"Bagi saya Natal adalah pengharapan dan kelembutan ...". Paus Fransiskus berbicara kepada "La Stampa" dan "Vatican Insider" tentang Natal pertamanya sebagai Uskup Roma. Kami berada di Casa Santa Marta, Vatikan; saat itu pukul 12:50 siang pada hari Selasa tanggal 10 Desember 2013. Paus menerima kami di sebuah ruangan sebelah ruang makan. Pertemuan berlangsung selama satu setengah jam. Dua kali selama rangkaian wawancara, wajah penuh damai yang mana seluruh dunia telah tumbuh terbiasa melihat wajah Paus Fransiskus memudar ketika beliau berbicara tentang penderitaan anak-anak yang tidak berdosa dan tragedi kelaparan di dunia.
Selama
wawancara Paus juga berbicara tentang hubungan dengan denominasi Kristen lainnya dan tentang "ekumenisme darah" yang menyatukan mereka dalam penganiayaan, beliau menyentuh pada masalah keluarga yang akan dibahas pada Sinode berikutnya, menanggapi orang-orang di Amerika Serikat yang mengkritiknya dan menyebutnya "seorang
Marxis" dan membahas hubungan antara Gereja dan politik.
Apa arti Natal bagi Anda?
"Natal adalah berjumpa Yesus. Allah selalu mencari umat-Nya, memimpin mereka, merawat mereka dan berjanji untuk selalu dekat dengan mereka. Kitab Ulangan mengatakan bahwa Allah berjalan bersama kita, Ia membawa kita dengan tangan seperti dilakukan seorang
ayah dengan anaknya. Ini adalah hal yang indah. Natal adalah pertemuan Allah dengan umat-Nya. Natal
juga merupakan sebuah penghiburan, sebuah
misteri penghiburan. Banyak kali setelah misa tengah malam saya telah menghabiskan satu jam atau lebih sendirian di kapel sebelum merayakan misa fajar. Saya mengalami sebuah perasaan penghiburan dan kedamaian yang mendalam. Saya ingat suatu malam doa setelah misa di
kediaman untuk pengungsi Astalli di Roma, saya
pikir Natal 1974. Bagi saya Natal selalu tentang ini; merenungkan lawatan Allah kepada umat-Nya".
Apa yang dikatakan Natal kepada umat saat ini?
"Natal berbicara tentang kelembutan
dan pengharapan. Ketika Allah
bertemu kita Ia
memberitahu kita dua
hal. Hal
pertama yang Ia katakan adalah : miliki pengharapan. Allah selalu membuka pintu-pintu, Ia tidak pernah menutup mereka. Ia adalah Bapa yang membuka pintu-pintu bagi kita. Hal kedua yang Ia katakan adalah : jangan takut akan
kelembutan. Ketika orang-orang Kristiani melupakan pengharapan
dan kelembutan mereka menjadi sebuah
Gereja yang dingin, yang kehilangan kesadaran
tujuannya, dan tertahan oleh ideologi dan sikap duniawi, sedangkan kesederhanaan Allah memberitahu Anda : majulah, Aku seorang Bapa yang membelai Engkau. Saya menjadi takut ketika orang-orang Kristiani kehilangan pengharapan dan kemampuan untuk merangkul dan memperpanjang sebuah
belaian penuh kasih kepada orang lain. Mungkin ini sebabnya, memandang ke arah masa depan, saya sering berbicara tentang anak-anak dan orang tua, tentang yang paling tak berdaya itu. Sepanjang hidup saya sebagai seorang imam, pergi ke paroki, saya selalu berusaha menyalurkan kelembutan ini, terutama untuk anak-anak dan orang tua. Itu baik bagi saya dan itu membuat saya berpikir tentang kelembutan Allah terhadap kita"
Bagaimana mungkin percaya bahwa Allah, yang dipandang oleh agama-agama tak terbatas dan mahakuasa, bisa menjadikan diri-Nya begitu kecil?
