Liturgical Calendar

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 29 Desember 2024 : PENTINGNYA SALING MENDENGARKAN DALAM KELUARGA

Saudara-saudari terkasih, selamat hari Minggu!

 

Hari ini kita merayakan Keluarga Kudus dari Nazaret. Bacaan Injil menceritakan ketika Yesus, pada usia dua belas tahun, di akhir ziarah tahunan ke Yerusalem, hilang dari Maria dan Yusuf, yang kemudian menemukan-Nya di Bait Allah sedang berbicara dengan para guru (lih. Luk 2:41-52). Penginjil Lukas menyingkapkan keadaan pikiran Maria yang bertanya kepada Yesus, “Nak, mengapa Engkau berbuat demikian terhadap kami? bapak-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau” (ayat 48). Dan Yesus menjawab, “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di rumah Bapa-Ku?” (ayat 49).

 

Pengalaman yang bergonti-ganti antara saat tenang dan dramatis tersebut hampir biasa terjadi dalam sebuah keluarga. Kisah tentang krisis keluarga, krisis zaman kita, seorang remaja yang sukar dan kedua orang tua yang tidak dapat memahaminya tampak. Marilah kita berhenti sejenak untuk melihat keluarga ini. Tahukah kamu mengapa Keluarga Nazareth menjadi teladan? Karena keluarga ini adalah keluarga yang berbincang, mendengarkan, berbicara. Dialog adalah unsur penting bagi sebuah keluarga! Keluarga yang tidak berkomunikasi tidak bisa menjadi keluarga yang bahagia.

 

Ada baiknya seorang ibu tidak memulai dengan teguran, tetapi dengan pertanyaan. Maria tidak menuduh dan tidak menghakimi, tetapi mencoba memahami bagaimana menerima Putra yang sangat berbeda ini dengan mendengarkan. Meskipun ada upaya ini, Bacaan Injil mengatakan bahwa Maria dan Yusuf "tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka" (ayat 50), yang menunjukkan bahwa dalam keluarga mendengarkan lebih penting daripada memahami. Mendengarkan berarti memberi perhatian kepada orang lain, mengakui haknya untuk hidup dan berpikir secara mandiri. Anak-anak membutuhkan ini. Pikirkan baik-baik, para orang tua: dengarkanlah anak-anakmu, yang membutuhkan ini!

 

Waktu makan adalah momen istimewa untuk berdialog dalam keluarga. Ada baiknya berdiam bersama di sekitar meja makan dan berbicara. Ini dapat memecahkan banyak masalah, dan terutama menyatukan generasi: anak-anak yang berbicara dengan kedua orang tua mereka, cucu-cucu yang berbicara dengan kakek-nenek mereka... Jangan pernah menutup diri atau, lebih buruk lagi, dengan kepala menoleh ke gawaimu. Hal ini jangan pernah terjadi, jangan pernah, jangan pernah. Berbicaralah, dengarkanlah satu sama lain, ini adalah dialog yang baik untukmu dan yang membuatmu tumbuh!

 

Keluarga Yesus, Maria, dan Yusuf kudus. Namun, kita telah melihat bahwa bahkan kedua orang tua Yesus tidak selalu memahami-Nya. Kita dapat merenungkan hal ini, dan janganlah kita heran jika kadang-kadang terjadi kita tidak saling memahami. Ketika hal itu terjadi, marilah kita bertanya kepada diri kita: apakah kita telah saling mendengarkan? Apakah kita menghadapi masalah dengan saling mendengarkan atau apakah kita menutup diri dalam keheningan, kadang-kadang dalam kebencian dan kesombongan? Apakah kita meluangkan sedikit waktu untuk berbincang? Apa yang dapat kita pelajari dari Keluarga Kudus hari ini adalah saling mendengarkan.

 

Marilah kita mempercayakan diri kita kepada Perawan Maria dan memohonkan karunia mendengarkan bagi keluarga kita.

 

[Setelah pendarasan doa Malaikat Tuhan]

 

Saudara-saudari terkasih!

 

Dengan hangat saya menyapa kamu semua, umat Roma dan para peziarah. Hari ini secara khusus saya menyapa keluarga-keluarga yang hadir di sini, dan mereka yang terhubung dari rumah melalui media. Keluarga adalah sel masyarakat, keluarga adalah harta yang sangat berharga yang harus didukung dan dilindungi!

 

Pikiran saya tertuju kepada banyak keluarga di Korea Selatan yang hari ini sedang berduka setelah kecelakaan udara yang dramatis. Saya ikut mendoakan para korban yang selamat dan mereka yang telah tiada.

 

Dan marilah kita juga mendoakan keluarga-keluarga yang sedang menderita karena perang: di Ukraina, Palestina, Israel, Myanmar, Sudan, Kivu Utara yang tersiksa: marilah kita mendoakan semua keluarga yang terjebak dalam perang.

 

Saya menyapa umat Pero-Cerchiate, kelompok Dekenat Varese, kaum muda Cadoneghe dan San Pietro di Cariano; calon penerima Sakramen Krisma dari Clusone, Chiudono, Adrara San Martino dan Almenno San Bartolomeo; dan Pramuka dari Latina, Vasto dan Soviore. Dan saya menyapa kaum muda Immacolata!

 

Saya mengucapkan selamat hari Minggu dan akhir tahun yang teduh. Jangan lupa untuk mendoakan saya. Selamat menikmati makan siangmu, dan sampai jumpa!

____

(Peter Suriadi - Bogor, 29 Desember 2024)

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 26 Desember 2024 : ALLAH SELALU MENGAMPUNI SEGALANYA

Saudara-saudari terkasih, selamat pesta! Selamat pesta bagi semuanya.

 

Hari ini, tepat setelah Natal, liturgi merayakan Santo Stefanus, martir pertama. Kisah tentang pelemparan batu terhadapnya ditemukan dalam Kisah Para Rasul (lih. 6:8-12; 7:54-60) dan menyajikannya kepada kita saat, menjelang ajalnya, ia mendoakan para pembunuhnya. Dan hal ini membuat kita berpikir sejenak: faktanya, meskipun pada pandangan pertama Stefanus tampaknya menderita kekerasan tanpa daya, pada kenyataannya, sebagai orang yang benar-benar bebas, ia terus mengasihi bahkan para pembunuhnya dan mempersembahkan nyawanya bagi mereka, seperti Yesus (lih. Yoh 10:17-18; Luk 23:34); ia mempersembahkan nyawanya agar mereka sudi bertobat dan, setelah diampuni, diberikan hidup kekal.

 

Dengan cara ini, diakon Stefanus tampak bagi kita sebagai saksi Allah yang memiliki satu keinginan besar: supaya “semua orang diselamatkan” (1 Tim 2:4) – ini adalah keinginan hati Allah – supaya tidak seorang pun hilang (lih. Yoh 6:39; 17:1-26). Stefanus adalah saksi Bapa – Bapa kita – yang menginginkan yang baik dan hanya yang baik bagi setiap anak-anak-Nya, dan selalu; Bapa yang tidak mengecualikan siapa pun, Bapa yang tidak pernah lelah mencari mereka (lih. Luk 15:3-7) dan menyambut mereka kembali ketika, setelah tersesat, mereka kembali kepada-Nya dalam pertobatan (lih. Luk 15:11-32) dan Bapa yang tidak lelah mengampuni. Ingatlah ini: Allah selalu mengampuni, dan Allah mengampuni segalanya.

