Liturgical Calendar

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 12 Juni 2019 : TENTANG KISAH PARA RASUL (Kis 1:21-22.26) - BAGIAN 2


Saudara dan saudari yang terkasih, selamat pagi!

Kita memulai serangkaian katekese yang akan mengikuti "perjalanan" : perjalanan Injil, yang dipaparkan dalam Kitab Kisah Para Rasul, karena kitab ini tentu saja membuat kita melihat perjalanan Injil, bagaimana Injil melampaui, melampaui, melampaui ... Semuanya berawal dari kebangkitan Kristus. Hal ini, pada kenyataannya, bukan merupakan peristiwa di antara orang lain, tetapi merupakan sumber kehidupan baru. Para murid mengetahuinya dan - taat pada perintah Yesus - mereka tetap bersatu, sepakat dan tekun berdoa. Mereka tetap dekat dengan Bunda Maria dan mereka bersiap untuk menerima kuasa Allah, tidak secara pasif tetapi mempererat persekutuan di antara mereka.


Jemaat perdana itu kira-kira terdiri dari 120 saudara dan saudari : suatu jumlah yang di dalamnya terkandung angka 12, melambangkan untuk Israel, karena angka itu melambangkan dua belas suku, dan lambang untuk Gereja, melalui dua belas Rasul yang dipilih oleh Yesus. Namun, sekarang, setelah peristiwa-peristiwa sengsara yang menyakitkan, para Rasul Tuhan bukan lagi dua belas, tetapi sebelas. Salah seorang dari mereka, Yudas, tidak ada lagi : ia bunuh diri, dilanda penyesalan.

Sebelumnya ia sudah mulai memisahkan diri dari persekutuan dengan Tuhan dan dengan Rasul-rasul lainnya, semaunya sendiri, mengasingkan diri, mengikatkan dirinya dengan uang hingga memperalat orang miskin, kehilangan pandangan terhadap cakrawala kecuma-cumaan dan karunia diri, memungkinkan virus kesombongan menjangkiti pikiran dan hatinya sehingga berubah dari "teman" (Mat 26:50) menjadi musuh dan "pemimpin orang-orang yang menangkap Yesus: (Kis 1:16). Yudas telah menerima rahmat luar biasa menjadi bagian dari kelompok sahabat karib Yesus dan sama-sama ambil bagian dalam pelayanan-Nya tetapi, pada titik tertentu, ia mau menyelamatkan nyawanya dengan hasil kehilangan nyawa (bdk. Luk 9:24). Ia berketetapan hati untuk berhenti menjadi milik Yesus dan menempatkan dirinya di luar persekutuan dengan-Nya dan milik-Nya. Ia berhenti menjadi seorang murid dan menempatkan dirinya di atas sang Guru. Ia menjual-Nya dan dengan "upah kejahatannya" membeli sebidang tanah, yang tidak menghasilkan buah tetapi dirembesi dengan darahnya sendiri (bdk. Kis 1:18-19).

Jika Yudas lebih memilih kematian daripada kehidupan (bdk. Ul 30:19; Sir 15:17) dan mengikuti contoh orang fasik yang jalannya adalah kegelapan dan menuju kebinasaan (bdk. Ams 4:19; Mzm 1:6), kesebelas Rasul, sebaliknya, memilih kehidupan dan berkat, pada gilirannya bertanggung jawab untuk menjadikannya mengalir dalam sejarah, dari generasi ke generasi, dari umat Israel ke Gereja.

Penginjil Lukas membuat kita melihat bahwa dalam menghadapi ketiadaan salah seorang dari dua belas rasul, yang menciptakan sebuah luka dalam tubuh jemaat, meneruskan tugas kepada orang lain diperlukan. Dan siapa yang bisa menanggungnya? Petrus menunjukkan persyaratannya : anggota baru harus menjadi murid Yesus sejak awal, yaitu, sejak Pembaptisan di Sungai Yordan, sampai akhir, yaitu, kenaikan ke Surga (bdk. Kis 1:21-22). Membentuk kembali kelompok Dua Belas sangat diperlukan. Pada titik ini, pelaksanaannya dimulai dengan kearifan jemaat, yang berupa melihat kenyataan dengan mata Allah, dari sudut pandang persatuan dan persekutuan.

Ada dua calon : Yusuf yang disebut Barsabas dan Matias. Kemudian seluruh jemaat berdoa seperti ini : “Ya Tuhan, Engkaulah yang mengenal hati semua orang, tunjukkanlah kiranya siapa yang Engkau pilih dari kedua orang ini, untuk menerima jabatan pelayanan, yaitu kerasulan yang ditinggalkan Yudas" (Kis. 1:24-25). Dan, dengan membuang undi, Tuhan menunjuk Matias, yang ditambahkan kepada bilangan sebelas Rasul. Dengan demikian, tubuh kedua belas Rasul dibentuk kembali, menandakan bahwa persekutuan menang atas perpecahan, atas keterasingan, atas mentalitas yang memutlakkan ranah pribadi, tanda bahwa persekutuan adalah kesaksian pertama yang ditawarkan oleh para Rasul. Yesus berkata kepada mereka, “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi" (Yoh 13:35).

