Saudara-saudari terkasih, selamat hari Minggu!
Pada
pokok Bacaan Injil hari ini (Luk 13:22-30) kita menemukan gambaran tentang
"pintu yang sempit", yang digunakan Yesus untuk menjawab pertanyaan
yang diajukan seseorang kepada-Nya apakah hanya sedikit orang saja yang akan
diselamatkan. Yesus berkata, "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang
sempit itu! Sebab, Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha masuk,
tetapi tidak akan dapat" (ayat 24).
Sekilas,
gambaran ini mungkin membuat kita berpikir: jika Allah adalah Bapa Maha Kasih
dan berbelas kasih, yang senantiasa berdiri dengan tangan terbuka menyambut
kita, mengapa Yesus berkata bahwa pintu keselamatan itu sempit?
Tentu
saja, Tuhan tidak ingin mengecilkan hati kita. Sebaliknya, sabda-Nya terutama
dimaksudkan untuk menantang keangkuhan orang-orang yang merasa sudah
diselamatkan, yang melakukan tindakan keagamaan dan merasa hanya itu yang
dibutuhkan. Mereka tidak menyadari bahwa melakukan tindakan keagamaan saja
tidak cukup kecuali mereka mengubah hati. Tuhan tidak menginginkan penyembahan
yang terpisah dari kehidupan. Ia tidak berkenan dengan pengurbanan dan doa,
kecuali jika hal itu menuntun pada semakin mengasihi sesama dan berlaku adil
bagi saudara-saudari kita. Karena alasan ini, ketika orang-orang seperti itu
datang kepada Tuhan dengan membanggakan bahwa mereka telah makan dan minum
bersama-Nya serta mendengar Dia mengajar di jalan-jalan kota mereka, mereka
akan mendengar Dia menjawab, "Aku tidak tahu dari mana kamu datang,
enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan!"
(ayat 27).
Saudara-saudari,
tantangan yang disajikan kepada kita dalam Bacaan Injil hari ini patut
direnungkan. Meskipun terkadang kita mungkin menghakimi mereka yang jauh dari
iman, Yesus mempertanyakan "keamanan orang percaya." Ia mengatakan
kepada kita bahwa tidaklah cukup hanya menyatakan iman dengan kata-kata, makan
dan minum bersama-Nya dengan merayakan Ekaristi, atau memiliki pengetahuan yang
baik tentang ajaran kristiani. Iman kita autentik ketika iman itu merangkul
seluruh hidup kita, ketika iman itu menjadi kriteria bagi keputusan-keputusan
kita, ketika iman itu menjadikan kita, baik laki-laki maupun perempuan,
berkomitmen untuk melakukan apa yang benar dan mengambil risiko karena kasih,
sebagaimana dilakukan Yesus. Ia tidak memilih jalan mudah menuju keberhasilan
atau kekuasaan; sebaliknya, demi menyelamatkan kita, Ia mengasihi kita sampai
Ia berjalan melalui "pintu yang sempit" Salib. Yesus adalah ukuran
sejati iman kita; Ia adalah pintu yang harus kita lalui agar diselamatkan (bdk.
Yoh. 10:9) dengan mengalami kasih-Nya dan dengan berkarya, dalam kehidupan kita
sehari-hari, untuk mengembangkan keadilan dan perdamaian.
Ada
kalanya hal ini melibatkan pengambilan keputusan yang sulit dan tidak populer,
melawan kecenderungan egois kita, menempatkan diri untuk melayani sesama, dan
bertekun dalam melakukan apa yang benar ketika nalar jahat tampaknya menang,
dan sebagainya. Namun, begitu kita melewati ambang itu, kita akan menemukan
bahwa kehidupan kembali bersemi. Sejak saat itu, kita akan masuk ke dalam hati
Allah yang mahaluas dan sukacita perjamuan abadi yang telah Ia siapkan bagi
kita.
Marilah
kita memohon kepada Perawan Maria untuk membantu kita menemukan keberanian
untuk melewati "pintu yang sempit" Injil, agar kita dapat membuka
diri dengan sukacita menuju pelukan Allah Bapa kita yang penuh kasih.
[Setelah pendarasan
doa Malaikat Tuhan]
Saudara-saudari
terkasih,
Saya
menyampaikan rasa kedekatan saya kepada masyarakat Cabo Delgado, Mozambik, yang
telah menjadi korban situasi yang tidak aman dan penuh kekerasan yang terus
menyebabkan kematian dan pengungsian. Dalam permohonan agar kamu tidak
melupakan saudara-saudari kita ini, saya mengajakmu untuk mendoakan mereka, dan
saya mengharapkan upaya para pemimpin negara ini akan berhasil memulihkan
keamanan dan perdamaian di wilayah tersebut.
Jumat
lalu, 22 Agustus, kita serentak berdoa dan berpuasa bersama saudara-saudari
kita yang sedang menderita akibat perang. Hari ini, kita bergabung dengan
saudara-saudari kita di Ukraina yang, melalui prakarsa rohani "Doa Sedunia
untuk Ukraina", sedang memohon kepada Tuhan untuk memberikan kedamaian
bagi negara mereka yang tersiksa.
Saya
menyapa kamu semua, umat Roma dan para peziarah dari berbagai negara, terutama
dari Karaganda (Kazakhstan), Budapest, serta para seminaris dan staf pengajar
Kolese Kepausan Amerika Utara. Dengan senang hati saya menyapa Kelompok Musik
Gozzano dan kelompok paroki dari Bellagio, Vidigulfo, Carbonia, Corlo, dan Val
Cavallina. Saya juga menyapa umat yang datang bersepeda dari Rovato dan
Manerbio, dan kelompok keliling Via Lucis.
Saya
mengucapkan selamat hari Minggu kepada semuanya.
______
(Peter Suriadi - Bogor, 24 Agustus 2025)