"Para Bapa Yunani menyebutnya syncatabasis, perendahan ilahi yaitu : Allah turun menjadi bersama kita. Ini adalah salah satu misteri Allah. Kembali pada tahun 2000, di Betlehem, Paus
Yohanes Paulus II mengatakan Allah menjadi seorang anak yang sepenuhnya tergantung pada perawatan seorang ayah dan ibu. Inilah sebabnya mengapa
atal memberi
kita begitu
banyak sukacita. Kita tidak merasa sendirian lagi : Allah telah turun menjadi
bersama kita. Yesus menjadi salah seorang dari kita dan menderita kematian terburuk demi kita, yaitu
seorang penjahat di kayu
Salib."
Natal sering disajikan sebagai sebuah dongeng berlapis gula. Tetapi Allah lahir ke dalam sebuah dunia di mana ada juga banyak penderitaan dan kesengsaraan.
"Pesan yang
diwartakan kepada kita dalam Injil adalah sebuah pesan sukacita. Para penginjil menggambarkan sebuah peristiwa penuh sukacita kepada kita. Mereka tidak membahas tentang dunia yang tidak adil dan bagaimana Allah bisa lahir ke dalam dunia seperti itu. Semua ini adalah buah permenungan kita sendiri : orang miskin, anak yang dilahirkan ke dalam sebuah situasi
genting. Natal (pertama) bukanlah sebuah
kutukan terhadap ketidakadilan sosial dan kemiskinan; itu adalah sebuah
pemakluman sukacita. Segala sesuatu yang lain adalah kesimpulan-kesimpulan yang kita tarik. Beberapa benar, lainnya kurang
begitu benar dan lain-lain masih berideologi. Natal adalah sukacita, sukacita rohani, sukacita Allah, sebuah
sukacita terang dan kedamaian batin. Ketika Anda tidak mampu atau dalam sebuah situasi manusiawi yang tidak memungkinkan Anda untuk memahami sukacita ini, maka orang mengalami pesta ini dengan sebuah
kepenuhsukacitaan duniawi. Tetapi ada sebuah perbedaan
antara sukacita batin dan kepenuhsukacitaan duniawi."
Ini adalah Natal pertama Anda dalam sebuah dunia yang ditandai dengan konflik dan peperangan ...
"Allah tidak pernah memberikan seseorang sebuah
hadiah yang mereka
tidak mampu terima. Jika Ia memberi kita hadiah Natal, itu karena kita semua memiliki kemampuan untuk memahami dan menerimanya. Kita
semua dari para kudus yang paling suci hingga para pendosa yang terbesar; dari yang paling murni hingga
yang paling korup di antara kita. Bahkan seorang koruptor memiliki kemampuan ini : dia miskin, itu mungkin sedikit usang tetapi ia memilikinya. Natal dalam saat
konflik ini adalah sebuah panggilan dari Allah yang memberi kita hadiah ini. Apakah kita mau menerima-Nya atau kita lebih suka hadiah lainnya? Dalam sebuah dunia yang menderita akibat perang, Natal ini membuat saya berpikir
tentang kesabaran Allah. Kitab
Suci dengan jelas menunjukkan bahwa kebajikan utama Allah yaitu Ia adalah
kasih. Ia menunggu kita; Ia tidak pernah lelah
menunggu kita. Ia memberi kita hadiah dan kemudian menunggu kita. Ini terjadi dalam kehidupan masing-masing dan setiap orang dari kita. Ada orang-orang yang mengabaikan-Nya. Tetapi Allah sabar serta kedamaian dan ketenangan malam Natal adalah sebuah permenungan kesabaran Allah terhadap kita.
Januari mendatang ini menandai peringatan 50 tahun kunjungan bersejarah Paus Paulus VI ke Tanah Suci. Akankah Anda pergi?