Dalam Kisah Para Rasul, kelompok Dua Belas mengejawantahkan gaya Tuhan. Mereka adalah saksi terpercaya dari karya keselamatan Kristus dan mereka tidak mengejawantahkan ke dunia anggapan kesempurnaan mereka tetapi, melalui rahmat persatuan, mereka membuat Sosok lain muncul, yang sekarang hidup secara baru di tengah-tengah umat-Nya. Dan siapa ini? Tuhan Yesus. Para Rasul memilih untuk hidup di bawah ketuhanan Yesus yang bangkit dalam kesatuan di antara saudara-saudara, yang menjadi satu-satunya suasana yang mungkin bagi pemberian diri yang sejati.

Kita juga perlu menemukan kembali indahnya memberi kesaksian tentang Yesus yang bangkit, keluar dari berbagai sikap merujuk diri, menolak untuk menahan karunia Allah dan tidak menyerah pada hal yang biasa-biasa saja. Pengelompokan kembali Kolose Apostolik menunjukkan bagaimana dalam DNA jemaat Kristiani ada kesatuan dan kebebasan dari diri sendiri, yang memungkinkan kita untuk tidak takut akan keberagaman, tidak melekatkan diri pada berbagai hal dan karunia serta menjadi martir, para saksi Allah yang bercahaya dari Allah yang hidup. dan beroperasi dalam sejarah.

[Sambutan dalam bahasa Italia]

Sambutan hangat tertuju kepada para peziarah berbahasa Italia.

Saya senang menerima masing-masing lembaga yang melakukan Kapitel Umum : Suster Salib Suci, Misionaris Fransiskan Maria, dan Ordo Reguler Ketiga Santo Fransiskus.

Saya menyambut kelompok-kelompok paroki, terutama Paroki Corridonia, Paroki Latina dan Paroki Andria.

Dengan penuh kasih saya menyambut para imam baru Brescia dan delegasi para iman Gereja Ortodoks Rusia.

Secara khusus saya memikirkan kaum muda, kaum tua, orang-orang sakit, dan para pengantin baru. Besok adalah Peringatan Liturgi Santo Antonius dari Padua, pengkhotbah yang ulung serta pelindung kaum miskin dan orang-orang yang sedang menderita. Semoga pengantaraannya membantu kalian untuk mengalami kelegaan Rahmat Ilahi.

[Ringkasan dalam bahasa Inggris yang disampaikan oleh seorang penutur]

Saudara dan saudari yang terkasih : Dalam katekese kita tentang Kisah Para Rasul, kita telah melihat bahwa perutusan Gereja untuk mewartakan Injil dimulai dengan kebangkitan Kristus. Ketika para murid, bersama-sama Maria, di Ruang Atas menunggu penggenapan janji Yesus akan Roh Kudus, mereka dipersatukan dalam doa. Sejak awal, Gereja muncul sebagai sebuah persekutuan, sebuah komunitas, umat Allah. Pilihan Kristus terhadap dua belas Rasul menunjukkan kesinambungan antara Gereja dan umat Israel. Setelah pembelotan Yudas, para Rasul sadar bahwa posisinya dalam Dua Belas harus diambil oleh orang lain. Dipimpin oleh Petrus, komunitas itu secara keseluruhan bergabung dalam doa untuk memohon kearifan dari Tuhan dalam pemilihan Matias. Yesus telah memberitahu murid-murid-Nya bahwa mereka akan dikenal karena saling mengasihi (Yoh 13:35). Persekutuan yang kelihatan dari para Rasul adalah bentuk pertama kesaksian mereka akan Tuhan yang bangkit dan kasih-Nya yang menyelamatkan. Semoga kita juga menjadi saksi kekuatan pendamaian dari kasih itu dengan persatuan kita, yang mengatasi kesombongan dan perpecahan, serta menciptakan Umat Allah yang satu dari keanekaragaman.

Saya menyambut semua peziarah dan pengunjung berbahasa Inggris yang ambil bagian dalam Audiensi hari ini, terutama yang berasal dari Inggris, Irlandia, Finlandia, Australia, Hongkong, Korea Selatan, Indonesia, Filipina, Sri Lanka, Taiwan, Vietnam, dan Amerika Serikat. Saya memberikan salam khusus kepada para misionaris Sabda Ilahi dari Indonesia dan delegasi lintas agama dari Hongkong, yang dipimpin oleh John Kardinal Tong Hon. Atas kalian semua saya memohonkan sukacita dan damai Tuhan kita Yesus Kristus. Allah memberkati kalian!