dirimu tetapi menambahkan martabat dirimu, mengampuni membuat kita mengalihkan pandangan dari diri kita sendiri ke arah orang lain, melihat mereka sama rapuhnya dengan kita, tetapi selalu bersaudara di dalam Tuhan. Saudara-saudari, pengampunan adalah sumber semangat yang menjadi kerahiman dan memanggil kita menuju kekudusan yang rendah hati dan penuh sukacita, seperti yang dilakukan Santa Bakhita.

 

[Sapaan Khusus]

 

Saya menyapa dengan hangat para peziarah dan para pengunjung berbahasa Inggris yang ambil bagian dalam Audiensi hari ini, khususnya kelompok dari Inggris, Skotlandia, Denmark, Norwegia, Indonesia, Malaysia, Filipina, Kanada dan Amerika Serikat. Saya juga menyapa delegasi Akademi Pertahanan NATO yang terhormat, dengan doa dan harapan yang baik atas pengabdian mereka demi perdamaian. Kepada kamu semua saya memohonkan sukacita dan damai Tuhan kita Yesus Kristus. Allah memberkatimu!

[Imbauan]

Saya terus mengikuti apa yang sedang terjadi di Israel dan Palestina dengan air mata dan ketakutan : banyak orang terbunuh, yang lainnya terluka. Saya mendoakan keluarga-keluarga yang telah melihat hari raya berubah menjadi hari berkabung, dan saya meminta agar para sandera segera dibebaskan. Orang-orang yang diserang berhak membela diri, tetapi saya sangat prihatin dengan pengepungan total yang dialami warga Palestina di Gaza, di mana terdapat banyak korban tak berdosa. Terorisme dan ekstremisme tidak membantu mennyelesaikan pertikaian antara Israel dan Palestina, tetapi mengobarkan kebencian, kekerasan, balas dendam, dan hanya menyebabkan penderitaan satu sama lain. Timur Tengah tidak membutuhkan perang, tetapi perdamaian, perdamaian yang dibangun berdasarkan dialog dan keberanian persaudaraan.

 

Secara khusus saya memikirkan penduduk Afganistan, yang sedang menderita akibat gempa bumi dahsyat yang melanda, yang memakan ribuan korban, termasuk banyak perempuan dan anak-anak, serta para pengungsi. Saya mengajak semua orang yang berkehendak baik untuk membantu masyarakat ini, yang sudah berusaha keras, memberikan kontribusi dalam semangat persaudaraan untuk meringankan penderitaan masyarakat dan mendukung pembangunan kembali yang diperlukan.

[Ringkasan dalam Bahasa Inggris yang disampaikan oleh seorang penutur]

 

Saudara-saudari terkasih : Dalam katekese kita tentang semangat kerasulan, kita telah merenungkan penyebaran Injil melalui kesaksian orang-orang di setiap waktu dan tempat. Hari ini kita sekali lagi beralih ke Afrika dan kesaksian kuat dari Santa Josephine Bakhita. Lahir di Darfur, Sudan, Josephine diculik saat masih kecil dan dijual sebagai budak. Meskipun kekerasan dan penderitaan mengerikan yang ia alami, ia tidak pernah putus asa. Dalam salib Kristus ia menemukan sumber cinta kasih yang penuh kerahiman yang meneguhkan martabat bawaan kita sebagai anak-anak Allah, membawa kebebasan sejati dan memampukan kita untuk mengampuni dan bahkan mengasihi orang-orang yang bersalah kepada kita. Mengalami kerahiman dan pengampunan Allah mengilhami Josephine untuk mengabdikan dirinya kepada Kristus sebagai seorang rohaniwati serta melayani orang lain dengan rendah hati dan tanpa pamrih di Italia, negara barunya. Kehidupan Santa Josephine Bakhita mengungkapkan kuasa rahmat Allah yang mengubah rupa kehidupan, menyelesaikan pertikaian dan mewujudkan keadilan, rekonsiliasi dan perdamaian yang sangat dibutuhkan di zaman kita. Marilah kita mempercayakan diri kita kepada doa-doanya dan memohonkan secara khusus karunia perdamaian bagi saudara-saudari kita di Sudan yang dilanda perang dan di banyak belahan dunia lainnya.
______

(Peter Suriadi - Bogor, 12 Oktober 2023)