Liturgical Calendar

WAWANCARA EKSKLUSIF PAUS FRANSISKUS DENGAN SURAT KABAR ITALIA “LA STAMPA” DAN “VATICAN INSIDER” : JANGAN TAKUT AKAN KELEMBUTAN

Dalam wawancara eksklusif ini (http://www.lastampa.it/2013/12/14/esteri/vatican-insider/en/never-be-afraid-of-tenderness-5BqUfVs9r7W1CJIMuHqNeI/pagina.html), Paus Fransiskus berbicara tentang Natal, kelaparan di dunia, penderitaan anak-anak, reformasi Kuria Roma, kardinal perempuan, Institut untuk Karya Keagamaan (IOR), dan kunjungan mendatang ke Tanah Suci.

"Bagi saya Natal adalah pengharapan dan kelembutan ...". Paus Fransiskus berbicara kepada "La Stampa" dan "Vatican Insider" tentang Natal pertamanya sebagai Uskup Roma. Kami berada di Casa Santa Marta, Vatikan; saat itu pukul 12:50 siang pada hari Selasa tanggal 10 Desember 2013. Paus menerima kami di sebuah ruangan sebelah ruang makan. Pertemuan berlangsung selama satu setengah jam. Dua kali selama rangkaian wawancara, wajah penuh damai yang mana seluruh dunia telah tumbuh terbiasa melihat wajah Paus Fransiskus memudar ketika beliau berbicara tentang penderitaan anak-anak yang tidak berdosa dan tragedi kelaparan di dunia.

Selama wawancara Paus juga berbicara tentang hubungan dengan denominasi Kristen lainnya dan tentang "ekumenisme darah" yang menyatukan mereka dalam penganiayaan, beliau menyentuh pada masalah keluarga yang akan dibahas pada Sinode berikutnya, menanggapi orang-orang di Amerika Serikat yang mengkritiknya dan menyebutnya "seorang Marxis" dan membahas hubungan antara Gereja dan politik.

Apa arti Natal bagi Anda?
"Natal adalah berjumpa Yesus. Allah selalu mencari umat-Nya, memimpin mereka, merawat mereka dan berjanji untuk selalu dekat dengan mereka. Kitab Ulangan mengatakan bahwa Allah berjalan bersama kita, Ia membawa kita dengan tangan seperti dilakukan seorang ayah dengan anaknya. Ini adalah hal yang indah. Natal adalah pertemuan Allah dengan umat-Nya. Natal juga merupakan sebuah penghiburan, sebuah misteri penghiburan. Banyak kali setelah misa tengah malam saya telah menghabiskan satu jam atau lebih sendirian di kapel sebelum merayakan misa fajar. Saya mengalami sebuah perasaan penghiburan dan kedamaian yang mendalam. Saya ingat suatu malam doa setelah misa di kediaman untuk pengungsi Astalli di Roma, saya pikir Natal 1974. Bagi saya Natal selalu tentang ini; merenungkan lawatan Allah kepada umat-Nya".

Apa yang dikatakan Natal kepada umat saat ini?
"Natal berbicara tentang kelembutan dan pengharapan. Ketika Allah bertemu kita Ia memberitahu kita dua hal. Hal pertama yang Ia katakan adalah : miliki pengharapan. Allah selalu membuka pintu-pintu, Ia tidak pernah menutup mereka. Ia adalah Bapa yang membuka pintu-pintu bagi kita. Hal kedua yang Ia katakan adalah : jangan takut akan kelembutan. Ketika orang-orang Kristiani melupakan pengharapan dan kelembutan mereka menjadi sebuah Gereja yang dingin, yang kehilangan kesadaran tujuannya, dan tertahan oleh ideologi dan sikap duniawi, sedangkan kesederhanaan Allah memberitahu Anda : majulah, Aku seorang Bapa yang membelai Engkau. Saya menjadi takut ketika orang-orang Kristiani kehilangan pengharapan dan kemampuan untuk merangkul dan memperpanjang sebuah belaian penuh kasih kepada orang lain. Mungkin ini sebabnya, memandang ke arah masa depan, saya sering berbicara tentang anak-anak dan orang tua, tentang yang paling tak berdaya itu. Sepanjang hidup saya sebagai seorang imam, pergi ke paroki, saya selalu berusaha menyalurkan kelembutan ini, terutama untuk anak-anak dan orang tua. Itu baik bagi saya dan itu membuat saya berpikir tentang kelembutan Allah terhadap kita"