 

Marilah kita kembali kepada Stefanus. Sayangnya, bahkan saat ini, di pelbagai belahan dunia, ada banyak manusia yang dianiaya, terkadang sampai mati, demi Injil. Apa yang telah kita katakan tentang Stefanus berlaku juga bagi mereka. Mereka tidak membiarkan diri mereka dibunuh oleh kelemahan, atau untuk membela ideologi, tetapi untuk membuat setiap orang ikut serta dalam karunia keselamatan. Dan mereka melakukannya pertama-tama dan terutama demi kebaikan para pembunuh mereka: bagi para pembunuh … dan mereka mendoakan para pembunuh mereka.

 

Sebuah teladan indah berkaitan hal ini diberikan kepada kita oleh Beato Christian de Chergé, yang menyebut pembunuhnya kelak sebagai “sahabat di menit terakhir”.

 

Marilah kita bertanya kepada diri kita masing-masing: apakah aku merasakan keinginan agar semua orang mengenal Allah dan diselamatkan? Apakah aku juga menginginkan kebaikan bagi mereka yang membuatku menderita? Apakah aku menaruh perhatian dan mendoakan banyak saudara-saudari yang dianiaya karena iman mereka?

 

Semoga Maria, Ratu Para Martir, membantu kita berani menjadi saksi Injil demi keselamatan dunia.

 

[Setelah pendarasan doa Malaikat Tuhan]

 

Saudara-saudari terkasih,

 

Kepada kamu semua saya kembali mengucapkan selamat Natal yang kudus. Selama hari-hari ini saya telah menerima banyak pesan dan tanda kedekatan. Terima kasih. Saya ingin mengucapkan terima kasih dari lubuk hati saya kepada kami semua: setiap orang, setiap keluarga, paroki, dan lembaga. Terima kasih semuanya!

 

Kemarin petang Hari Raya Cahaya, Hanukkah, yang dirayakan selama delapan hari oleh saudara-saudari Yahudi kita di seluruh dunia dimulainya. Kepada mereka saya menyampaikan harapan saya akan perdamaian dan persaudaraan.

 

Dan saya menyapa kamu semua, umat Roma serta para peziarah dari Italia dan berbagai negara. Saya kira banyak dari kamu telah melakukan perjalanan ziarah menuju Pintu Suci Basilika Santo Petrus. Perjalanan tersebut adalah tanda yang baik, tanda yang mengungkapkan makna hidup kita: menuju Yesus, yang mengasihi kita dan membuka hati-Nya untuk memerkenankan kita masuk ke dalam Kerajaan-Nya yang penuh kasih, sukacita, dan kedamaian. Pagi ini, saya membuka Pintu Suci, setelah Pintu Suci Basilika Santo Petrus, di Lembaga Pemasyarakatan Rebibbia, Roma. Lembaga Pemasyarakatan Rebibbia, bisa dikatakan, adalah "katedral kesedihan dan pengharapan".

 

Salah satu tindakan yang menjadi ciri khas Yubileum adalah penghapusan utang. Oleh karena itu, saya mengajak semua orang untuk mendukung kampanye Caritas Internationalis yang berjudul “Mengubah utang menjadi pengharapan”, meringankan beban negara-negara yang tertindas oleh utang yang tidak berkelanjutan dan mendorong pembangunan.

 

Masalah utang terkait dengan masalah perdamaian dan "pasar gelap" senjata. Jangan lagi menjajah bangsa-bangsa dengan senjata! Marilah kita berjuang untuk pelucutan senjata, marilah kita berjuang menentang kelaparan, wabah penyakit, pekerja anak. Dan marilah kita mendoakan, memohonkan, perdamaian di seluruh dunia! Perdamaian di Ukraina yang tersiksa, di Gaza, Israel, Myanmar, Kivu Utara, dan di banyak negara yang sedang berperang.

 

Saya mengucapkan selamat merayakan hari yang indah kepada semuanya. Jangan lupa untuk mendoakan saya. Selamat menikmati makan siangmu, dan sampai jumpa!

_____

(Peter Suriadi - Bogor, 26 Desember 2024)

PESAN NATAL PAUS FRANSISKUS DAN BERKAT URBI ET ORBI 25 Desember 2024

Saudara-saudari terkasih, selamat Natal!

 

Misteri yang tak henti-hentinya membuat kita heran dan tergerak diperbarui malam ini: Perawan Maria melahirkan Yesus, Putra Allah, membedungnya lalu membaringkannya di dalam palungan. Begitulah para gembala Betlehem, yang dipenuhi dengan sukacita, menemukan-Nya, sementara para malaikat bernyanyi, “Kemuliaan bagi Allah dan damai sejahtera di antara manusia” (lih. Luk 2:6-14). Damai sejahtera di antara manusia.

 

Peristiwa ini, yang terjadi lebih dari dua ribu tahun yang lalu, memang diperbarui berkat Roh Kudus, Roh Kasih dan Kehidupan yang juga telah membuat rahim Maria subur dan dari daging manusiawinya membentuk Yesus. Hari ini, di tengah-tengah penderitaan zaman kita, Sabda keselamatan yang kekal sekali lagi benar-benar menjelma, dan berbicara kepada setiap manusia, kepada seluruh dunia. Inilah pesannya: "Aku mengasihimu, Aku mengampunimu; kembalilah kepadaku, pintu hatiku terbuka untukmu!"

 

Saudara-saudari, pintu hati Allah selalu terbuka; marilah kita kembali kepada-Nya! Marilah kita kembali kepada hati yang mengasihi dan mengampuni kita! Marilah kita diampuni oleh-Nya; marilah kita diperdamaikan dengan-Nya! Allah selalu mengampuni! Allah mengampuni segalanya. Marilah kita memperkenankan diri kita diampuni oleh-Nya.

 

Inilah makna dari Pintu Suci Yubelium, yang saya buka tadi malam di Basilika Santo Petrus: pintu itu melambangkan Yesus, Pintu keselamatan yang terbuka bagi semua orang. Yesus adalah Pintu; Pintu yang telah dibuka oleh Bapa belas kasih di tengah-tengah dunia kita, di tengah-tengah sejarah, sehingga kita semua dapat kembali kepada-Nya. Kita semua seperti domba yang hilang; kita membutuhkan seorang Gembala dan sebuah Pintu untuk kembali ke rumah Bapa. Yesus adalah Gembala itu; Yesus adalah Pintu itu.

 

Saudara-saudari, jangan takut! Pintu terbuka, pintu terbuka lebar! Tidak perlu mengetuk pintu. Terbuka. Datanglah! Marilah kita diperdamaikan dengan Allah, dan kemudian kita akan diperdamaikan dengan diri kita dan mampu saling diperdamaikan, bahkan dengan musuh-musuh kita. Belas kasih Allah dapat melakukan segalanya. Ia mengurai setiap simpul; ia merobohkan setiap tembok pemisah; belas kasih Allah mengenyahkan kebencian dan roh balas dendam. Datanglah! Yesus adalah Pintu Damai.

