Saudara
dan saudari yang terkasih, selamat pagi!
Ketika
kita berdoa "Bapa Kami", doa permohonan yang kedua yang kita
alamatkan kepada Allah adalah "Datanglah Kerajaan-Mu" (Mat 6:10).
Setelah berdoa agar dimuliakan nama-Nya, orang percaya mengungkapkan keinginan
agar kedatangan Kerajaan-Nya dipercepat. Keinginan ini memancar keluar, boleh
dikatakan, dari hati Kristus sendiri, yang memulai khotbah-Nya di Galilea
dengan menyatakan : “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat.
Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!". Kata-kata ini sama sekali bukan
sebuah ancaman; sebaliknya, kata-kata tersebut adalah sebuah pemberitaan yang
membahagiakan, sebuah pesan sukacita. Yesus tidak ingin menekan orang-orang
untuk bertobat dengan menabur ketakutan akan penghakiman Allah yang akan datang
atau rasa bersalah atas kejahatan yang dilakukan. Yesus tidak menyebarkan agama
: Ia hanya memberitakan. Sebaliknya, apa apa yang Ia bawa adalah Kabar Baik
tentang keselamatan, dan darinya, Ia memanggil menuju pertobatan. Kita
masing-masing diundang untuk percaya pada "Injil" : Ketuhanan Allah
menjadikannya dekat dengan anak-anak-Nya. Inilah Injil : Ketuhanan Allah
menjadikannya dekat dengan anak-anak-Nya. Dan Yesus memberitakan hal yang
menakjubkan ini, rahmat ini : Allah, Bapa, mengasihi kita, Ia dekat dengan kita
dan Ia mengajarkan kita untuk berjalan di jalan kekudusan.
Tanda-tanda
kedatangan Kerajaan Allah ini banyak, dan semuanya positif. Yesus memulai
pelayanan-Nya dengan merawat orang sakit, baik tubuh maupun jiwa, orang-orang
yang mengalami pengucilan sosial - seperti orang-orang kusta -, orang-orang
berdosa yang dipandang rendah oleh semua orang, juga orang-orang yang berdosa
lebih besar daripada mereka tetapi berpura-pura benar. Dan orang-orang ini
disebut apa oleh Yesus? “Orang-orang munafik”. Yesus sendiri menunjukkan
tanda-tanda ini, tanda-tanda Kerajaan Allah : “orang buta melihat, orang lumpuh
berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati
dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik” (Mat 11:5).
"Datanglah
Kerajaan-Mu!" orang Kristiani mengulanginya terus menerus ketika ia berdoa
"Bapa Kami". Yesus datang, tetapi dunia masih ditandai oleh dosa,
dihuni oleh begitu banyak orang yang menderita, oleh orang-orang yang tidak
berdamai dengan diri mereka sendiri dan tidak mengampuni, oleh perang dan oleh
begitu banyak bentuk eksploitasi. Kita memikirkan perdagangan anak, misalnya.
Semua fakta ini adalah bukti bahwa kemenangan Kristus belum sepenuhnya
terlaksana : begitu banyak manusia masih hidup dengan hati tertutup. Khususnya
dalam situasi-situasi inilah doa permohonan yang kedua dari doa "Bapa
Kami" muncul di bibir orang Kristiani : "Datanglah Kerajaan-Mu!"
yang seolah-olah mengatakan : "Bapa, kami membutuhkan Engkau! Yesus, kami
membutuhkan Engkau untuk menjadi Tuhan di tengah-tengah kami di manapun dan
selamanya!". "Datanglah Kerajaan-Mu, Engkau ada di tengah-tengah
kami".
Kadang-kadang
kita bertanya pada diri sendiri: mengapa Kerajaan ini disadari begitu lambat?
Yesus suka berbicara tentang kemenangan-Nya dengan bahasa perumpamaan. Sebagai
contoh, Ia mengatakan bahwa Kerajaan Allah seumpama sebuah ladang di mana benih
yang baik dan lalang tumbuh bersama-sama : kesalahan terburuk adalah
menginginkan campur tangan segera, membinasakan dari dunia orang-orang yang
tampak lalang bagi kita. Allah tidak seperti kita; Allah memiliki kesabaran.
Bukan dengan kekerasan Kerajaan Allah didirikan di dunia : corak
perkembangbiakannya adalah kelemahlembutan (bdk. Mat 13:24-30).
Kerajaan
Allah tentu saja merupakan sebuah kekuatan besar, yang terbesar, tetapi tidak
menurut kriteria dunia; itulah sebabnya Kerajaan Allah tampak tidak pernah
memiliki mayoritas mutlak. Kerajaan Allah seumpama ragi yang dicampur ke dalam
tepung : ragi tampaknya menghilang namun justru ragilah yang mengkhamirkan
adonan (bdk. Mat 13:33). Atau Kerajaan Allah seumpama biji sesawi, sangat
kecil, hampir tidak terlihat, tetapi yang mengandung di dalam dirinya kekuatan
alam yang berdaya ledak, dan apabila telah tumbuh, biji sesawi menjadi yang
terbesar dari seluruh pohon di kebun sayur (bdk. Mat 13:31-32).
“Nasib”
Kerajaan Allah ini secara naluriah dapat dihubungkan dengan kehidupan Yesus :
bagi orang-orang sezaman-Nya, Ia juga merupakan tanda yang lemah, peristiwa
yang hampir tidak dikenal oleh para sejarawan besar pada masa itu. Ia
menggambarkan diri-Nya sebagai "biji gandum", yang mati di tanah,
tetapi hanya dengan demikian biji tersebut dapat menghasilkan "banyak
buah" (bdk. Yoh 12:24). Lambang benih itu mengesankan : suatu hari petani
membenamkannya di dalam tanah (suatu isyarat yang tampaknya seperti
penguburan). Dan lalu “pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun,
dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana
terjadinya tidak diketahui orang itu” (Mrk 4:27). Benih yang mengeluarkan tunas
adalah lebih banyak karya Allah ketimbang karya orang yang menaburnya (bdk. Mrk
4:27). Allah selalu mendahului kita; Allah selalu mengejutkan kita. Syukur
kepada-Nya, setelah malam Jumat Agung ada fajar kebangkitan yang mampu
menerangi seluruh dunia dengan harapan.