Bagaimana mungkin percaya bahwa Allah, yang dipandang oleh agama-agama tak terbatas dan mahakuasa, bisa menjadikan diri-Nya begitu kecil?
"Para Bapa Yunani menyebutnya syncatabasis, perendahan ilahi yaitu : Allah turun menjadi bersama kita. Ini adalah salah satu misteri Allah. Kembali pada tahun 2000, di Betlehem, Paus Yohanes Paulus II mengatakan Allah menjadi seorang anak yang sepenuhnya tergantung pada perawatan seorang ayah dan ibu. Inilah sebabnya mengapa atal memberi kita begitu banyak sukacita. Kita tidak merasa sendirian lagi : Allah telah turun menjadi bersama kita. Yesus menjadi salah seorang dari kita dan menderita kematian terburuk demi kita, yaitu seorang penjahat di kayu Salib."

Natal sering disajikan sebagai sebuah dongeng berlapis gula. Tetapi Allah lahir ke dalam sebuah dunia di mana ada juga banyak penderitaan dan kesengsaraan.
"Pesan yang diwartakan kepada kita dalam Injil adalah sebuah pesan sukacita. Para penginjil menggambarkan sebuah peristiwa penuh sukacita kepada kita. Mereka tidak membahas tentang dunia yang tidak adil dan bagaimana Allah bisa lahir ke dalam dunia seperti itu. Semua ini adalah buah permenungan kita sendiri : orang miskin, anak yang dilahirkan ke  dalam sebuah situasi genting. Natal (pertama) bukanlah sebuah kutukan terhadap ketidakadilan sosial dan kemiskinan;  itu adalah sebuah pemakluman sukacita. Segala sesuatu yang lain adalah kesimpulan-kesimpulan yang kita tarik. Beberapa benar, lainnya kurang begitu benar dan lain-lain masih berideologi. Natal adalah sukacita, sukacita rohani, sukacita Allah, sebuah sukacita terang dan kedamaian batin. Ketika Anda tidak mampu atau dalam sebuah situasi manusiawi yang tidak memungkinkan Anda untuk memahami sukacita ini, maka orang mengalami pesta ini dengan sebuah kepenuhsukacitaan duniawi. Tetapi ada sebuah perbedaan antara sukacita batin dan kepenuhsukacitaan duniawi."

Ini adalah Natal pertama Anda dalam sebuah dunia yang ditandai dengan konflik dan peperangan ...
"Allah tidak pernah memberikan seseorang sebuah hadiah yang mereka tidak mampu terima. Jika Ia memberi kita hadiah Natal, itu karena kita semua memiliki kemampuan untuk memahami dan menerimanya. Kita semua dari para kudus yang paling suci hingga para pendosa yang terbesar; dari yang paling murni hingga yang paling korup di antara kita. Bahkan seorang koruptor memiliki kemampuan ini : dia miskin, itu mungkin sedikit usang tetapi ia memilikinya. Natal dalam saat konflik ini adalah sebuah panggilan dari Allah yang memberi kita hadiah ini. Apakah kita mau menerima-Nya atau kita lebih suka hadiah lainnya? Dalam sebuah dunia yang menderita akibat perang, Natal ini membuat saya berpikir tentang kesabaran Allah. Kitab Suci dengan jelas menunjukkan bahwa kebajikan utama Allah yaitu Ia adalah kasih. Ia menunggu kita; Ia tidak pernah lelah menunggu kita. Ia memberi kita hadiah dan kemudian menunggu kita. Ini terjadi dalam kehidupan masing-masing dan setiap orang dari kita. Ada orang-orang yang mengabaikan-Nya. Tetapi Allah sabar serta kedamaian dan ketenangan malam Natal adalah sebuah permenungan kesabaran Allah terhadap kita.