 

Seringkali kita berhenti di ambang Pintu itu; kita tidak memiliki keberanian untuk melewatinya, karena pintu itu menantang kita untuk memeriksa hidup kita. Memasuki Pintu itu menuntut pengorbanan untuk terlibat dalam mengambil langkah maju, sebuah pengorbanan kecil. Mengambil langkah menuju sesuatu yang sangat besar menuntut kita untuk meninggalkan pertikaian dan perpecahan kita, serta menyerahkan diri kita kepada tangan terentang Sang Anak yang adalah Raja Damai. Natal ini, di awal Tahun Yubelium, saya mengundang setiap individu, dan semua orang dan bangsa, untuk menemukan keberanian yang dibutuhkan untuk berjalan melewati Pintu itu, menjadi peziarah pengharapan, membungkam suara senjata dan mengatasi perpecahan!

 

Semoga suara senjata dibungkam di Ukraina yang dilanda perang! Semoga ada keberanian yang dibutuhkan untuk membuka pintu bagi negosiasi serta perilaku dialog dan perjumpaan, guna mencapai perdamaian yang adil dan abadi.

 

Semoga suara senjata dibungkam di Timur Tengah! Ketika merenungkan Palungan Betlehem, saya memikirkan komunitas kristiani di Palestina dan Israel, khususnya komunitas terkasih di Gaza, yang situasi kemanusiaannya sangat buruk. Semoga ada gencatan senjata, semoga para sandera dibebaskan dan bantuan diberikan kepada orang-orang yang kelelahan karena kelaparan dan perang. Saya menyatakan kedekatan saya dengan komunitas kristiani di Lebanon, khususnya di selatan, dan di Suriah, pada saat yang paling sulit ini. Semoga pintu dialog dan perdamaian dibuka lebar di seluruh wilayah yang hancur karena pertikaian. Di sini saya juga memikirkan rakyat Libya dan mendorong mereka untuk mencari solusi yang memungkinkan rekonsiliasi nasional.

 

Semoga kelahiran Sang Juruselamat membawa masa pengharapan baru bagi keluarga ribuan anak yang sedang menghadapi ajal karena wabah campak di Republik Demokratik Kongo, bagi rakyat di wilayah Timur negara itu, serta Burkina Faso, Mali, Niger, dan Mozambik. Krisis kemanusiaan yang menimpa mereka terutama disebabkan oleh pertikaian bersenjata dan momok terorisme, yang diperparah oleh dampak buruk perubahan iklim, yang mengakibatkan hilangnya nyawa dan pengungsian jutaan orang. Pikiran saya juga tertuju kepada penduduk di negara-negara Tanduk Afrika, yang saya mohonkan karunia perdamaian, kerukunan, dan persaudaraan. Semoga Putra dari Yang Mahatinggi mendukung upaya masyarakat internasional untuk memfasilitasi akses bantuan kemanusiaan bagi penduduk sipil Sudan dan memulai negosiasi baru guna mencapai gencatan senjata.

 

Semoga pemberitaan Natal membawa penghiburan bagi rakyat Myanmar, yang, akibat bentrokan senjata yang sedang berlangsung, sangat menderita dan terpaksa meninggalkan rumah mereka.

 

Semoga Bayi Yesus mengilhami para penguasa politik dan semua orang yang beritikad baik di benua Amerika untuk segera menemukan solusi yang efektif, dalam keadilan dan kebenaran, guna menggalakkan kerukunan sosial, khususnya di Haiti, Venezuela, Kolombia, dan Nikaragua. Semoga mereka bekerja, khususnya selama Tahun Yubelium ini, untuk mengembangkan kebaikan bersama dan menghormati martabat setiap orang, mengatasi perpecahan politik.

 

Semoga Yubelium menjadi kesempatan untuk meruntuhkan semua tembok pemisah: tembok ideologis yang sering kali menandai kehidupan politik, dan juga tembok fisik, seperti perpecahan yang kini telah melanda Pulau Siprus selama lima puluh tahun serta merusak tatanan manusiawi dan sosialnya. Saya berharap dapat ditemukan solusi yang disepakati bersama, solusi yang penuh rasa hormat terhadap hak dan martabat seluruh komunitas Siprus yang dapat mengakhiri perpecahan.

 

Yesus, Sabda Allah yang kekal yang menjelma, adalah Pintu yang terbuka lebar; Ia adalah Pintu yang terbuka lebar yang mengundang kita untuk memasukinya, menemukan kembali makna keberadaan kita dan kesakralan segenap kehidupan – karena setiap kehidupan adalah sakral – dan memulihkan nilai-nilai dasariah keluarga manusiawi. Ia menanti kita di ambang pintu. Ia menanti kita masing-masing, terutama yang paling rentan. Ia menanti anak-anak, semua anak yang menderita karena perang dan kelaparan. Ia menanti orang tua, yang sering kali terpaksa hidup dalam kondisi sendirian dan terabaikan. Ia menanti mereka yang kehilangan rumah atau melarikan diri dari kampung halaman mereka dalam upaya mencari tempat berlindung yang aman. Ia menanti semua orang yang kehilangan pekerjaan atau tidak dapat menemukan pekerjaan. Ia menanti para tahanan yang, terlepas dari segala hal, tetap anak-anak Allah, selalu anak-anak Allah. Ia menanti semua orang – dan jumlahnya banyak – yang menanggung penganiayaan karena iman mereka.

 

Pada hari pesta ini, marilah kita tidak lupa untuk mengungkapkan rasa terima kasih kita kepada mereka yang telah mengorbankan diri mereka, dengan diam-diam dan setia, untuk berbuat baik dan melayani sesama. Saya memikirkan para orang tua, pendidik, dan guru, yang memiliki tanggung jawab besar untuk membentuk generasi mendatang. Saya juga memikirkan para petugas kesehatan, petugas ketertiban, dan semua orang yang melaksanakan karya amal, khususnya para misionaris di seluruh dunia: mereka membawa terang dan penghiburan bagi begitu banyak orang yang sedang dalam kesulitan. Kepada mereka semua, kita ingin mengucapkan: Terima kasih!

 

Saudara-saudari, semoga Yubelium menjadi kesempatan untuk mengampuni utang, khususnya yang membebani negara-negara yang paling miskin. Kita masing-masing dipanggil untuk mengampuni mereka yang telah bersalah kepada kita, karena Putra Allah, yang lahir dalam dingin dan gelapnya malam, telah mengampuni dosa-dosa kita. Ia datang untuk menyembuhkan dan mengampuni kita. Sebagai peziarah pengharapan, marilah kita pergi menemui-Nya! Marilah kita membuka pintu hati kita bagi-Nya. Marilah kita membuka pintu hati kita bagi-Nya, sebagaimana Ia telah membuka pintu hati-Nya bagi kita.