"Natal selalu membuat kita berpikir tentang Betlehem, dan Betlehem adalah sebuah tempat yang tepat di Tanah Suci di mana Yesus hidup. Pada malam Natal, saya berpikir terutama bersama semua orang Kristiani yang tinggal di sana, tentang
orang-orang yang berada dalam kesulitan, tentang sekian
banyak orang yang harus meninggalkan negeri itu oleh
karena berbagai masalah. Tetapi Betlehem masih Betlehem. Allah tiba pada waktu tertentu di tanah tertentu; yaitu di mana kelembutan dan kasih karunia Allah muncul. Kita tidak bisa memikirkan Natal tanpa memikirkan Tanah Suci. Lima puluh tahun lalu, Paus
Paul VI memiliki keberanian untuk berangkat dan pergi ke sana dan ini menandai awal dari era perjalanan kepausan. Saya juga ingin pergi ke sana, untuk bertemu saudara saya Bartholomew, Patriark Konstantinopel, dan memperingati ulang tahun ke-50 ini bersama beliau, memperbaharui rangkulan
itu yang terjadi antara Paus Montini dan Athenagoras di Yerusalem, pada tahun 1964. Kami sedang
mempersiapkan hal ini."
Anda telah bertemu dengan anak-anak berpenyakit parah pada lebih dari satu kesempatan. Apa yang Anda katakan tentang penderitaan orang yang tidak bersalah ini?
"Seorang laki-laki yang telah
menjadi seorang penasehat hidup bagi saya hidup adalah Dostoevskij dan
pertanyaan eksplisit dan implisitnya "Mengapa anak-anak menderita?"
selalu tertuju dalam hati saya. Tidak ada penjelasan. Gambaran ini datang ke
pikiran : pada suatu titik tertentu hidupnya, seorang anak "bangun",
tidak mengerti banyak dan merasa terancam, ia mulai mengajukan pertanyaan
kepada ibu atau ayah mereka. Ini adalah usia "mengapa". Tetapi ketika anak mengajukan sebuah pertanyaan, ia tidak menunggu untuk mendengar jawaban tuntas, mereka segera mulai membombardir Anda dengan lebih banyak
"mengapa".
Apa yang mereka benar-benar cari, lebih dari sebuah penjelasan, adalah sebuah
pandangan menemtramkan di wajah orang tua mereka. Ketika saya menemukan seorang anak yang menderita, satu-satunya doa yang datang ke pikiran adalah doa "mengapa". Mengapa Tuhan? Ia tidak menjelaskan apa-apa kepada saya. Tetapi saya bisa merasakan Dia menatap saya. Jadi saya bisa mengatakan : Engkau tahu mengapa, saya tidak tahu
dan Engkau tidak akan memberitahu saya, tetapi Engkau sedang memandang saya dan saya percaya Engkau, Tuhan, saya percaya pandangan-Mu".
Berbicara tentang penderitaan anak-anak, kita tidak bisa melupakan tragedi mereka yang menderita kelaparan
"Dengan semua makanan yang tersisa dan terbuang
kita bisa memberi makan begitu banyak orang. Jika kita mampu
untuk berhenti membuang dan mulai mendaur ulang
makanan, kelaparan dunia akan sangat berkurang. Saya
terkesan dengan salah satu statistik, yang mengatakan sepuluh ribu anak
meninggal karena kelaparan setiap hari di seluruh dunia. Ada begitu banyak
anak-anak yang menangis karena mereka lapar. Pada Audiensi Umum hari Rabu ada seorang ibu muda di belakang salah satu penjaga dengan seorang bayi yang berusia beberapa bulan. Anak itu sedang menangis kencang ketika saya lewat. Sang ibu membelainya. Saya berkata
kepadanya : Nyonya, saya memikirkan kelaparan anak itu. "Ya, mungkin..." ia menjawab. "Tolong beri dia sesuatu untuk
dimakan!", kata
saya. Ia malu dan tidak
mau menyusui di depan umum, ketika Paus sedang lewat. Saya ingin mengatakan hal yang sama kepada umat
manusia : beri orang-orang sesuatu untuk dimakan! Perempuan itu
memiliki susu untuk diberikan kepada anaknya; kita memiliki
cukup makanan di dunia untuk memberi makan semua orang. Jika kita berkarya dengan organisasi-organisasi kemanusiaan dan bisa
menyetujui semuanya bersama-sama untuk tidak membuang-buang makanan, malahan mengirimnya untuk mereka yang membutuhkannya, kita bisa
melakukan begitu banyak untuk membantu memecahkan masalah kelaparan di dunia.