Januari mendatang ini menandai peringatan 50 tahun kunjungan bersejarah Paus Paulus VI ke Tanah Suci. Akankah Anda pergi?
"Natal selalu membuat kita berpikir tentang Betlehem, dan Betlehem adalah sebuah tempat yang tepat di Tanah Suci di mana Yesus hidup. Pada malam Natal, saya berpikir terutama bersama semua orang Kristiani yang tinggal di sana, tentang orang-orang yang berada dalam kesulitan, tentang sekian banyak orang yang harus meninggalkan negeri itu oleh karena berbagai masalah. Tetapi Betlehem masih Betlehem. Allah tiba pada waktu tertentu di tanah tertentu; yaitu di mana kelembutan dan kasih karunia Allah muncul. Kita tidak bisa memikirkan Natal tanpa memikirkan Tanah Suci. Lima puluh tahun lalu, Paus Paul VI memiliki keberanian untuk berangkat dan pergi ke sana dan ini menandai awal dari era perjalanan kepausan. Saya juga ingin pergi ke sana, untuk bertemu saudara saya Bartholomew, Patriark Konstantinopel, dan memperingati ulang tahun ke-50 ini bersama beliau, memperbaharui rangkulan itu yang terjadi antara Paus Montini dan Athenagoras di Yerusalem, pada tahun 1964. Kami sedang mempersiapkan hal ini."

Anda telah bertemu dengan anak-anak berpenyakit parah pada lebih dari satu kesempatan. Apa yang Anda katakan tentang penderitaan orang yang tidak bersalah ini?
"Seorang laki-laki yang telah menjadi seorang penasehat hidup bagi saya hidup adalah Dostoevskij dan pertanyaan eksplisit dan implisitnya "Mengapa anak-anak menderita?" selalu tertuju dalam hati saya. Tidak ada penjelasan. Gambaran ini datang ke pikiran : pada suatu titik tertentu hidupnya, seorang anak "bangun", tidak mengerti banyak dan merasa terancam, ia mulai mengajukan pertanyaan kepada ibu atau ayah mereka. Ini adalah usia "mengapa". Tetapi ketika anak mengajukan sebuah pertanyaan, ia tidak menunggu untuk mendengar jawaban tuntas, mereka segera mulai membombardir Anda dengan lebih banyak "mengapa". Apa yang mereka benar-benar cari, lebih dari sebuah penjelasan, adalah sebuah pandangan menemtramkan di wajah orang tua mereka. Ketika saya menemukan seorang anak yang menderita, satu-satunya doa yang datang ke pikiran adalah doa "mengapa". Mengapa Tuhan? Ia tidak menjelaskan apa-apa kepada saya. Tetapi saya bisa merasakan Dia menatap saya. Jadi saya bisa mengatakan : Engkau tahu mengapa, saya tidak tahu dan Engkau tidak akan memberitahu saya, tetapi Engkau sedang memandang saya dan saya percaya Engkau, Tuhan, saya percaya pandangan-Mu".

Berbicara tentang penderitaan anak-anak, kita tidak bisa melupakan tragedi mereka yang menderita kelaparan
"Dengan semua makanan yang tersisa dan terbuang kita bisa memberi makan begitu banyak orang. Jika kita mampu untuk berhenti membuang dan mulai mendaur ulang makanan, kelaparan dunia akan sangat berkurang. Saya terkesan dengan salah satu statistik, yang mengatakan sepuluh ribu anak meninggal karena kelaparan setiap hari di seluruh dunia. Ada begitu banyak anak-anak yang menangis karena mereka lapar. Pada Audiensi Umum hari Rabu ada seorang ibu muda di belakang salah satu penjaga dengan seorang bayi yang berusia beberapa bulan. Anak itu sedang menangis kencang ketika saya lewat. Sang ibu membelainya. Saya berkata kepadanya : Nyonya, saya memikirkan kelaparan anak itu. "Ya, mungkin..." ia menjawab. "Tolong beri dia sesuatu untuk dimakan!", kata saya. Ia malu dan tidak mau menyusui di depan umum, ketika Paus sedang lewat. Saya ingin mengatakan hal yang sama kepada umat manusia : beri orang-orang sesuatu untuk dimakan! Perempuan itu memiliki susu untuk diberikan kepada anaknya; kita memiliki cukup makanan di dunia untuk memberi makan semua orang. Jika kita berkarya dengan organisasi-organisasi kemanusiaan dan bisa menyetujui semuanya bersama-sama untuk tidak membuang-buang makanan, malahan mengirimnya untuk mereka yang membutuhkannya, kita bisa melakukan begitu banyak untuk membantu memecahkan masalah kelaparan di dunia. Saya ingin mengulangi kepada umat manusia apa yang saya katakan kepada ibu itu : berikan makanan kepada mereka yang lapar! Semoga pengharapan dan kelembutan Natal Tuhan menghilangkan ketidakpedulian kita."