 

Kepada kamu semua saya mengucapkan selamat Natal yang teduh dan penuh berkat.
______

(Peter Suriadi - Bogor, 25 Desember 2024)

DEKRIT TENTANG PEMBERIAN INDULGENSI PADA TAHUN YUBILEUM BIASA 2025

“Sekarang waktunya telah tiba untuk tahun Yubileum yang baru, ketika sekali lagi Pintu Suci akan dibuka untuk mengundang semua orang pada suatu pengalaman mendalam akan kasih Allah” (Spes non confundit, 6). Dalam Bulla yang mengumumkan Yubelium Biasa tahun 2025, pada saat dalam sejarah di mana "tanpa mempedulikan kengerian di masa lalu, umat manusia kini menghadapi cobaan lain, karena banyak orang menjadi korban kebrutalan dan kekerasan" (Spes non confundit, 8), Bapa Suci menyerukan kepada semua umat kristiani untuk menjadi peziarah pengharapan. Ini adalah kebajikan yang hendaknya bersumber terutama dalam anugerah Allah dan kepenuhan kerahiman-Nya. Kebajikan tersebut ditemukan kembali dalam tanda-tanda zaman, yang, meliputi "kerinduan hati manusia yang membutuhkan penyertaan Tuhan, hendaknya menjadi tanda pengharapan" (Spes non confundit, 7).

 

Sebelumnya, dalam Bulla yang mengumumkan Yubelium Luar Biasa Kerahiman pada tahun 2015, Paus Fransiskus menggarisbawahi bagaimana indulgensi memperoleh "makna yang bahkan lebih penting" dalam konteks tersebut (Misericordiae vultus, 22), kerahiman Allah menjadi "indulgensi pada pihak Bapa, yang dengan pengantaraan Mempelai Kristus, Gereja-Nya, dianugerahkan kepada pendosa yang telah diampuni dan membebaskannya dari setiap sisa yang ditinggalkan oleh akibat-akibat dosa" (idem.). Demikian pula, kini Bapa Suci menyatakan bahwa karunia indulgensi adalah "cara mengetahui kemurahan Tuhan yang tidak ada batasnya. Bukan suatu kebetulan bahwa pada zaman dahulu istilah “belas kasihan” dapat dipertukarkan dengan istilah “indulgensi”, justru karena istilah ini dimaksudkan untuk mengungkapkan kepenuhan pengampunan Tuhan yang tidak ada batasan." (Spes non confundit, 23). Oleh karena itu, indulgensi adalah anugerah Yubelium.

 

Demikian pula, dalam Yubelium Biasa tahun 2025, atas kehendak Paus, Lembaga Tribunal Apostolik, yang bertanggung jawab atas segala hal yang berkaitan dengan pemberian dan pemanfaatan indulgensi, dengan maksud untuk menyemangati jiwa umat beriman dan menumbuhkan keinginan saleh untuk memperoleh Indulgensi yang dipandang sebagai karunia anugerah khusus untuk setiap Tahun Suci, menetapkan petunjuk-petunjuk berikut, sehingga umat beriman dapat memanfaatkan “ketentuan-ketentuan untuk dapat memperoleh dan mengefektifkan praktik Indulgensi Yubileum” (Spes non confundit, 23).

 

Selama Yubelium Biasa tahun 2025, seluruh indulgensi lain yang telah diberikan sebelumnya tetap berlaku. Segenap umat beriman, yang sungguh-sungguh bertobat dan bebas dari segala kecenderungan untuk berbuat dosa (bdk. Enchiridion Indulgentiarum, edisi IV, norma 20, § 1), yang digerakkan oleh semangat kasih dan yang, selama Tahun Suci, dimurnikan melalui sakramen tobat dan disegarkan oleh Komuni Kudus, mendoakan ujud Paus, akan dapat memperoleh dari khazanah Gereja indulgensi penuh, dengan pengampunan dan penebusan dosa atas semua dosa mereka, yang dapat diterapkan dalam permohonan kepada jiwa-jiwa di Api Penyucian dengan cara-cara berikut:

 

I.                    Ziarah

 

Umat beriman, para peziarah pengharapan, akan dapat memperoleh Indulgensi Yubelium yang diberikan oleh Bapa Suci jika mereka melakukan ziarah saleh:

 

ke tempat Yubelium suci mana pun: dengan berpartisipasi penuh dalam Misa Kudus (jika peraturan liturgi mengizinkannya, Misa Yubelium dapat dipilih yang bermanfaat, atau salah satu Misa Votif: untuk rekonsiliasi, pengampunan dosa, mengembangkan amal kasih atau membina kerukunan); Misa ritual pemberian sakramen inisiasi kristiani atau pengurapan orang sakit; atau salah satu dari berikut ini: ibadat sabda; doa brevir (bacaan, pujian, vesper); jalan salib; berdoa rosario; pendarasan madah Akathis; ibadat tobat, yang diakhiri dengan pengakuan dosa masing-masing peniten, sebagaimana ditetapkan dalam Ritus Tobat (bentuk II);

 

di Roma: dengan mengunjungi setidaknya satu dari empat Basilika Utama Kepausan: Basilika Santo Petrus Vatikan, Basilika Agung Juruselamat Kudus (Santo Yohanes Lateran), Basilika Santa Maria Maggiore, dan Basilika Santo Paulus di Luar Tembok;

 

di Tanah Suci: dengan mengunjungi setidaknya satu dari tiga basilika: Basilika Makam Suci di Yerusalem, Basilika Kelahiran di Betlehem, atau Basilika Kabar Sukacita di Nazaret;

 

di tempat-tempat gerejawi lainnya: dengan mengunjungi katedral atau gereja lain atau tempat suci yang ditunjuk oleh uskup setempat. Para uskup dapat mempertimbangkan kebutuhan umat beriman serta kesempatan untuk memperkuat konsep ziarah dengan segala makna simbolisnya, sehingga dapat menunjukkan kebutuhan besar akan pertobatan dan rekonsiliasi;

 

II.                 Kunjungan saleh ke tempat suci

 

Umat beriman juga dapat memperoleh Indulgensi Yubelium jika, secara individu atau dalam kelompok, mereka dengan saleh mengunjungi tempat Yubelium mana pun dan di sana, untuk jangka waktu yang sesuai, terlibat dalam adorasi dan meditasi Ekaristi, diakhiri dengan doa Bapa Kami, Pengakuan Iman yang sah dalam bentuk apa pun, dan memohon kepada Maria, Bunda Allah, sehingga pada Tahun Suci ini setiap orang "akan mengetahui kedekatan Maria, ibu yang paling penuh kasih sayang, yang tidak pernah meninggalkan anak-anaknya" (Spes non confundit, 24).

