Saudara-saudari terkasih, selamat pagi!
Hari
ini, sekali lagi, kita akan merenungkan misteri Sabtu Suci. Sabtu Suci adalah
hari misteri Paskah di mana segala sesuatu tampak tak bergerak dan sunyi,
padahal sesungguhnya suatu tindakan keselamatan yang tak kasat mata sedang
digenapi: Kristus turun ke alam maut untuk membawa kabar kebangkitan kepada
semua orang yang berada dalam kegelapan dan bayang-bayang maut.
Peristiwa
ini, yang telah diwariskan oleh liturgi dan tradisi kepada kita, menggambarkan
gestur kasih Allah yang paling mendalam dan radikal bagi umat manusia. Sungguh,
tidaklah cukup hanya mengatakan atau percaya bahwa Yesus wafat untuk kita:
perlu disadari bahwa kesetiaan kasih-Nya mencari kita di tempat kita tersesat,
tempat yang hanya dapat dijangkau oleh kuasa terang yang mampu menembus
kegelapan.
Dunia
bawah, dalam pemahaman biblis, bukanlah sebuah tempat, melainkan sebuah kondisi
keberadaan: kondisi di mana kehidupan terkuras, dan penderitaan, kesendirian,
rasa bersalah, serta keterpisahan dari Allah dan sesama merajalela. Kristus
menjangkau kita bahkan di jurang ini, melewati gerbang kenyataan kegelapan ini.
Ia masuk, bisa dikatakan, ke dalam rumah kematian itu sendiri, mengosongkannya,
membebaskan para penghuninya, memegang tangan mereka satu per satu. Itulah
kerendahan hati Allah yang tidak berhenti di hadapan dosa kita, yang tidak
gentar menghadapi penolakan ekstrem umat manusia.
Rasul
Petrus, dalam kutipan singkat dari surat pertamanya yang baru saja kita dengar,
memberitahu kita bahwa Yesus, yang telah dihidupkan menurut Roh Kudus, pergi
untuk menyampaikan kabar keselamatan bahkan "kepada roh-roh yang di dalam
penjara" (1Ptr. 3:19). Inilah salah satu gambaran yang paling menyentuh,
yang diungkapkan bukan dalam Injil kanonik, melainkan dalam sebuah teks apokrif
berjudul Injil Nikodemus. Menurut tradisi ini, Putra Allah memasuki kegelapan
terdalam untuk menjangkau bahkan saudara-saudari-Nya yang terakhir, membawa
terang-Nya ke sana juga. Dalam gestur ini terdapat seluruh kekuatan dan
kelembutan pesan Paskah: kematian bukanlah kata terakhir.
Sahabat-sahabat
terkasih, turunnya Kristus ini tidak hanya berkaitan dengan masa lalu, tetapi
menyentuh kehidupan kita semua. Dunia bawah bukan hanya kondisi orang mati,
tetapi juga mereka yang mengalami kematian akibat kejahatan dan dosa. Dunia
bawah juga merupakan neraka keseharian yang dipenuhi kesepian, rasa malu,
ditinggalkan, dan pergumulan hidup. Kristus masuk ke dalam semua kenyataan
gelap ini untuk menjadi saksi kasih Bapa. Bukan menghakimi, melainkan
membebaskan. Bukan menyalahkan, melainkan menyelamatkan. Ia melakukannya dengan
tenang, berjinjit, seperti orang yang memasuki kamar rumah sakit untuk
menawarkan penghiburan dan pertolongan.
Para
Bapa Gereja, dalam halaman-halaman yang luar biasa indahnya, menggambarkan
momen ini sebagai sebuah pertemuan: pertemuan antara Kristus dan Adam. Sebuah
perjumpaan yang menjadi simbol dari segala kemungkinan perjumpaan antara Allah
dan manusia. Tuhan turun ke tempat manusia bersembunyi karena takut, dan
memanggil namanya, menggenggam tangannya, mengangkatnya, dan membawanya kembali
menuju terang. Ia bukan saja melakukannya dengan penuh wibawa, tetapi juga
dengan kelembutan yang tak terhingga, bagaikan seorang ayah kepada putranya
yang takut tidak lagi dikasihi.
Dalam
ikon-ikon kebangkitan Gereja Timur, Kristus digambarkan mendobrak pintu-pintu
neraka, merentangkan tangan-Nya, dan mencengkeram pergelangan tangan Adam dan
Hawa. Ia tidak hanya menyelamatkan diri-Nya sendiri; Ia tidak kembali ke
kehidupan sendirian, tetapi membawa seluruh umat manusia bersama-Nya. Inilah
kemuliaan sejati dari Yesus yang bangkit: itulah kekuatan kasih, itulah
solidaritas dengan Allah yang tidak ingin menyelamatkan diri-Nya sendiri tanpa
kita, tetapi hanya bersama kita. Allah yang tidak akan bangkit kecuali Ia merangkul
kesengsaraan kita dan mengangkat kita kepada kehidupan baru.