Beberapa bagian dalam Anjuran Apostolik "Evangelii Gaudium" menarik kritik penganut paham ultra-konservatif di Amerika Serikat. Sebagai seorang Paus, seperti apa rasanya disebut seorang "Marxis"?

"Ideologi Marxis salah. Tetapi saya telah bertemu banyak penganut Marxis dalam hidup saya yang adalah orang-orang yang baik, jadi saya tidak merasa tersinggung."

Bagian yang paling mencolok dari Anjuran Apostolik "Evangelii Gaudium" adalah di mana anjuran itu berkenaan tentang sebuah ekonomi yang "membunuh" ...
"Tidak ada dalam Anjuran tersebut yang tidak dapat ditemukan dalam Ajaran Sosial Gereja. Saya tidak sedang berbicara dari sebuah sudut pandang teknis, apa yang sedang saya coba lakukan adalah memberikan sebuah gambaran tentang apa yang sedang terjadi. Satu-satunya kutipan spesifik yang saya gunakan adalah sesuatu mengenai "teori menetes ke bawah" yang menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi, yang didorong oleh sebuah pasar bebas, pasti akan berhasil dalam mewujudkan keadilan yang lebih besar dan inklusivitas sosial di dunia. Janji bahwa ketika gelas penuh, itu akan meluap, menguntungkan orang miskin. Tetapi apa yang terjadi sebaliknya, bahwa ketika gelas penuh, secara ajaib tidak ada hal lebih besar yang pernah keluar bagi orang miskin. Ini adalah satu-satunya acuan bagi sebuah teori spesifik. Saya tidak, saya ulangi, sedang berbicara dari sebuah sudut pandang teknis tetapi menurut ajaran sosial Gereja. Ini tidak berarti menjadi seorang Marxis."

Anda mengumumkan "pertobatan kepausan". Apakah sebuah jalan spesifik tersebut muncul dari pertemuan-pertemuan Anda dengan para patriark Gereja Ortodoks?
"Paus Yohanes Paulus II berbicara bahkan secara lebih eksplisit tentang sebuah cara menjalankan primat yang terbuka untuk sebuah situasi baru. Tidak hanya dari sudut pandang hubungan ekumenis, tetapi juga dalam hal hubungan dengan Kuria dan Gereja-gereja lokal. Selama rangkaian sembilan bulan pertama ini, saya telah menerima kunjungan dari banyak saudara Gereja Ortodoks: Bartholomew, Hilarion, teolog Zizioulas, Koptik Tawadros. Yang terakhir adalah seorang mistik, beliau akan memasuki kapel, mencopot sepatunya serta pergi dan berdoa. Saya merasa seperti saudara mereka. Mereka memiliki suksesi apostolik; saya menerima mereka sebagai para uskup saudara. Hal menyakitkan bahwa kita belum bisa merayakan Ekaristi bersama-sama, tetapi ada persahabatan. Saya percaya bahwa jalan ke depan adalah ini: persahabatan, karya umum dan doa untuk kesatuan. Kita saling memberkati; satu saudara memberkati yang lain, satu saudara disebut Petrus dan yang lainnya Andreas, Markus, Thomas ...".

