Hari
ini, pada Hari Minggu Adven IV, Bacaan Injil menyajikan peristiwa Kabar
Sukacita (bdk. Luk 1:26-39). Ketika menjelaskan kepada Maria bagaimana ia akan
mengandung Yesus, malaikat berkata kepadanya, “Roh Kudus akan turun atasu dan
kuasa Allah Yang Maha Tinggi akan menaungi engkau” (ayat 35). Marilah kita
berhenti sejenak pada gambaran ini, naungan.
Di
wilayah yang selalu cerah seperti wilayah Maria, awan yang melintas, pohon yang
tahan terhadap kekeringan dan memberikan perlindungan, atau tenda yang nyaman
dapat memberikan pertolongan dan perlindungan. Naungan adalah anugerah yang
menyegarkan, dan malaikat menggambarkan bagaimana Roh Kudus turun atas Maria,
dan inilah cara Allah bertindak: Allah selalu bertindak sebagai cinta lembut
yang merangkul, yang menyuburkan, yang melindungi, tanpa melakukan kekerasan,
tanpa melanggar kebebasan. Inilah cara Allah bertindak.
Gagasan
tentang naungan pelindung adalah gambaran yang sering muncul dalam Kitab Suci.
Kita memikirkan naungan yang menyertai umat Allah di padang gurun (bdk. Kel
13:21-22). Singkatnya, “naungan” menggambarkan kebaikan Allah. Seolah-olah Ia
berkata, kepada Maria tetapi juga kepada kita semua saat ini, “Aku di sini
untukmu dan Aku menawarkan diriku sebagai tempat kamu berlindung dan bernaung:
datanglah di bawah naungan-Ku, tinggallah bersama-Ku”. Saudara-saudari,
beginilah cara kerja kasih Allah yang melimpah. Dan juga sesuatu yang, dengan
cara tertentu, dapat kita alami di antara kita; misalnya ketika di antara
teman, pasangan, suami-istri, pasangan, orang tua, dan anak-anak, kita bersikap
lemah lembut, kita penuh hormat, kita peduli terhadap orang lain dengan baik.
Marilah kita renungkan kebaikan Allah.
Beginilah
cara Allah mengasihi, dan Ia memanggil kita untuk melakukan hal yang sama:
menyambut, melindungi, dan menghormati orang lain. Pikirkanlah semua orang,
pikirkanlah mereka yang terpinggirkan, mereka yang jauh dari kegembiraan Natal
saat ini. Marilah kita memikirkan semua orang dengan kebaikan Allah. Ingatlah
kata ini: kebaikan Allah.
Maka,
pada Malam Natal, marilah kita bertanya pada diri kita: “Apakah aku ingin
membiarkan diriku diselimuti oleh naungan Roh Kudus, oleh kelemahlembutan
Allah, oleh kebaikan Allah, memberikan ruang bagi-Nya di dalam hatiku,
mendekati pengampunan-Nya, mendekati Ekaristi?” Dan kemudian: “Untuk
orang-orang yang kesepian dan membutuhkan, bisakah aku menjadi naungan yang
menyegarkan, persahabatan yang menghibur?”
Semoga
Maria membantu kita untuk terbuka dan menyambut kehadiran Allah, yang dengan
lemah lembut datang menyelamatkan kita.
[Setelah pendarasan
doa Malaikat Tuhan]
Saudara-saudari
terkasih!
Saya
menyapa kamu semua, umat Roma serta para peziarah dari Italia dan berbagai
belahan dunia. Secara khusus, saya menyapa delegasi warga negara Italia yang
tinggal di wilayah yang secara resmi diakui sebagai wilayah yang sangat
tercemar dan telah lama menunggu pembersihannya. Saya menyatakan kesetiakawanan
terhadap kelompok ini dan berharap suara mereka didengar.
Saya
mengucapkan selamat hari Minggu dan Malam Natal kepada kamu semua dalam doa,
dalam kehangatan kasih sayang, dan dalam ketenangan. Perkenankan saya
memberikan satu anjuran: jangan merancukan perayaan dengan konsumerisme! Kita
bisa – dan sebagai umat Kristiani kita harus – merayakannya dengan sederhana, tanpa
menyia-nyiakan, dan dengan berbagi dengan mereka yang yang berkekurangan atau
tidak memiliki teman. Kita dekat dengan saudara-saudari kita yang menderita
akibat perang. Kita memikirkan Palestina, Israel, Ukraina. Kita juga memikirkan
mereka yang menderita karena kesengsaraan, kelaparan, dan perbudakan. Semoga
Allah yang mengambil hati manusia untuk diri-Nya menanamkan kemanusiaan ke
dalam hati manusia!
Dan
jangan lupa untuk mendoakan saya. Selamat menikmati makan siangmu! Dan Selamat
Natal untuk kamu semua! Sampai jumpa!
______
(Peter Suriadi -
Bogor, 24 Desember 2023)