Oleh
karena itu, Sabtu Suci adalah hari di mana surga mengunjungi bumi paling dalam.
Inilah masa di mana setiap sudut sejarah manusia disentuh oleh cahaya Paskah.
Dan jika Kristus mampu turun sepenuhnya ke sana, tak ada yang dapat
dikecualikan dari penebusan-Nya. Bahkan malam-malam kita, bahkan
kesalahan-kesalahan kita yang paling tua, bahkan ikatan-ikatan kita yang telah
putus. Tak ada masa lalu yang begitu hancur, tak ada sejarah yang begitu
terkompromikan sehingga tak dapat disentuh oleh belas kasihan.
Saudara-saudari
terkasih, bagi Allah, turun bukanlah kekalahan, melainkan pemenuhan kasih-Nya.
Bukan kegagalan, melainkan cara-Nya menunjukkan bahwa tak ada tempat yang
terlalu jauh, tak ada hati yang terlalu tertutup, tak ada makam yang terlalu
rapat untuk kasih-Nya. Hal ini menghibur kita, hal ini menopang kita. Dan jika
terkadang kita merasa telah mencapai titik terendah, marilah kita ingat: dari
sanalah Allah dapat memulai ciptaan baru. Ciptaan yang terdiri dari orang-orang
yang ditinggikan, hati yang diampuni, air mata yang dikeringkan. Sabtu Suci
adalah pelukan hening yang dengannya Kristus mempersembahkan seluruh ciptaan
kepada Bapa untuk memulihkannya ke dalam rencana keselamatan-Nya.
[Pengumuman]
Saudara-saudari
terkasih, bulan Oktober kini semakin dekat, dan dalam Gereja, bulan ini
didedikasikan secara khusus kepada Rosario Suci. Oleh karena itu, saya mengajak
semuanya, setiap hari di bulan mendatang, untuk berdoa Rosario memohon
perdamaian: secara pribadi, dalam keluarga, dalam komunitas.
Saya
juga mengajak para pelayan di Vatikan untuk mendaraskan doa ini di Basilika
Santo Petrus setiap hari, pukul 19.00.
Khususnya,
pada malam Sabtu, 11 Oktober, pukul 18.00, kita akan mendoakannya bersama di
Lapangan Santo Petrus, dalam Vigili Yubileum Spiritualitas Maria, yang juga
memperingati pembukaan Konsili Vatikan II.
[Sapaan]
Dengan
senang hati saya menyapa para peziarah dan para pengunjung berbahasa Inggris
pagi ini, terutama dari Inggris, Skotlandia, Irlandia, Irlandia Utara, Denmark,
Afrika Selatan, Uganda, Australia, Selandia Baru, Bangladesh, India, Indonesia,
Malaysia, Qatar, Filipina, Vietnam, Kanada, dan Amerika Serikat. Dengan doa dan
harapan baik, semoga Yubileum Pengharapan ini menjadi masa rahmat dan pembaruan
rohani bagimu dan keluargamu. Saya memohonkan sukacita dan damai sejahtera
Tuhan kita Yesus Kristus bagikamu semua.
[Ringkasan dalam
bahasa Inggris]
Saudara-saudari
terkasih, dalam katekese lanjutan kita tentang tema Yubileum "Yesus
Kristus Pengharapan Kita", kita terus merenungkan misteri Sabtu Suci. Hari
itu, dalam Misteri Paskah, adalah hari ketika Yesus turun ke alam maut untuk
membawa Kabar Baik kebangkitan kepada semua orang yang hidup dalam kegelapan.
Ketika Ia turun — yang sama sekali bukan suatu kekalahan — Ia menyatakan
kasih-Nya yang radikal bagi umat manusia dan kematian bukanlah akhir. Kasih-Nya
adalah terang yang kuat yang menembus kegelapan yang paling pekat untuk
menjangkau saudara-saudari kita yang tampaknya telah sepenuhnya tersesat. Ini
bukan hanya peristiwa masa lalu, tetapi berlaku bagi kita masing-masing saat
ini. Kristus masuk ke dalam pergumulan kita dan menyentuh dosa-dosa kita yang
terdalam dengan belas kasih-Nya. Semoga ini mengingatkan kita bahwa jika kita
memperkenankan Yesus masuk ke dalam kegelapan kita, Ia mampu menciptakan
kehidupan baru dalam diri kita masing-masing dan kita menjadi mercusuar
pengharapan yang memancarkan pesan keselamatan bagi semua orang.
_____
(Peter Suriadi - Bogor, 24 September 2025)