Saya ingin mengulangi kepada umat manusia apa yang saya katakan kepada ibu itu : berikan makanan kepada mereka yang lapar! Semoga pengharapan dan kelembutan Natal Tuhan menghilangkan ketidakpedulian kita."
Beberapa bagian dalam Anjuran Apostolik "Evangelii
Gaudium" menarik kritik penganut paham ultra-konservatif di Amerika Serikat. Sebagai seorang Paus, seperti apa rasanya disebut seorang "Marxis"?
"Ideologi Marxis salah. Tetapi saya telah bertemu banyak penganut Marxis dalam hidup saya yang adalah
orang-orang yang baik, jadi saya tidak merasa tersinggung."
Bagian yang paling mencolok dari Anjuran Apostolik "Evangelii Gaudium" adalah di mana anjuran itu berkenaan tentang sebuah ekonomi yang "membunuh" ...
"Tidak
ada dalam Anjuran tersebut
yang tidak dapat ditemukan dalam Ajaran Sosial Gereja. Saya tidak sedang berbicara dari sebuah
sudut pandang teknis, apa yang sedang saya coba lakukan adalah memberikan sebuah gambaran
tentang apa yang
sedang terjadi. Satu-satunya kutipan spesifik yang saya
gunakan adalah sesuatu mengenai "teori menetes ke bawah" yang menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi, yang
didorong oleh sebuah pasar
bebas, pasti akan berhasil dalam mewujudkan keadilan yang lebih
besar dan
inklusivitas sosial di
dunia. Janji bahwa ketika gelas penuh, itu
akan meluap, menguntungkan orang
miskin. Tetapi apa yang terjadi sebaliknya, bahwa ketika gelas penuh, secara ajaib tidak
ada hal lebih
besar yang pernah keluar bagi orang miskin. Ini adalah satu-satunya acuan
bagi sebuah teori spesifik. Saya tidak, saya ulangi, sedang berbicara dari sebuah
sudut pandang teknis tetapi menurut ajaran sosial Gereja. Ini tidak berarti menjadi seorang Marxis."
Anda mengumumkan "pertobatan kepausan". Apakah sebuah jalan spesifik tersebut muncul dari pertemuan-pertemuan Anda dengan para patriark Gereja Ortodoks?
"Paus Yohanes
Paulus II berbicara bahkan secara lebih eksplisit tentang sebuah cara menjalankan primat yang
terbuka untuk sebuah situasi baru. Tidak hanya dari sudut pandang hubungan ekumenis, tetapi
juga dalam hal hubungan dengan Kuria dan Gereja-gereja lokal. Selama rangkaian sembilan bulan pertama ini, saya telah menerima kunjungan dari banyak saudara Gereja Ortodoks: Bartholomew, Hilarion, teolog Zizioulas, Koptik Tawadros. Yang terakhir adalah seorang mistik, beliau akan
memasuki kapel, mencopot sepatunya serta pergi dan berdoa. Saya merasa seperti saudara mereka. Mereka memiliki suksesi apostolik; saya
menerima mereka sebagai para uskup saudara. Hal
menyakitkan bahwa kita belum bisa merayakan Ekaristi bersama-sama, tetapi ada persahabatan. Saya percaya
bahwa jalan ke depan adalah ini: persahabatan, karya umum dan doa untuk kesatuan. Kita saling memberkati; satu saudara memberkati yang lain, satu
saudara disebut Petrus dan yang lainnya Andreas, Markus, Thomas ...".
Apakah kesatuan Kristiani sebuah prioritas bagi Anda?