Apakah kesatuan Kristiani sebuah prioritas bagi Anda?
"Ya, bagi saya ekumenisme adalah sebuah prioritas. Saat ini ada sebuah ekumenisme darah. Di beberapa negara mereka membunuh orang-orang Kristiani karena memakai salib atau memiliki Kitab Suci dan sebelum mereka membunuh mereka, mereka tidak menanyakan mereka apakah mereka Anglikan, Lutheran, Katolik atau Ortodoks. Darah mereka bercampur. Bagi mereka yang membunuh kita adalah orang-orang Kristiani. Kita bersatu dalam darah, meskipun kita belum berhasil mengambil langkah yang diperlukan menuju kesatuan antara kita dan mungkin waktunya belum tiba. Persatuan adalah sebuah hadiah yang kita perlu mohonkan. Saya mengenal seorang imam paroki di Hamburg yang sedang berurusan dengan penyebab beatifikasi seorang imam Katolik yang dibunuh dengan pisau guillotin oleh Nazi karena mengajar anak-anak katekese. Setelah dia, dalam daftar orang-orang yang dihukum, adalah seorang imam Lutheran yang dibunuh karena alasan yang sama. Darah mereka bercampur. Pastor paroki mengatakan kepada saya bahwa ia telah pergi ke uskup dan berkata kepadanya : "Saya akan terus berhubungan dengan penyebab beatifikasi, namun penyebab beatifikasi kedunya, bukan hanya imam Katolik". Ini adalah apa yang disebut ekumenisme darah. Itu masih ada saat ini; Anda hanya perlu membaca koran. Mereka yang membunuh orang-orang Kristiani tidak menanyakan kartu identitas Anda untuk melihat dalam Gereja mana Anda dibaptis. Kita perlu mengambil fakta-fakta ini menjadi pertimbangan."

Dalam Anjuran Apostolik Anda menyerukan pilihan-pilihan pastoral yang hati-hati dan tegas berkenaan sakramen-sakramen. Apa yang sedang Anda maksudkan?
"Ketika saya berbicara tentang kehati-hatian saya tidak memikirkannya dalam istilah sebuah sikap yang melumpuhkan tetapi sebagai keutamaan seorang pemimpin. Kehati-hatian adalah sebuah keutamaan pemerintahan. Begitu juga ketegasan. Orang harus memerintah dengan ketegasan dan kehati-hatian. Saya berbicara tentang baptisan dan komuni sebagai makanan rohani yang membantu seseorang untuk berjalan terus; itu harus dianggap sebagai sebuah cara memperbaiki kesalahan bukan sebuah hadiah. Beberapa orang langsung berpikir tentang sakramen-sakramen bagi orang bercerai yang menikah lagi, tetapi saya tidak mengacu pada kasus-kasus tertentu manapun; saya hanya ingin menunjukkan sebuah prinsip. Kita harus berusaha untuk memfasilitasi iman orang-orang, bukan mengendalikannya. Tahun lalu di Argentina saya mengutuk sikap sejumlah imam yang tidak membaptis anak-anak dari ibu-ibu yang tidak menikah. Ini adalah sebuah mentalitas yang sakit."

Dan
bagaimana dengan orang bercerai yang menikah lagi?
"Pengucilan orang-orang yang bercerai yang melakukan pernikahan kedua dari persekutuan bukanlah sebuah sanksi. Penting untuk mengingat hal ini. Tetapi saya tidak berbicara tentang hal ini dalam Anjuran Apostolik tersebut."

Persoalan apakah yang dibahas pada Sinode Para Uskup berikutnya?
"Sinodelitas Gereja adalah penting : kita akan membahas pernikahan secara keseluruhan pada pertemuan Konsistori pada bulan Februari. Persoalan-persoalan ini juga akan dibahas pada Sinode Luar Biasa pada bulan Oktober 2014 dan kembali pada Sinode Biasa tahun berikutnya. Banyak elemen akan diperiksa secara lebih rinci dan diperjelas selama sesi ini. "