 

Selama Tahun Yubelium, selain tempat-tempat ziarah yang disebutkan di atas, tempat-tempat suci berikut juga dapat dikunjungi dengan ketentuan yang sama:

 

di Roma: Basilika Salib Suci di Yerusalem, Basilika Santo Laurensius di Verano, Basilika Santo Sebastianus, (kunjungan tradisional ke "tujuh Gereja Roma", yang begitu dekat dengan hati Santo Filipus Neri juga sangat dianjurkan), Tempat Suci Kasih Ilahi ('Divino Amore'), Gereja Roh Kudus di Sassia, Gereja Santo Paulus di Tre Fontane, (situs Kemartiran Rasul Paulus), Katakombe Romawi; gereja-gereja di Jalur Yubelium yang masing-masing didedikasikan untuk Iter Europaeum dan Santa Pelindung Eropa dan Pujangga Gereja (Basilika Santa Maria sopra Minerva, dan Gereja Santa Brigid di Campo de' Fiori, Gereja Santa Maria della Vittoria, Gereja Trinità dei Monti, Basilika Santa Sesilia di Trastevere, dan Basilika Santo Agustinus di Campo Marzio);

 

di tempat lain di dunia: dua basilika kepausan kecil di Asisi – Basilika Santo Fransiskus dan Maria Para Malaikat; Basilika Kepausan Bunda Maria dari Loreto, Bunda Maria dari Pompeii, dan Santo Antonius di Padua; setiap basilika kecil, gereja katedral, gereja katedral bersama, gua Maria, setiap gereja kolegial atau tempat suci yang ditunjuk oleh uskup diosesan atau eparki untuk kepentingan umat beriman, dan tempat suci nasional atau internasional, "tempat suci yang menjadi tempat penyambutan yang sakral dan ruang istimewa bagi kelahiran kembali harapan" (Spes non confundit, 24), sebagaimana dinyatakan oleh Konferensi Wali Gereja.

 

Umat ​​beriman yang sungguh-sungguh bertobat atas dosa, tetapi tidak dapat berpartisipasi dalam berbagai perayaan khidmat, ziarah, dan kunjungan saleh karena alasan-alasan serius (khususnya biarawati dan biarawan yang tinggal di biara tertutup, tetapi juga orang lanjut usia, orang sakit, narapidana, dan mereka yang, melalui pekerjaan mereka di rumah sakit atau fasilitas perawatan lainnya, memberikan pelayanan terus-menerus kepada orang sakit), dapat memperoleh Indulgensi Yubileum, dengan ketentuan yang sama jika, bersatu dalam roh dengan umat beriman yang ambil bagian secara langsung, (khususnya ketika kata-kata paus atau uskup diosesan disampaikan melalui berbagai sarana komunikasi), mereka mendaraskan Doa Bapa Kami, Pengakuan Iman yang sah dalam bentuk apa pun, dan doa-doa lainnya sesuai dengan tujuan Tahun Suci, di rumah mereka atau di mana pun mereka tidak bisa keluar dengan leluasa (misalnya di kapel biara, rumah sakit, panti jompo, penjara...) mempersembahkan penderitaan atau kesulitan hidup mereka;

 

III.               Karya belas kasih dan penebusan dosa

 

Selain itu, umat beriman akan dapat memperoleh Indulgensi Yubileum jika, dengan semangat bakti, mereka ikut serta dalam perutusan populer, latihan rohani, atau kegiatan-kegiatan pembinaan berdasarkan dokumen Konsili Vatikan II dan Katekismus Gereja Katolik, yang diselenggarakan di gereja atau tempat lain yang sesuai, menurut pemikiran Bapa Suci.

 

Kendati ada aturan yang menyatakan bahwa hanya satu indulgensi penuh yang dapat diperoleh setiap hari (bdk. Enchiridion Indulgentiarum, edisi IV, norma 18, § 1), umat beriman yang telah melaksanakan tindakan amal kasih demi jiwa-jiwa di Api Penyucian, jika mereka menerima Komuni Kudus untuk kedua kalinya pada hari itu, dapat memperoleh indulgensi penuh dua kali pada hari yang sama, yang hanya berlaku bagi mereka yang telah meninggal (ini harus dilakukan dalam suatu perayaan Ekaristi; lihat Kanon 917 dan Komisi Kepausan untuk Penafsiran Otentik Kitab Hukum Kanonik, Responsa ad dubia, 1, 11 Juli 1984). Melalui tindakan ganda ini, sebuah pelaksanaan kasih adikodrati yang terpuji terlaksana, melalui ikatan yang dengannya umat beriman yang masih mengembara di bumi ini dipersatukan dalam tubuh mistik Kristus, dengan mereka yang telah menyelesaikan perjalanan mereka, berdasarkan fakta bahwa “Indulgensi Yubileum, berkat kekuatan doa, dimaksudkan secara khusus bagi mereka yang telah mendahului kita, agar mereka dapat memperoleh belas kasihan sepenuhnya.” (Spes non confundit, 22).

 

Secara khusus, "selama Tahun Suci, kita dipanggil untuk menjadi tanda harapan nyata bagi saudara-saudari kita yang mengalami berbagai kesulitan" (Spes non confundit, 10). Oleh karena itu, Indulgensi juga dikaitkan dengan karya belas kasih dan penebusan dosa tertentu, yang menjadi saksi pertobatan yang dilakukan. Umat beriman, mengikuti teladan dan perintah Kristus, didorong untuk melakukan karya amal atau belas kasihan lebih sering, terutama dalam pelayanan kepada saudara-saudari yang dibebani oleh berbagai kebutuhan. Lebih khusus lagi, mereka hendaknya menemukan kembali "karya-karya belas kasih ragawi ini, yakni memberi makan yang lapar, memberi minum yang haus, memberi pakaian yang telanjang, menerima orang asing, menyembuhkan yang sakit, mengunjungi yang dipenjara, dan mengubur yang meninggal" (Misericordiae vultus, 15) dan menemukan kembali pula "karya-karya belas kasih rohani, yakni memberi nasihat kepada yang ragu-ragu, mengajar yang tidak tahu, menasihati para pendosa, menghibur yang sedih, mengampuni yang bersalah, menanggung dengan sabar mereka yang menyusahkan kita, dan berdoa bagi orang yang hidup dan yang meninggal." (idem).

 

Dengan cara ini, umat beriman akan dapat memperoleh Indulgensi Yubelium jika mereka mengunjungi, selama jangka waktu yang tepat, saudara-saudari mereka yang membutuhkan atau dalam kesulitan (orang sakit, narapidana, orang tua yang kesepian, orang cacat...), dalam arti melakukan ziarah kepada Kristus yang hadir dalam diri mereka (lih. Mat 25:34-36) sesuai dengan kondisi rohani, sakramental, dan doa yang lazim. Umat beriman dapat mengulangi kunjungan ini sepanjang Tahun Suci, bahkan setiap hari, dengan memperoleh indulgensi penuh setiap kali.