"Ya, bagi saya ekumenisme adalah sebuah prioritas. Saat ini ada sebuah ekumenisme darah. Di
beberapa negara mereka membunuh orang-orang Kristiani karena memakai salib atau memiliki Kitab Suci dan sebelum mereka membunuh mereka, mereka
tidak menanyakan mereka apakah
mereka Anglikan, Lutheran, Katolik atau Ortodoks. Darah mereka bercampur. Bagi mereka yang membunuh kita
adalah orang-orang Kristiani. Kita bersatu dalam darah, meskipun
kita belum berhasil
mengambil langkah yang diperlukan menuju kesatuan antara kita dan
mungkin waktunya belum tiba. Persatuan
adalah sebuah
hadiah yang kita perlu mohonkan. Saya mengenal seorang imam paroki di Hamburg yang sedang berurusan
dengan penyebab beatifikasi seorang
imam Katolik yang
dibunuh dengan pisau guillotin oleh Nazi karena mengajar anak-anak katekese. Setelah dia, dalam daftar orang-orang yang dihukum, adalah seorang imam Lutheran yang dibunuh karena alasan yang sama. Darah mereka bercampur. Pastor paroki mengatakan kepada saya bahwa ia telah pergi ke uskup dan berkata kepadanya : "Saya akan terus berhubungan dengan penyebab beatifikasi, namun penyebab beatifikasi kedunya, bukan
hanya imam Katolik". Ini adalah
apa yang
disebut ekumenisme darah. Itu masih ada saat ini; Anda hanya perlu membaca
koran. Mereka yang membunuh orang-orang Kristiani tidak menanyakan kartu identitas
Anda untuk melihat dalam Gereja mana Anda dibaptis. Kita perlu mengambil fakta-fakta ini
menjadi pertimbangan."
Dalam Anjuran
Apostolik Anda menyerukan pilihan-pilihan pastoral yang hati-hati dan tegas berkenaan sakramen-sakramen. Apa yang sedang Anda maksudkan?
"Ketika
saya berbicara tentang kehati-hatian saya tidak memikirkannya dalam istilah sebuah
sikap yang
melumpuhkan tetapi sebagai keutamaan seorang pemimpin. Kehati-hatian adalah sebuah keutamaan pemerintahan. Begitu juga ketegasan. Orang harus memerintah dengan ketegasan dan kehati-hatian. Saya berbicara tentang baptisan
dan komuni sebagai makanan rohani yang membantu seseorang untuk berjalan terus; itu harus dianggap
sebagai sebuah cara memperbaiki kesalahan bukan sebuah hadiah. Beberapa orang langsung berpikir tentang sakramen-sakramen bagi orang bercerai yang menikah
lagi, tetapi saya tidak mengacu
pada kasus-kasus tertentu manapun; saya hanya ingin
menunjukkan sebuah prinsip. Kita harus berusaha untuk memfasilitasi iman orang-orang, bukan mengendalikannya. Tahun lalu di Argentina saya mengutuk sikap sejumlah
imam yang tidak membaptis anak-anak dari ibu-ibu yang tidak menikah. Ini adalah sebuah mentalitas yang sakit."
Dan bagaimana dengan orang bercerai yang menikah lagi?
"Pengucilan orang-orang yang bercerai yang melakukan pernikahan
kedua dari persekutuan bukanlah sebuah sanksi. Penting untuk mengingat hal ini. Tetapi saya tidak berbicara tentang hal ini dalam Anjuran Apostolik tersebut."
Persoalan
apakah yang dibahas pada Sinode Para Uskup berikutnya?
"Sinodelitas Gereja adalah penting : kita akan membahas pernikahan secara
keseluruhan pada pertemuan Konsistori pada bulan
Februari. Persoalan-persoalan
ini juga akan
dibahas pada Sinode Luar Biasa pada bulan
Oktober 2014 dan kembali pada Sinode Biasa tahun berikutnya. Banyak elemen akan diperiksa secara lebih rinci dan diperjelas selama sesi ini. "
Bagaimana karya delapan "penasihat" Anda pada lanjutan reformasi Kuria?
