Liturgical Calendar

MAKNA TINDAKAN SIMBOLIS DALAM PEMBERKATAN JENAZAH


Dalam upacara pemberkatan jenazah, baik di rumah duka ataupun di gereja, kita akan menyaksikan beberapa tindakan simbolis. Tindakan simbolis tersebut baru bermakna jika kita melihatnya dengan kacamata iman. Secara umum, tindakan simbolis yang kerap dilakukan adala : perecikan jenazah dengan air suci, pendupaan, penaburan bunga, penaburan tanah, dan pemberian tanda salib. Apa arti tindakan simbolis tersebut ? Marilah kita pahami satu per satu.

1. Perecikan Jenazah dengan Air Suci
Dengan tindakan ini mau dinyatakan bahwa orang mati itu adalah orang yang pernah menerima pembaptisan. Dengan pengakuan tersebut terkandung suatu harapan bahwa ia adalah anak Allah lewat pembaptisan sehingga ia akan mendapatkan warisan keselamatan yang telah diterimanya sejak pembaptisan. Warisan keselamatan itu kini telah digenapi. Selain itu, tindakan tersebut berarti kita memohon agar orang yang telah meninggal itu bersih, disucikan seperti ketika ia dibaptis sehingga ia layak dan pantas memasuki "kediaman abadi" di surga, hidup bersama "asal" dan "tujuan" hidupnya, yakni Allah sendiri. Jadi, tindakan perecikan ini adalah sebuah doa pengharapan dalam iman dan juga sebuah doa yang penuh cinta pada orang yang telah meninggal itu. Artinya semakin kita mencintai orang itu, maka kita semakin mengharapkan yang terbaik terjadi baginya. Yang terbaik tentunya hidup bersama dengan Allah secara sempurna dalam surga.

2. Pendupaan pada Jenazah
Asap pendupaan merujuk persembahan Habel yang "diterima" oleh Allah. Asap dupa tersebut harum dan membumbung ke atas. Tindakan ini mau menyatakan iman kita akan Persekutuan Para Kudus. Persekutuan Para Kudus dinyatakan pada saat kita mendoakan orang yang meninggal. Doa kita ini diharapkan membumbung tinggi ke hadapan Tuhan sehingga Tuhan mau menyelamatkannya karena harum bagi Tuhan. Dengan kata lain, tindakan pendupaan mau menyatakan harapan kita agar doa-doa kita itu sungguh diterima Tuhan.

3. Penaburan Bunga di atas Jenazah
Doa yang mendahului atau mengiringi tindakan simbolis ini biasa berbunyi seperti ini : "Semoga kuntum ilahi, yang telah ditanamkan dalam diri saudara kita ini, mekar bagaikan bunga yang semerbak harum mewangi". Artinya, sejak diciptakan ke dalam diri kita telah ditanamkan hidup ilahi. Hidup ilahi itu diharapkan bertumbuh, berkembang dan berbuah dalam perbuatan-perbuatan baik. Semua itulah yang akan semerbak harum mewangi di hadapan Allah. Inilah buah dari kebebasan manusia yang dapat memilih tindakan-tindakannya. Ia dapat berbuat jahat, dapat pula berbuat baik, kalau ia mau. Manusia yang menghargai martabatnya sebagai gambar dan rupa Allah akan berusaha memakai kebebasannya itu untuk hal-hal baik. Dan Allah menghargai perbuatan-perbuatan baik itu. Jadi, dengan tindakan simbolis ini, kita mendoakan agar semua amal bakti selama hidupnya diterima oleh Allah, bahkan sebagai bunga yang semerbak harum mewangi. Perbuatan-perbuatan baiknya adalah wujud nyata dari imannya yang besar dan dalam.