 

Indulgensi Penuh Yubelium juga dapat diperoleh melalui prakarsa-prakarsa yang mempraktikkan, secara nyata dan murah hati, semangat pertobatan yang, dalam arti tertentu, merupakan jiwa dari Yubelium. Secara khusus, hakikat pertobatan hari Jumat dapat ditemukan kembali melalui pantang, dalam semangat pertobatan, setidaknya selama satu hari dalam seminggu dari gangguan-gangguan yang sia-sia (gangguan-gangguan yang nyata tetapi juga virtual, misalnya, penggunaan media dan/atau jejaring sosial), konsumsi yang berlebihan (misalnya dengan berpuasa atau mempraktikkan pantang menurut peraturan umum Gereja dan petunjuk-petunjuk para uskup), serta dengan menyumbangkan sejumlah uang secara proporsional kepada orang miskin; dengan mendukung karya yang bersifat keagamaan atau sosial, khususnya dalam mendukung pembelaan dan perlindungan kehidupan dalam segala tahapannya, tetapi juga dengan mendukung kualitas hidup anak-anak terlantar, orang muda yang mengalami kesulitan, orang tua yang membutuhkan atau kesepian, atau para migran dari berbagai negara “yang meninggalkan tanah air mereka untuk mencari kehidupan yang lebih baik bagi diri mereka sendiri dan keluarga mereka.” (Spes non confundit, 13); hal itu juga dapat diperoleh dengan mendedikasikan sebagian waktu luang kita untuk kegiatan sukarela yang memberikan pelayanan kepada masyarakat atau bentuk komitmen pribadi serupa lainnya.

 

Semua uskup diosesan dan eparki serta orang-orang yang setara dengan mereka dalam hukum, pada hari yang paling tepat dalam masa yubileum ini, pada kesempatan perayaan utama di katedral dan di gereja-gereja yubileum masing-masing, boleh memberikan berkat paus dengan indulgensi penuh yang menyertainya, yang dapat diperoleh oleh semua umat beriman yang menerima berkat ini berdasarkan ketentuan yang biasa.

 

Dalam rangka memudahkan akses kepada sakramen tobat dan perolehan pengampunan ilahi melalui ‘Kuasa Kunci’, para ordinaris setempat diundang untuk memberikan kepada Kanon dan Imam, yang di Katedral dan Gereja-gereja yang secara khusus ditetapkan untuk Tahun Suci, kewenangan terbatas pada forum internal umat beriman Gereja-gereja Timur yang dicakup oleh KHK Gereja Timur kanon 728, § 2, dan dalam kasus kemungkinan reservasi, kewenangan untuk kanon 727, dengan mengecualikan, secara jelas, kasus-kasus yang tercantum dalam kanon 728, § 1; sedangkan untuk umat beriman Gereja Latin, kewenangan yang dirujuk dalam KHK kanon 508, § 1.

 

Dalam hal ini, Lembaga Penitensiaria ini mendesak semua imam untuk menyediakan diri dengan murah hati dan dedikasi diri untuk memungkinkan kesempatan sebesar-besarnya bagi umat beriman untuk memperoleh manfaat dari sarana keselamatan, dengan menetapkan dan menerbitkan slot waktu untuk pengakuan dosa, dengan persetujuan para imam paroki atau rektor gereja-gereja tetangga, dengan menyediakan waktu untuk hadir di ruang pengakuan dosa, merencanakan ibadat tobat secara tetap dan sering, dan juga memanfaatkan imam purna bakti yang tidak memiliki peran pastoral lain yang ditetapkan seluas-luasnya. Bergantung pada kemungkinannya, para imam hendaknya mengingat, sesuai dengan motu proprio Misericordia Dei, kesempatan pastoral yang juga ada dalam mendengarkan Pengakuan Dosa selama perayaan Misa Kudus.

 

Untuk memudahkan tugas sebagai bapa pengakuan, Penitensiaria Apostolik, berdasarkan mandat Bapa Suci, memberikan kepada para imam yang mendampingi atau mengikuti ziarah Yubelium di luar Keuskupan mereka hak untuk menggunakan kewenangan yang sama yang telah diberikan kepada bapa pengakuan di Keuskupan setempat oleh otoritas yang sah. Penitensiaria Apostolik ini akan memberikan kewenangan khusus kepada penitensiaria Basilika Kepausan di Roma, dan kepada Penitensiaria Kanon atau Penitensiaria Keuskupan yang didirikan di wilayah gerejawi masing-masing.

 

Para bapa pengakuan, setelah dengan penuh kasih mengajar umat beriman tentang beratnya dosa yang harus dikenai pembatasan atau kecaman, hendaknya menentukan, dengan kasih pastoral, penitensi sakramental yang tepat, sehingga dapat menuntun para peniten, sejauh mungkin kepada pertobatan yang mantap dan, tergantung pada sifat kasusnya, mengajak mereka untuk memperbaiki segala skandal dan kehancuran.

 

Akhirnya, Penitensiari dengan hangat mengundang para uskup, sebagai pengemban tiga tugas utama, yaitu mengajar, membimbing, dan menguduskan, untuk menjelaskan dengan gamblang ketentuan dan prinsip yang diusulkan di sini untuk pengudusan umat beriman, dengan mempertimbangkan keadaan, budaya, dan adat istiadat setempat. Katekese yang sesuai dengan karakteristik sosial-budaya masing-masing umat akan secara efektif menyampaikan Injil dan keseluruhan pesan kristiani, yang akan lebih mengakar dalam hati umat keinginan akan karunia yang unik ini, yang diperoleh melalui perantaraan Gereja.

 

Dekrit ini berlaku selama Tahun Yubelium Biasa 2025, meskipun ada ketentuan sebaliknya.

 

Diberikan di Roma, dari Kantor Penitensiari Apostolik, pada tanggal 13 Mei 2024, pada Peringatan Santa Perawan Maria dari Fatima.

 

Angelo Kardinal De Donatis

Penitensiari Utama

 

+ Krzysztof Nykiel

Pemangku

 

(Dialihbahasakan oleh Peter Suriadi dari https://www.vatican.va/roman_curia/tribunals/apost_penit/documents/rc_penitenzieria-ap_20240513_norme-indulgenza-giubileo2025_en.html?fbclid=IwY2xjawHYlb5leHRuA2FlbQIxMQABHfWOMhTw7_lZfjrAon58BZAw45RlwCB53qXAwMIjoOssbMAKQeste_YISw_aem_vd47OzyXW_o6s9pBTLe1UQ)

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 22 Desember 2024 : MARILAH BERSYUKUR KEPADA ALLAH ATAS MUKJIZAT KEHIDUPAN

Saudara-saudari terkasih, selamat pagi!

 

Saya minta maaf karena tidak bisa bersamamu di Lapangan Santo Petrus, tetapi kondisi saya semakin membaik dan tindakan pencegahan harus diambil.

 

Bacaan Injil hari ini menghadirkan kepada kita Maria yang, setelah mendengar kabar gembira Malaikat, mengunjungi Elisabet, kerabatnya yang sudah tua (bdk. Luk 1:39-45), yang juga sedang mengandung. Jadi, pertemuan mereka adalah pertemuan dua perempuan yang sedang bersukacita atas karunia keibuan yang luar biasa: Maria baru saja mengandung Yesus, sang Juruselamat dunia (bdk. Luk 1:31-35), dan Elisabet, meskipun usianya sudah lanjut, sedang mengandung Yohanes, yang akan mempersiapkan jalan bagi Mesias (bdk. Luk 1:13-17), Yohanes Pembaptis.