"Ada
banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Mereka yang ingin membuat proposal atau
mengirim ide-ide telah melakukannya. Kardinal Bertello telah mengumpulkan
pandangan dari semua dicasteri Vatikan. Kami menerima saran dari para uskup di
seluruh dunia. Pada pertemuan terakhir, delapan kardinal mengatakan kepada saya
sudah tiba saatnya untuk proposal nyata dan pada pertemuan berikutnya di bulan
Februari mereka akan mengajukan usulan mereka kepada saya. Saya selalu hadir
pada pertemuan, kecuali untuk hari Rabu pagi ketika saya melakukan Audiensi
Umum. Tetapi saya tidak berbicara, saya hanya mendengarkan dan ada baiknya bagi
saya. Beberapa bulan lalu, seorang kardinal tua berkata kepada saya : "Anda
sudah mulai reformasi Kuria dengan misa harian Anda di Rumah Santa Marta".
Ini membuat saya berpikir : Reformasi selalu dimulai dengan prakarsa rohani dan
pastoral sebelum perubahan struktural"
Apa hubungan yang tepat antara Gereja dan politik?
"Hubungan
harus sejajar dan bertemu di suatu tempat pada saat yang sama. Sejajar karena kita
masing-masing memiliki jalurnya sendiri untuk ditempuh dan tugas-tugasnya berbeda-beda.
Bertemu di suatu tempat hanya dalam membantu orang lain. Ketika hubungan
bertemu pertama kali, tanpa orang-orang, atau tanpa membawa orang-orang ke
dalam perhitungan, yaitu ketika ikatan dengan kekuasaan politik terbentuk, menuntun
Gereja membusuk : bisnis, kompromi ... Hubungan perlu untuk dilanjutkan dengan
cara sejajar, masing-masing dengan metode, tugas dan panggilannya, berkumpul di
suatu tempat hanya dalam kebaikan bersama. Politik adalah mulia; merupakan
salah satu bentuk tertinggi dari amal, sebagaimana biasa dikatakan oleh Paus
Paulus VI. Kita menodainya ketika kita mencampurnya dengan bisnis. Hubungan
antara Gereja dan kekuasaan politik juga dapat rusak jika kebaikan umum bukan
satu-satunya titik tempat berkumpul."
Bolehkah saya menanyakan apakah Gereja akan memiliki kardinal perempuan di masa mendatang?
"Saya tidak tahu dari mana ide ini muncul. Perempuan dalam Gereja harus dihargai bukan "diklerikalisasi". Barangsiapa berpikir tentang perempuan sebagai kardinal menderita sedikit dari klerikalisme."
Bagaimana Institut untuk Karya Keagamaan (IOR) akan melakukan operasi pembersihan?
"Komisi-komisi untuk acuan sedang membuat kemajuan yang baik. Moneyval telah memberi kita sebuah laporan positif dan kita berada di jalur yang benar. Mengenai masa depan IOR, kita akan lihat. "Bank
sentral" Vatikan misalnya dimaksudkan menjadi APSA (Administrasi untuk Warisan Tahta Suci). IOR didirikan untuk membantu dengan karya-karya keagamaan, perutusan dan Gereja-gereja miskin. Kemudian menjadi apa yang ada sekarang."
Bisakah Anda membayangkan setahun yang lalu bahwa Anda akan merayakan Natal 2013 di Lapangan Santo Petrus?
"Tentu saja tidak".
Apakah Anda mengharapkan untuk dipilih?
"Tidak, saya tidak
mengharapkannya. Saya tidak pernah kehilangan ketenangan saya ketika
jumlah suara meningkat. Saya tetap tenang. Dan kedamaian masih ada, saya menganggapnya sebuah hadiah dari Tuhan. Ketika pemeriksaan akhir selesai, saya
dibawa ke pusat Kapel Sistina dan ditanya apakah saya menerima. Saya bilang
saya
menerima dan bahwa saya telah memilih nama Fransiskus. Saat
itulah saya berjalan pergi. Saya dibawa ke kamar sebelah
untuk berganti (jubah saya). Kemudian, tepat sebelum saya membuat
penampilan publik saya, saya berlutut untuk berdoa selama beberapa menit di Kapel
Paulina bersama dengan Kardinal Vallini dan Kardinal Hummes."