Dikelilingi oleh peziarah,
daun palma dan pohon zaitun, Paus Fransiskus merayakan Misa Hari Minggu Palma-nya yang pertama. Berikut
ini adalah terjemahan lengkap Homili Paus Fransiskus pada Minggu Hari Minggu
Palma, 24 Maret 2013. Bacaan Ekaristi : Yes 50:4-7; Flp 2:6-11; Luk 22:14-23:56).
Yesus memasuki Yerusalem. Sejumlah besar murid menyertai Dia dalam suasana meriah, pakaian
mereka dihamparkan di hadapan-Nya, ada yang berbicara tentang mukjizat-mukjizat
yang telah dilakukan-Nya, dan
pujian lantang terdengar: "Diberkatilah Dia yang datang
sebagai Raja dalam nama Tuhan, damai sejahtera di sorga dan kemuliaan di tempat
yang mahatinggi!" (Luk 19:38).
Orang banyak, merayakan, pujian,
berkat, damai sejahtera: sukacita berkumandang. Yesus telah membangkitkan harapan besar, terutama dalam hati orang-orang sederhana, rendah hati, miskin, terlupakan, mereka yang tidak berarti di mata dunia. Ia memahami penderitaan
manusia, Ia telah menunjukkan wajah
rahmat Allah, Ia membungkuk
untuk menyembuhkan tubuh dan jiwa.
Sekarang Ia memasuki
Kota Suci! Inilah Yesus. Inilah hati yang memandang pada
kita semua, memperhatikan kesakitan kita, dosa-dosa kita. Kasih Yesus
agung. Ia memasuki Yerusalem dengan kasih ini dan memperhatikan kita semua. Ini pemandangan yang indah, terang kasih Yesus, yang menerangi hati, sukacita,
perayaan-Nya.
Pada awal Misa, kita mengulangi semua ini. Kita melambaikan daun palma kita, dahan pohon
zaitun kita, kita bernyanyi "Diberkatilah Raja yang datang dalam nama
Tuhan" (Antifon), kita juga menyambut
Yesus, kita juga mengungkapkan
sukacita
kita pada penyertaan-Nya, pada kesadaran-Nya
untuk menjadi dekat, yang hadir dalam
diri kita dan di antara kita
sebagai seorang sahabat, saudara, dan
juga sebagai Raja: yaitu, sebuah mercu
suar yang
bercahaya bagi kehidupan kita. Yesus adalah Allah, tetapi Ia merendahkan
diri-Nya untuk berjalan bersama kita. Ia adalah sahabat kita, saudara
kita. Di sini, Ia menerangi
kita di perjalanan.
Dan oleh karena itu hari ini kita menyambut-Nya. Dan kata pertama
yang terlintas dalam pikiran adalah
"sukacita!". Jangan menjadi
laki-laki dan perempuan kesedihan: seorang Kristiani tidak pernah bisa sedih! Jangan pernah memberikan jalan bagi keputusasaan! Kepunyaan kita bukanlah sukacita yang berasal dari memiliki banyak harta, tapi yang
berasal dari telah
menemukan satu Pribadi : Yesus, dari kesadaran bahwa bersama-Nya kita
tidak pernah sendirian, bahkan pada
saat-saat yang sulit, bahkan ketika perjalanan hidup kita berhadapan
dengan masalah dan hambatan yang
tampaknya tidak
dapat diatasi, dan ada begitu banyak lagi! Saat inilah musuh datang, iblis datang,
sering kali menyamar sebagai malaikat yang secara diam-diam memberitahu kita sabda-Nya. Jangan
dengarkan dia! Kita
mengikuti Yesus!
Kita menyertai, kita mengikuti Yesus, tetapi di atas segalanya kita menyadari bahwa Ia menyertai kita dan membawa kita di pundak-Nya. Ini adalah sukacita kita, ini adalah harapan yang harus kita bawa bagi dunia kepunyaan kita ini. Mari kita membawa sukacita iman untuk semua orang! Jangan sampai kita dirampas terhadap harapan! Harapan yang Yesus berikan bagi kita!