 

Keduanya memiliki banyak hal untuk disyukuri, dan mungkin kita merasa mereka jauh, para tokoh utama mukjizat besar tersebut umumnya tidak kita alami. Pesan yang ingin disampaikan Penginjil kepada kita, beberapa hari sebelum Natal, adalah ini, pesannya berbeda. Memang, merenungkan tanda-tanda ajaib tindakan penyelamatan Allah tidak boleh membuat kita merasa jauh dari-Nya, tetapi justru membantu kita untuk mengenali kehadiran dan kasih-Nya yang dekat denganmu, misalnya dalam karunia setiap kehidupan, karunia setiap anak, karunia ibu mereka. Karunia kehidupan. Saya membaca, di acara "A Tua Immagine", sebuah hal indah yang tertulis: tidak ada anak adalah sebuah kesalahan! Karunia kehidupan.

 

Di Lapangan Santo Petrus, bahkan hari ini, akan ada ibu-ibu dengan anak-anak mereka, dan mungkin mereka adalah beberapa yang sedang hamil. Tolong, janganlah kita bersikap acuh tak acuh terhadap kehadiran mereka: marilah kita belajar untuk mengagumi kecantikan mereka, seperti yang dilakukan Elisabet dan Maria, kecantikan para ibu hamil. Marilah kita bersyukur atas para ibu dan memuji Allah atas mukjizat kehidupan! Saya suka – saya dulu suka, karena sekarang saya tidak bisa melakukannya – ketika saya biasa naik bus, di keuskupan lain, ketika seorang ibu hamil naik bus, saya akan segera menawarkan tempat duduk kepadanya: menawarkan tempat duduk adalah sikap pengharapan dan rasa hormat!

 

Saudara-saudari, pada hari-hari ini kita suka menciptakan suasana yang meriah dengan lampu, hiasan, dan musik Natal. Namun, marilah kita ingat untuk mengungkapkan perasaan gembira setiap kali kita menjumpai seorang ibu yang sedang menggendong atau mengandung seorang anak. Dan ketika hal itu terjadi pada kita, marilah kita berdoa dalam hati kita dan marilah kita juga berkata, seperti Elisabet, “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu!” (Luk 1:42); marilah kita bernyanyi, seperti Maria, “Jiwaku memuliakan Tuhan” (Luk 1:46), agar peran masing-masing ibu dapat diberkati, dan dalam diri setiap ibu di dunia, semoga nama Allah disyukuri dan ditinggikan, yang mempercayakan kepada manusia kuasa untuk memberikan kehidupan kepada anak-anak!

 

Kita akan segera memberkati "Bambinelli" (patung bayi Yesus) yang kamu bawa. Saya membawa milik saya: Bambinelli ini diberikan kepada saya oleh Uskup Agung Santa Fé; dibuat oleh penduduk asli Ekuador... Bambinelli telah kamu bawa. Kita dapat bertanya kepada diri kita sendiri, apakah aku bersyukur kepada Tuhan karena Ia menjadikan diri-Nya manusia seperti kita, untuk ambil bagian dalam seluruh keberadaan kita, kecuali dosa? Apakah aku memuji Tuhan dan bersyukur kepada-Nya atas setiap anak yang lahir? Ketika aku berjumpa seorang ibu hamil, apakah aku baik kepadanya? Apakah aku mendukung dan membela nilai sakral kehidupan anak-anak sejak mereka dikandung dalam rahim ibu?

 

Semoga Maria, yang terberkati di antara semua perempuan, membuat kita mampu mengalami rasa takjub dan syukur di hadapan misteri kehidupan yang baru lahir.

 

[Setelah pendarasan doa Malaikat Tuhan]

 

Saudara-saudari terkasih!

 

Saya mengikuti berita dari Mozambik dengan penuh perhatian dan keprihatinan, dan saya ingin menyampaikan kembali pesan pengharapan, perdamaian, dan rekonsiliasi kepada rakyat terkasih tersebut. Saya berdoa agar dialog dan pengupayaan kebaikan bersama, yang didukung oleh iman dan niat baik, dapat menang atas ketidakpercayaan dan perselisihan.

 

Ukraina yang tersiksa terus dilanda serangan terhadap kota tersebut, yang terkadang merusak sekolah, rumah sakit, dan gereja. Semoga senjata dibungkam dan lagu-lagu Natal bergema! Marilah kita berdoa untuk gencatan senjata di semua medan perang, di Ukraina, Tanah Suci, di seluruh Timur Tengah, dan seluruh dunia, pada hari Natal. Dan sedih saya memikirkan Gaza, begitu banyak kekejaman; anak-anak yang ditembak dengan senapan mesin, pemboman sekolah dan rumah sakit... Begitu banyak kekejaman!

 

Saya menyapa kamu semua, umat Roma dan para peziarah, dengan kasih sayang. Saya menyapa delegasi warga negara Italia yang tinggal di wilayah yang telah lama menunggu reklamasi demi melindungi kesehatan mereka. Saya mengungkapkan kedekatan saya dengan penduduk ini, terutama kepada mereka yang menderita tragedi baru-baru ini di Calenzano.

 

Pagi ini, saya merasa gembira bisa bersama anak-anak, bersama ibu mereka, yang menghadiri Apotik Santa Marta Vatikan, yang dikelola oleh Suster-suster Vinsensian. Mereka adalah biarawati yang baik! Di antara mereka ada seorang biarawati yang bagaikan nenek bagi semua orang, Suster Antoinette yang baik, yang saya kenang dengan penuh kasih. Dan anak-anak ini – jumlahnya banyak! – memenuhi hati saya dengan sukacita. Saya ulangi: “Tidak ada anak adalah sebuah kesalahan”.

 

Dan sekarang saya akan memberkati "Bambinelli": Saya telah membawa Bambinelli saya. Patung-patung bayi Yesus yang kamu, anak-anak dan orang muda terkasih, bawa ke sini dan yang kemudian, setelah kembali ke rumah, akan kamu taruh di dalam Kandang Natal. Saya berterima kasih atas perbuatan sederhana namun penting ini. Dengan segenap hati saya memberkati kamu semua, orang tuamu, kakek nenekmu, keluargamu! Dan tolong, jangan lupakan kakek nenekmu! Semoga tidak ada seorang pun tinggal sendirian selama hari-hari ini.

 

Dan saya mengucapkan selamat hari Minggu kepada kamu semua. Tolong, jangan lupa untuk mendoakan saya. Semoga Tuhan memberkatimu. Selamat menikmati makan siangmu, dan sampai jumpa!

_____

(Peter Suriadi - Bogor, 23 Desember 2024)

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 18 Desember 2024 : YUBELIUM 2025. YESUS KRISTUS HARAPAN KITA. I. MASA KANAK-KANAK YESUS. 1. SILSILAH YESUS (MAT 1:1-17). MASUKNYA PUTRA ALLAH KE DALAM SEJARAH

Saudara-saudari terkasih, selamat pagi!

 

Hari ini kita akan memulai rangkaian katekese yang akan berlanjut sepanjang Tahun Yubelium. Temanya adalah “Yesus Kristus Harapan Kita”: karena Ia adalah tujuan peziarahan kita, dan Ia sendiri adalah jalan, jalur yang harus diikuti.

