Saudara-saudari
yang terkasih, selamat pagi!
Pada
hari Minggu kedua Masa Natal ini, Bacaan-bacaan Kitab Suci membantu kita
memperluas pandangan kita untuk sepenuhnya sadar akan makna kelahiran Yesus.
Kitab Sirakh merayakan kedatangan Sang Kebijaksanaan ilahi di tengah-tengah
umat (bdk. bab 24); Ia masih belum menjelma tetapi dipersonifikasikan dan, pada
titik tertentu, Ia mengatakan tentang diri-Nya: “Yang menciptakan daku
menetapkan tempat kemahku. Sabda-Nya : Di Yakublah mesti kaupasang kemahmu, dan
Israel kaudapat milik pusaka” (24:8).
Injil,
dengan pendahuluan Santo Yohanes, menunjukkan kepada kita bahwa Sang Sabda,
Sabda yang kekal dan berdaya cipta, adalah Putra Allah yang tunggal yang
diperanakkan (bdk. 1:1-18). Ia bukan ciptaan tetapi Pribadi ilahi;
sesungguhnya, tentang Dia dikatakan : “Sabda itu bersama-sama dengan Allah dan
Sabda itu adalah Allah” (ayat 1). Sekarang, kebaruan yang luar biasa tersebut
sebenarnya yakni Sabda yang kekal ini “telah menjadi manusia” (ayat 14). Bukan
saja Ia datang untuk hidup di antara orang-orang, tetapi Ia menjadikan diri-Nya
salah seorang dari orang-orang itu. Setelah peristiwa ini, kita tidak lagi
hanya memiliki hukum, lembaga untuk mengarahkan hidup kita, tetapi Pribadi
ilahi, Yesus, yang mengarahkan hidup kita, yang membuat kita melanjutkan
perjalanan karena Ia melakukannya terlebih dahulu.
Santo
Paulus memuji Allah karena rencana kasih-Nya yang terwujud dalam Yesus Kristus
(lih. Ef 1:3-6.15-18). Dalam rencana ini, kita masing-masing menemukan
panggilan dasariah kita. Apa panggilan dasariah tersebut? Santo Paulus
mengatakan demikian : kita ditakdirkan untuk menjadi anak-anak Allah melalui
karya Yesus Kristus. Putra Allah menjadi manusia untuk menjadikan kita manusia,
anak-anak Allah. Putra yang kekal dijadikan daging untuk ini : memperkenalkan
kita dalam hubungan bakti-Nya dengan Bapa.
Oleh
karena itu, saudara-saudari sekalian, seraya kita terus merenungkan tanda yang
menakjubkan dari gua Natal, Liturgi hari ini memberitahu kita bahwa Injil
Kristus bukanlah dongeng, mitos, cerita yang membangun akhlak, bukan. Injil
Kristus adalah pewahyuan penuh rencana Allah, rencana Allah untuk manusia dan
dunia. Injil Kristus sekaligus merupakan pesan yang sederhana dan mengagumkan,
yang mendorong kita untuk bertanya kepada diri sendiri : rencana nyata apa yang
telah diberikan Tuhan kepadaku, mewujudkan kembali kelahiran-Nya di
tengah-tengah kita?
Rasul
Paulus menyarankan jawabannya: “Allah telah memilih kita [...] supaya kita
kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya” dalam amal kasih (ayat 4). Inilah arti
Natal. Jika Tuhan terus datang di tengah-tengah kita, jika Ia terus menjadikan
kita karunia sabda-Nya, itu adalah agar kita masing-masing dapat menanggapi
panggilan ini : menjadi kudus dalam kasih. Kekudusan adalah milik Allah,
persekutuan dengan-Nya, cerminan kebaikan-Nya yang tak terbatas. Kekudusan
adalah melindungi karunia yang diberikan Allah kepada kita. Hanya ini : menjaga
kecuma-cumaan. Inilah menjadi kudus. Oleh karena itu, barangsiapa menerima
kekudusan dalam dirinya sebagai anugerah, tidak bisa tidak harus mengalihbahasakannya
ke dalam tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Karunia ini, rahmat yang
telah diberikan Allah kepadaku ini, aku alih bahasakan ke dalam tindakan nyata
dalam kehidupan sehari-hari, dalam perjumpaan dengan sesama Amal kasih ini,
belas kasih terhadap sesama kita ini, cerminan kasih Allah, sekaligus
menyucikan hati kita dan membuat kita mengampuni, membuat kita “tak bercacat”
hari demi hari. Namun, dikandung tak bernoda dalam arti bahwa aku menghilangkan
noda; dikandung tak bernoda dalam arti bahwa Allah masuk ke dalam diri kita,
karunia, kecuma-cumaan Allah masuk ke dalam diri kita serta kita melindunginya
dan memberikannya kepada sesama.
Semoga
Perawan Maria membantu kita untuk menerima dengan sukacita dan rasa syukur
rencana kasih Allah yang terwujud dalam Yesus Kristus.
[Setelah
pendarasan doa Malaikat Tuhan]
Saudara-saudari
yang terkasih,
Suasana
ketegangan yang mengerikan terasa di pelbagai belahan dunia. Perang hanya
membawa kematian dan kehancuran. Saya menyerukan semua pihak untuk menjaga
nyala api dialog dan pengendalian diri terang serta menangkal bayang-bayang
permusuhan. Marilah kita berdoa dalam keheningan agar Tuhan sudi memberi kita
rahmat ini.
Salam
hangat tertuju kepada para peziarah dari Italia dan dari negara-negara lain.
Saya menyapa keluarga-keluarga, lembaga-lembaga, kelompok-kelompok paroki,
khususnya para remaja penerima sakramen krisma dari Mozzo dan Alme - kamu
memiliki pertanda baik! - Keuskupan Bergamo, dan kelompok Fraterna Domus".
Pada
hari Minggu pertama tahun ini, saya kembali mengharapkan ketentraman dan
kedamaian dalam Tuhan. Dalam saat-saat bahagia dan dalam saat-saat sulit,
marilah kita memercayakan diri kepada Dia, yaitu harapan kita! Saya juga
mengingat ketetapan hati yang telah kita buat untuk Tahun Baru, Hari Perdamaian
Sedunia : “Perdamaian sebagai jalan harapan : dialog, rekonsiliasi, dan
pertobatan ekologis” Dengan rahmat Allah, kita akan dapat melaksanakannya.
Kepadamu
saya mengucapkan selamat hari Minggu. Dan tolong, jangan lupa untuk mendoakan
saya. Selamat menikmati makan siang dan sampai jumpa besok untuk Hari Raya
Penampakan Tuhan.