Bagaimana karya delapan "penasihat" Anda pada lanjutan reformasi Kuria?
"Ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Mereka yang ingin membuat proposal atau mengirim ide-ide telah melakukannya. Kardinal Bertello telah mengumpulkan pandangan dari semua dicasteri Vatikan. Kami menerima saran dari para uskup di seluruh dunia. Pada pertemuan terakhir, delapan kardinal mengatakan kepada saya sudah tiba saatnya untuk proposal nyata dan pada pertemuan berikutnya di bulan Februari mereka akan mengajukan usulan mereka kepada saya. Saya selalu hadir pada pertemuan, kecuali untuk hari Rabu pagi ketika saya melakukan Audiensi Umum. Tetapi saya tidak berbicara, saya hanya mendengarkan dan ada baiknya bagi saya. Beberapa bulan lalu, seorang kardinal tua berkata kepada saya : "Anda sudah mulai reformasi Kuria dengan misa harian Anda di Rumah Santa Marta". Ini membuat saya berpikir : Reformasi selalu dimulai dengan prakarsa rohani dan pastoral sebelum perubahan struktural"


Apa hubungan yang tepat antara Gereja dan politik?
"Hubungan harus sejajar dan bertemu di suatu tempat pada saat yang sama. Sejajar karena kita masing-masing memiliki jalurnya sendiri untuk ditempuh dan tugas-tugasnya berbeda-beda. Bertemu di suatu tempat hanya dalam membantu orang lain. Ketika hubungan bertemu pertama kali, tanpa orang-orang, atau tanpa membawa orang-orang ke dalam perhitungan, yaitu ketika ikatan dengan kekuasaan politik terbentuk, menuntun Gereja membusuk : bisnis, kompromi ... Hubungan perlu untuk dilanjutkan dengan cara sejajar, masing-masing dengan metode, tugas dan panggilannya, berkumpul di suatu tempat hanya dalam kebaikan bersama. Politik adalah mulia; merupakan salah satu bentuk tertinggi dari amal, sebagaimana biasa dikatakan oleh Paus Paulus VI. Kita menodainya ketika kita mencampurnya dengan bisnis. Hubungan antara Gereja dan kekuasaan politik juga dapat rusak jika kebaikan umum bukan satu-satunya titik tempat berkumpul."

Bolehkah saya menanyakan apakah Gereja akan memiliki kardinal perempuan di masa mendatang?
"Saya tidak tahu dari mana ide ini muncul. Perempuan dalam Gereja harus dihargai bukan "diklerikalisasi". Barangsiapa berpikir tentang perempuan sebagai kardinal menderita sedikit dari klerikalisme."

Bagaimana Institut untuk Karya Keagamaan (IOR) akan melakukan operasi pembersihan?
"Komisi-komisi untuk acuan sedang membuat kemajuan yang baik. Moneyval telah memberi kita sebuah laporan positif dan kita berada di jalur yang benar. Mengenai masa depan IOR, kita akan lihat. "Bank sentral" Vatikan misalnya dimaksudkan menjadi APSA (Administrasi untuk Warisan Tahta Suci). IOR didirikan untuk membantu dengan karya-karya keagamaan, perutusan dan Gereja-gereja miskin. Kemudian menjadi apa yang ada sekarang."

Bisakah Anda membayangkan setahun yang lalu bahwa Anda akan merayakan Natal 2013 di Lapangan Santo Petrus?
"Tentu saja tidak".

Apakah Anda mengharapkan untuk dipilih?
"Tidak, saya tidak mengharapkannya. Saya tidak pernah kehilangan ketenangan saya ketika jumlah suara meningkat. Saya tetap tenang. Dan kedamaian masih ada, saya menganggapnya sebuah hadiah dari Tuhan. Ketika pemeriksaan akhir selesai, saya dibawa ke pusat Kapel Sistina dan ditanya apakah saya menerima. Saya bilang saya menerima dan bahwa saya telah memilih nama Fransiskus. Saat itulah saya berjalan pergi. Saya dibawa ke kamar sebelah untuk berganti (jubah saya). Kemudian, tepat sebelum saya membuat penampilan publik saya, saya berlutut untuk berdoa selama beberapa menit di Kapel Paulina bersama dengan Kardinal Vallini dan Kardinal Hummes."