 

Bagian pertama akan membahas tentang masa kanak-kanak Yesus yang dikisahkan oleh Penginjil Matius dan Lukas (lih. Mat 1-2; Luk 1-2). Kedua Injil masa kanak-kanak mengisahkan tentang Yesus yang dikandung dari seorang perawan dan kelahiran-Nya dari rahim Maria; keduanya mengingat nubuat tentang Mesias yang digenapi di dalam Dia dan berbicara tentang legalitas kebapaan Yusuf yang mencangkokkan Putra Allah ke dalam “batang” dinasti Daud. Kita diperlihatkan Yesus yang masih bayi, anak-anak, dan remaja, yang tunduk kepada orang tuanya dan, pada saat yang sama, menyadari bahwa Ia sepenuhnya mengabdikan diri kepada Bapa dan Kerajaan-Nya. Ada perbedaan di antara kedua Injil. Lukas menceritakan peristiwa-peristiwa tersebut melalui mata Maria, Matius menceritakannya melalui mata Yusuf, dan menegaskan peran ayah yang belum pernah terjadi sebelumnya.

 

Matius memulai Injilnya dan seluruh kanon Perjanjian Baru dengan "Inilah daftar nenek moyang Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham" (Mat 1:1).

 

Daftar nama yang sudah ada dalam Kitab Suci Ibrani dimaksudkan untuk menunjukkan kebenaran sejarah dan kebenaran hidup manusia. Bahkan, “silsilah Tuhan terdiri dari kisah nyata yang mencakup sejumlah tokoh yang paling tidak bermasalah, dan dosa Raja Daud juga ditekankan (lih. Mat 1:6). Namun, semuanya berpuncak pada Maria dan Kristus (lih. Mat 1:16)” (Surat tentang Pembaruan Studi Sejarah Gereja, 21 November 2024). Kemudian, muncullah kebenaran hidup manusia yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, yang membawa tiga hal: nama yang mencakup jatidiri dan perutusan yang unik; milik suatu keluarga dan suatu umat; dan akhirnya, kepatuhan iman kepada Allah Israel.

 

Silsilah adalah genre sastra, yaitu bentuk yang cocok untuk menyampaikan pesan yang sangat penting: tidak seorang pun memberikan hidup kepada dirinya sendiri, tetapi menerimanya sebagai hadiah dari orang lain. Dalam hal ini, mereka adalah orang-orang pilihan, dan mereka yang mewarisi warisan iman dari nenek moyang mereka, dalam mewariskan kehidupan kepada anak-anak mereka, juga mewariskan iman akan Allah kepada mereka.

 

Akan tetapi, tidak seperti silsilah dalam Perjanjian Lama, yang hanya mencantumkan nama laki-laki, karena di Israel ayahlah yang menentukan nama putranya, dalam daftar nenek moyang Yesus yang ditulis Matius, perempuan juga muncul. Kita menemukan lima di antaranya: Tamar, menantu perempuan Yehuda yang, setelah menjadi janda, berpura-pura menjadi pelacur untuk menjamin keturunan bagi suaminya (lih. Kej 38); Rahab, pelacur Yerikho yang membuat para penjelajah Yahudi bisa memasuki tanah terjanji dan menaklukkannya (lih. Yak 2); Rut, orang Moab yang, dalam kitab dengan nama yang sama, tetap setia kepada ibu mertuanya, merawatnya dan akan menjadi nenek buyut Raja Daud; Batsyeba, yang berzina dengan Daud yang telah membunuh suaminya, memperanakkan Salomo (lih. 2 Sam 11); dan akhirnya Maria dari Nazaret, istri Yusuf, dari keluarga Daud: dari dialah Mesias, Yesus, lahir.

 

Keempat perempuan pertama memiliki kesamaan bukan pada fakta bahwa mereka adalah orang berdosa, seperti yang kadang-kadang dikatakan, tetapi pada fakta bahwa mereka adalah orang asing bagi orang Israel. Matius menyampaikan, sebagaimana ditulis Benediktus XVI, bahwa "melalui mereka dunia orang-orang bukan Yahudi masuk ... ke dalam silsilah Yesus - perutusan-Nya kepada orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi menjadi nyata" (Kisah Masa Kanak-kanak, Milan-Vatikan 2012, 15).

 

Sementara keempat perempuan sebelumnya disebutkan di samping laki-laki yang lahir dari mereka atau orang yang memperanakkannya, Maria, di sisi lain, memperoleh keunggulan khusus: ia menandai awal yang baru. Ia sendiri adalah awal yang baru, karena dalam kisahnya bukan lagi makhluk manusia yang menjadi tokoh utama generasi, tetapi Allah sendiri. Ini jelas terlihat dari kata kerja “dilahirkan”: “Yakub [adalah] ayah Yusuf, suami Maria yang darinya Yesus dilahirkan” (Matius 1:16). Yesus adalah putra Daud, dicangkokkan oleh Yusuf ke dalam dinasti itu dan ditakdirkan untuk menjadi Mesias Israel, tetapi Ia juga adalah putra Abraham dan perempuan-perempuan asing, oleh karena itu ditakdirkan untuk menjadi “terang bagi bangsa-bangsa lain” (lih. Luk 2:32) dan “Juruselamat dunia” (Yoh 4:42).

 

Putra Allah, yang ditahbiskan bagi Bapa dengan diutus untuk menyingkapkan wajah-Nya (lih. Yoh 1:18; Yoh 14:9), memasuki dunia seperti semua anak manusia, sedemikian rupa sehingga di Nazaret Ia akan disebut "anak Yusuf" (Yoh 6:42) atau "anak tukang kayu" (Mat 13:55). Sungguh Allah dan sungguh manusia.

 

Saudara-saudari, marilah kita bangkitkan dalam diri kita kenangan penuh syukur akan para nenek moyang kita. Dan terutama, marilah kita bersyukur kepada Allah, yang, melalui Gereja Induk, telah melahirkan kita menuju kehidupan kekal, kehidupan Yesus, harapan kita.

 

[Ringkasan dalam bahasa Inggris yang disampaikan oleh seorang penutur]

 

Saudara-saudari terkasih: Kita sekarang memulai rangkaian katekese baru untuk Tahun Suci dengan tema Yubelium “Yesus Kristus Harapan Kita.” Hari ini kita merenungkan kisah Injil tentang silsilah Yesus, yang mengingatkan kita bahwa hidup dan jatidiri-Nya merupakan bagian dari sejarah yang lebih besar yang mencakup leluhur-Nya, keluarga-Nya, dan iman seluruh umat Israel. Kehadiran empat perempuan bukan Yahudi dalam silsilah Matius mengingatkan kita bahwa Yesus pada akhirnya diutus untuk menjadi Juruselamat semua orang. Kelahiran Yesus dari Perawan Maria itu sendiri merupakan tanda awal yang baru bagi keluarga manusia kita. Menjelang Natal, marilah kita bersyukur atas silsilah kita sendiri, dan memperbarui komitmen kita untuk mewujudkan karunia rekonsiliasi, kedamaian, dan harapan yang dibawa Tuhan kita ke dunia ini melalui penjelmaan-Nya.

_____

(Peter Suriadi - Bogor, 18 Desember 2024)