Kata kedua:
mengapa Yesus memasuki Yerusalem? Atau lebih tepat: bagaimana Yesus memasuki Yerusalem? Orang banyak mengelu-elukan diri-Nya sebagai Raja. Dan
Ia tidak menyangkal hal itu, Ia tidak menyuruh mereka diam (bdk. Luk 19:39-40). Tetapi raja seperti
apakah Yesus? Mari
kita mengambil
pandangan pada-Nya : Ia menunggang seekor keledai, Ia tidak disertai oleh kalangan istana yang mengikuti-Nya, Ia tidak dikelilingi oleh balatentara sebagai simbol kekuasaan. Ia diterima oleh orang-orang yang rendah hati, rakyat
sederhana, yang merasakan bahwa ada yang lebih dari
sekedar Yesus, yang memiliki perasaan iman yang mengatakan, "Inilah Sang Juruselamat". Yesus
tidak memasuki Kota Suci untuk menerima penghargaan yang diperuntukkan bagi raja-raja di bumi, bagi penguasa: Ia masuk untuk
dicambuk, dihina dan dilecehkan, sebagaimana yang dinubuatkan Yesaya dalam Bacaan Pertama (bdk. Yes 50:6). Ia masuk untuk menerima mahkota duri, balok titian, jubah ungu: kerajaan-Nya menjadi obyek cemoohan. Ia masuk untuk mendaki Kalvari, membawa beban kayu-Nya. Dan ini membawa kita pada kata kedua: Salib. Yesus masuk ke
Yerusalem untuk mati di kayu salib. Dan
di
sinilah martabat rajawi-Nya bercahaya dalam cara yang saleh: tahta
kerajaan-Nya adalah kayu Salib! Saya
memikirkan apa yang
dikatakan Benediktus XVI kepada para kardinal: "Anda adalah para pangeran, tetapi
dari Raja yang
Disalibkan" yaitu tahta Kristus. Yesus
memperlakukannya
atas diri-Nya sendiri .. Mengapa? Mengapa Salib? Yesus
memperlakukan
atas diri-Nya sendiri kejahatan, kenajisan, dosa dunia, termasuk dosa milik kita, dan Ia membersihkannya, Ia membersihkannya dengan darah-Nya, dengan rahmat dan kasih Allah. Mari
kita memandang ke sekeliling: berapa banyak luka yang ditimpakan pada umat manusia oleh kejahatan! Perang,
kekerasan, konflik ekonomi yang menimpa orang-orang yang paling lemah, keserakahan akan uang, yang tidak satupun dapat mengantar bersama-Nya. Nenek saya akan mengatakan kepada kami anak-anak, tidak ada kain kafan memiliki kantong! Keserakahan
akan uang, kekuasaan, korupsi, perpecahan, kejahatan terhadap kehidupan manusia dan terhadap ciptaan! Dan
– masing-masing
dari kita menyadari dengan baik – dosa-dosa pribadi kita: kegagalan kita dalam kasih dan rasa hormat
terhadap Allah, terhadap sesama dan terhadap seluruh ciptaan. Yesus
di Salib merasakan beratnya seluruh kejahatan,
dan dengan kekuatan kasih Allah Ia menaklukkannya, Ia mengalahkan dengan kebangkitan-Nya. Ini
adalah kebaikan yang dibawa Kristus kepada kita semua dari Salib, takhta-Nya. Salib
Kristus yang
memeluk dengan kasih tidak menyebabkan kesedihan, tetapi sukacita! Sukacita
menjadi diselamatkan dan melakukan sedikit apa yang Ia lakukan pada hari
kematian-Nya itu.
Hari ini di Lapangan
ini, ada banyak anak muda: selama 28 tahun Hari Minggu Palma telah menjadi Hari
Orang Muda Sedunia! Ini adalah kata
ketiga kita: orang
muda! Orang-orang muda yang terkasih, saya memikirkanmu merayakan di sekitar Yesus,
melambaikan dahan zaitunmu. Saya memikirkanmu meneriakkan nama-Nya dan
mengungkapkan sukacitamu berada dengan-Nya! Kamu memiliki bagian penting dalam perayaan iman! Kamu mengantarkan kami sukacita iman dan kamu mengatakan kepada kami bahwa kita
harus menghidupi iman dengan
hati yang
muda, selalu, bahkan pada usia tujuh
puluh atau delapan puluh tahun! Hati yang muda!
Dengan Kristus, hati tidak pernah menjadi tua! Namun kita
semua, kalian semua tahu betul
bahwa Raja yang
kita ikuti dan yang mendampingi kita sangat istimewa: Ia adalah Raja yang mengasihi bahkan pada Salib dan
yang mengajarkan kita untuk
melayani dan mengasihi. Dan kamu tidak malu
akan Salib-Nya! Sebaliknya, kamu menerimanya, karena kamu telah memahami bahwa dalam pemberian diri kita maka kita memiliki sukacita
sejati dan bahwa Allah telah
menaklukkan kejahatan melalui kasih. Kamu membawa Salib peziarahan melintasi semua benua,
di sepanjang jalan raya dunia! Kamu membawanya dalam menanggapi panggilan Yesus: “Pergilah, jadikanlah semua
bangsa murid-Ku” (Mat
28:19), yang menjadi tema Hari Orang Muda Sedunia tahun ini. Kamu membawanya untuk memberitahu
semua orang bahwa pada salib
Yesus merobohkan tembok permusuhan yang memisahkan orang-orang dan bangsa-bangsa,
dan Ia membawa
rekonsiliasi dan perdamaian. Sahabat-sahabat
yang terkasih, saya juga
sedang berangkat pada sebuah
perjalanan bersamamu, mulai hari ini, dalam
jejak langkah Beato Yohanes Paulus
II dan Benediktus
XVI. Kita sudah dekat pada tahap berikutnya
dari peziarahan agung Salib Kristus ini. Saya menantikan dengan
sukacita bulan Juli mendatang di Rio de Janeiro!
Saya akan berjumpa kamu di kota besar di Brasil! Persiapkan dengan
baik - persiapkan secara rohani di
atas segalanya - dalam komunitasmu, sehingga pertemuan
kita di Rio
boleh
menjadi suatu tanda iman bagi seluruh
dunia. Kaum muda perlu
memberitahu dunia: "Adalah
baik untuk mengikuti Yesus, adalah baik untuk
pergi bersama Yesus, amanat Yesus adalah baik, adalah baik untuk
keluar dari diri kita sendiri,
dari tepi keberadaan dunia dan
membawa Yesus kepada
orang lain!".
Tiga kata: Sukacita, Salib dan Orang Muda. Mari kita memohon perantaraan Perawan Maria. Dia
mengajarkan kita sukacita akan perjumpaan Kristus, kasih yang kita harus pandang pada kaki Salib, kegairahan hati
yang muda yang
dengannya kita harus
mengikuti-Nya selama
Pekan Suci dan sepanjang
hidup kita. Amin.