"Datanglah
Kerajaan-Mu!" Kita menabur sabda ini di tengah-tengah dosa-dosa kita dan
kegagalan-kegagalan kita. Kita memberikannya kepada orang-orang yang dikalahkan
dan bertekuk lutut oleh kehidupan, kepada mereka yang telah merasakan lebih banyak
kebencian daripada kasih, mereka yang telah menjalani hari-hari yang tak
berguna tanpa memahami mengapa. Kita memberikannya kepada mereka yang telah
berjuang untuk keadilan, kepada semua martir sejarah, dan kepada mereka yang
telah menyimpulkan bahwa mereka sia-sia berjuang dan kejahatan berkuasa di
dunia ini. Kita kemudian akan mendengar jawaban doa “Bapa Kami”. Jawabannya
akan mengulangi untuk kesekian kalinya kata-kata pengharapan tersebut, jawaban
yang sama telah ditempatkan Roh sebagai meterei seluruh Kitab Suci : "Ya,
Aku datang segera!" Inilah jawaban Tuhan. "Aku datang segera".
Amin. Dan Gereja Tuhan menjawab : "Datanglah, Tuhan Yesus" (bdk. Why
22:20). “Datanglah Kerajaan-Mu” seolah-olah mengatakan, “Datanglah, Tuhan
Yesus”. Dan Yesus berkata : Aku akan datang segera”. Dan Yesus datang, dengan
cara-Nya sendiri, tetapi setiap hari. Kita mempercayai hal ini. Dan ketika kita
berdoa "Bapa Kami", kita selalu mengatakan : "Datanglah
Kerajaan-Mu", untuk mendengar dalam hati kita : "Tentunya, pasti aku
akan datang segera". Terima kasih!
[Sambutan dalam bahasa Italia]
Sambutan
hangat tertuju kepada para peziarah berbahasa Italia.
Saya
senang menerima Sekolah-sekolah Saudara Serikat Maria; para Suster Putri-putri
Gereja dan kaum muda Inisiasi Kristiani Paroki Arqua Petrarca.
Saya
menyambut umat dari Bisignano, pada kesempatan pemberkatan patung Sant’Umile,
yang dihormati di tempat kudus setempat.
Saya
menyambut Lembaga "Penerimaan Tanpa Batas" dari Matera;
institut-institut sekolah, khususnya, sekolah Legnano dan sekolah Corbetta.
Secara
khusus saya memikirkan kaum muda, kaum tua, orang-orang sakit, dan para
pengantin baru. Hari ini, Rabu Abu, perjalanan Prapaskah dimulai. Saya berharap
kalian masing-masing sudi menjalani masa ini dalam semangat penyesalan sejati
dan pertobatan, sebagai kepulangan kepada Bapa, yang menantikan semua orang
dengan tangan terbuka untuk menerima kita dalam persekutuan yang paling intim
dengan-Nya.
[Ringkasan dalam bahasa Inggris yang
disampaikan oleh seorang penutur]
Saudara
dan saudari yang terkasih: Dalam katekese lanjutan kita tentang doa "Bapa
Kami", kita sekarang beralih ke doa permohonan kedua, "Datanglah
kerajaan-Mu". Permohonan akan kedatangan kerajaan Allah ini kerap dan
mendesak dikemukakan. Yesus telah datang, dan ada banyak tanda Kerajaan Allah,
namun dunia masih ditandai oleh dosa dan hati banyak orang tetap tertutup, yang
memaksa kita untuk sungguh memohon kepada Tuhan : “Datanglah Kerajaan-Mu!".
Terkadang
kita bertanya, mengapa munculnya kedatangan kerajaan Allah begitu lambat?
Tetapi Allah tidak seperti kita; Allah itu sabar! Ia ingin membangun
Kerajaan-Nya bukan dengan kekerasan tetapi dengan kelemahlembutan, karena
kerajaan Allah seumpama biji sesawi, yang, meskipun kecil, tumbuh menjadi pohon
yang besar sekali. Tuhan selalu mengejutkan kita! Kita melihat hal ini seumpama
malam Jumat Agung yang memberi jalan bagi fajar Kebangkitan, yang memenuhi
seluruh dunia dengan harapan. "Datanglah kerajaan-Mu!".
Marilah
kita dengan penuh kepercayaan menanamkan doa ini di tengah-tengah dosa dan
kegagalan kita, dan atas nama orang-orang yang sedang menderita dan
berkekurangan, karena Roh telah memetereikan seluruh Kitab Suci dengan
kata-kata pengharapan ini : "'Ya, Aku datang segera!' Amin, datanglah,
Tuhan Yesus!” (Why 22:20).
Saya
menyambut para peziarah dan para pengunjung berbahasa Inggris yang ambil bagian
dalam Audiensi hari ini, terutama yang berasal dari Inggris, Wales, India,
Filipina, dan Amerika Serikat. Semoga perjalanan Prapaskah yang kita mulai hari
ini membawa kita menuju Paskah dengan hati yang dimurnikan dan diperbarui oleh
kasih karunia Roh Kudus. Atas kalian, dan keluarga-keluarga kalian, saya
memohonkan sukacita dan damai di dalam Kristus Sang Penebus kita!