Saudara-saudari
yang terkasih, selamat pagi!
Misa
yang dirayakan pagi ini di Basilika Santo Petrus merupakan penutupan Sidang
Khusus Sinode Para Uskup Wilayah Amazon. Bacaan pertama, dari Kitab Putera
Sirakh, mengingatkan kita tentang titik awal perjalanan ini : permohonan orang
miskin yang “menembus awan”, karena “Allah mendengarkan doa orang-orang yang
tertindas” (Sir 35:21,17). Jeritan orang miskin, bersama dengan jeritan bumi,
telah mencapai kita dari Amazon. Setelah tiga pekan ini, kita tidak bisa
berpura-pura tidak mendengarnya. Suara-suara orang miskin, bersama-sama dengan
suara-suara dari begitu banyak orang di dalam dan di luar Sidang Sinode - para
gembala, kaum muda, para ilmuwan - memacu kita untuk tidak tetap acuh tak acuh.
Kita sering mendengar ungkapan "nanti sudah terlambat" : itu tidak bisa
tetap merupakan slogan.
Apa
itu Sinode? Sinode adalah, seperti yang dikatakan oleh kata itu, berjalan
bersama-sama, dihibur oleh keberanian dan penghiburan yang berasal dari Tuhan.
Kita berjalan saling menatap dan saling mendengarkan dengan tulus, tanpa
menyembunyikan kesulitan, mengalami keindahan berjalan maju, bersatu, untuk
melayani. Dalam Bacaan Kedua hari ini, Rasul Paulus memicu kita dalam hal ini :
di saat yang dramatis, sementara ia tahu bahwa ia “sudah siap untuk
dikorbankan; waktu keberangkatannya telah tiba" (bdk. 2 Tim 4:6), ia
menulis : "Tetapi Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya
dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan sepenuhnya dan semua orang bukan
Yahudi mendengarkannya" (ayat 17). Lihatlah keinginan terakhir Paulus :
bukan sesuatu demi dirinya sendiri atau demi keinginannya sendiri, tetapi demi
Injil, sehingga diberitakan kepada segala bangsa. Inilah yang terutama dan
lebih penting dari segalanya. Kita masing-masing akan ditanya berkali-kali apa
yang baik untuk dilakukan dalam kehidupan kita. Marilah kita bertanya kepada
diri kita sendiri hari ini : “Hal baik apa yang dapat saya lakukan demi Injil?”
Kita ditanyai hal ini dalam Sinode, berhasrat untuk membuka jalur baru bagi
pemberitaan Injil. Dan pertama-tama, kita merasakan kebutuhan, seperti sang
pemungut cukai dalam Injil hari ini (bdk. Luk 18:13-14), untuk menempatkan diri
kita di hadapan Tuhan, menempatkan Dia kembali di pusat, di tingkat pribadi,
dan sebagai Gereja, karena kita hanya memberitakan apa yang kita hayati. Dan
menghayati Yesus, menghayati Injil, diperlukan untuk keluar dari diri sendiri.
Jadi kita merasakan diri kita terdorong untuk pergi ke lautan, meninggalkan
pantai yang nyaman di pelabuhan kita yang aman, pergi ke perairan yang dalam :
bukan di perairan berbagai ideologi yang berawa, tetapi di lautan terbuka di
mana Roh Kudus mengundang untuk melemparkan jala. Masuk ke kedalaman berarti
membiarkan diri kita ditantang oleh kebaruannya; masuk ke kedalaman adalah
menanggapi panggilan untuk keluar dari diri kita dan rancangan kita sehingga
Injil bersinar di pusat dengan gayanya : miskin dalam radikalisme, misioner
dalam pastoral, sinodal dalam persekutuan.
Untuk
perjalanan selanjutnya, kita memohon kepada Perawan Maria, yang dihormati dan
dicintai sebagai Ratu Amazonia. Ia menjadi demikian bukan dengan menaklukkan
tetapi dengan “mengulturasi dirinya sendiri” : dengan keberanian seorang ibu
yang sederhana, ia menjadi santa pelindung bagi anak-anak kecilnya, pertahanan
bagi orang-orang yang tertindas. Kepada dia, yang merawat Yesus di rumah
Nazaret yang miskin, kita mempercayakan anak-anak yang paling miskin dan rumah
kita bersama. Semoga ia, perempuan pengharapan, menjadi pengantara agar Roh
Kudus turun ke atas diri kita, yang dengan daya cipta-Nya yang manis,
memperbarui segala hal.
[Setelah
pendarasan doa Malaikat Tuhan]
Saudara-saudari
yang terkasih,
Secara
khusus saya memikirkan rakyat Lebanon yang terkasih, khususnya, kaum muda yang
pada hari-hari terakhir ini membuat jeritan mereka terdengar dalam menghadapi
tantangan dan masalah sosial dan ekonomi negara tersebut. Saya mendesak semua
orang untuk mencari penyelesaian yang adil dengan cara dialog, dan saya berdoa
kepada Perawan Maria, Ratu Lebanon, sehingga, dengan dukungan komunitas internasional,
negara itu dapat terus menjadi wilayah hidup berdampingan secara damai serta
menghormati martabat dan kebebasan setiap orang, agar bermanfaat bagi seluruh
wilayah Timur Tengah.
Saya
menyambut kalian semua dengan penuh kasih, para peziarah Italia dan para
peziarah dari berbagai negara, khususnya, mereka yang berasal dari Sao Paulo
Brasil dan dari Polandia, serta “Yayasan Pusat Akademi Roma” Spanyol.
Saya
menyambut Para Rasul Hati Kudus, yang sedang memperingati seratus tahun
berdirinya; komunitas Siro-Malabar dari Keuskupan Patti; para seminaris
Keuskupan Reggio Emilia-Guastalla, yang melayani Misa di Basilika Santo Petrus
pagi ini.
Inilah
hari Minggu terakhir bulan Oktober, dan juga bulan Rosario. Saya memperbarui
undangan untuk berdoa Rosario untuk perutusan Gereja hari ini, khususnya bagi
para misionaris pria dan wanita yang menghadapi kesulitan yang lebih besar.
Dan, pada saat yang sama, kita terus berdoa Rosario untuk perdamaian. Injil dan
perdamaian berjalan bersama-sama.
Kepada
kalian semua saya mengucapkan selamat hari Minggu. Tolong, jangan lupa untuk
mendoakan saya. Selamat menikmati makan siang dan selamat tinggal!