4. Penaburan Tanah di atas Jenazah
Terdapat dua hal pokok dalam diri manusia yang masih hidup, yakni badan dan jiwa. Kalau keduanya masih bersatu erat maka ia hidup! Tetapi manakala keduanya berpisah : jiwa meninggalkan badan, maka manusia mati. Badan yang dulunya hidup, kini mati dan oleh karena itu disebut jenazah. Jenazah akan kembali ke "asal"-nya : tanah (bdk Kej 2:7;3:19). Dalam Kitab Kejadian, diceritakan bagaimana manusia diciptakan oleh Allah. Ia dibentuk dari debu tanah, dan menjadi hidup ketika Allah menghembuskan napas hidup ke dalam hidungnya. Keyakinan ini dilukiskan dengan sangat baik oleh Ayub : "Jikalau Ia menarik kembali Roh-Nya, dan mengembalikan nafas-Nya pada-Nya, maka binasalah bersama-sama segala yang hidup, dan kembalilah manusia kepada debu" (Ayb 34:14-15). Jadi, "asal" tubuh atau badan manusia adalah debu. Doa yang mengiringi tindakan simbolis ini biasanya terdiri dari dua kalimat. Kalimat pertama berbunyi : "Manusia diciptakan dari tanah, dan ia akan kembali ke tanah". Dalam kalimat ini termuat keyakinan iman bahwa jenazah itu akan kembali ke "asal"-nya tanah, maka jiwa - napas hidup Allah - itu pun akan kembali pula ke "asal"-nya, yaitu Allah sendiri. Itulah harapan dan kerinduan setiap manusia (bdk Mzm 42:2). Sedangkan, kalimat kedua berbunyi : "Semoga Kristus yang mengalahkan kebinasaan dan maut, kelak memulihkan saudara kita ini dalam kebangkitan orang-orang mati". Dengan kalimat ini mau diungkapkan iman kepercayaan kita akan kebangkitan Kristus yang menjadi dasar harapan kita akan kebangkitan. Jadi, dengan keyakinan akan kebangkitan itulah orang yang meninggal didoakan agar ia boleh mengalami kebangkitan bersama Kristus yang telah dipercayainya.

5. Pemberian Tanda Salib Atas Jenazah
Tindakan ini biasanya diiringi dengan doa : "Saudara terkasih, semoga saudara memasuki hidup abadi dengan membawa tanda kemenangan Kristus, demi nama Bapa (+) dan Putera dan Roh Kudus", dan di-"amin"-kan oleh umat yang hadir. Tanda salib adalah tanda keselamatan. Dengan tanda itu, Allah telah menunjukkan kasih-Nya yang sangat besar kepada umat manusia dengan mengorbankan Putera-Nya sendiri. Itulah tanda keabadian bagi orang yang percaya kepada-Nya. Tanda itulah yang diberikan kepada orang itu ketika ia menerima pembaptisan, tanda bahwa ia dimeteraikan menjadi anak Allah sendiri. Jadi dengan memberikan tanda salib kepada orang yang meninggal, ingin dinyatakan dua hal penting untuk keselamatannya. Pertama, bahwa dengan tanda itu ditegaskan dalam iman bahwa orang yang meninggal itu adalah anak Allah sehingga ia pun boleh mengharapkan janji Allah terwujud dalam dirinya. Penegasan ini juga menjadi peringatan bagi umat yang hadir akan martabat manusia yang luhur, yang harus selalu dipelihara selama hidup manusia di dunia ini. Kedua, dapat dibayangkan bahwa orang yang meninggal akan "menghadap". Kepadanya akan ditanyakan "tanda pengenal". Dan tanda pengenal yang akan ditunjukkan adalah tanda salib, yang dalam doa disebutkan sebagai tanda kemenangan Kristus. Jadi dengan tanda itulah, diharapkan ia pun boleh menang seperti Kristus yang diimaninya. Itulah berkat untuknya, bahwa ia akan memasuki hidup abadi demi nama Allah Tritunggal. Dengan tanda ini, diingatkan bahwa kita semua hanya dapat berjalan sampai kepada keselamatan - tujuan hidup kita - dalam berkat Allah. Dengan tindakan simbolis ini mengungkapkan perayaan iman. Kita diingatkan kerapuhan kita manusia, dan akan tujuan hidup kita yang sesungguhnya, yang harus dipersiapkan sejak awal dalam hidup kita.

Jadi dengan tindakan-tindakan simbolis tersebut, kita semua - yang menghadiri upacara pemberkatan jenazah - mendoakan agar orang yang meninggal itu diselamatkan oleh Allah yang Maharahim dan Mahakasih. Semakin kita menyayangi orang itu, semakin kita mengharapkan dan mendoakan agar terjadi yang terbaik untuknya : hidup bahagia dalam Kerajaan Surga bersama Bapa yang mencintainya dengan kasih abadi.